Langsung ke konten utama

Masih adakah…!!!

Entahlah…apakah masih ada orang, sosok yang berpegang pada idealisme sesungguhnya. Semua kita memang adalah manusia, punya cita, asa, dan rasa. Namun kadarnya akan berbeda tergantung bagaimana kita menanggapinya. Apa yang sudah diberikan kepada manusia itu, tidak ada yang salah termasuk rasa. Yah, wajar ketika anda simpatik, suka bahkan cinta kepada orang lain. Fitrah…!!!

Namun, aq sangsi dengan realita yang nampak saat ini. Sudah semakin banyak yang lumpuh dengan idealisme yang dahulu susah payah dibangunnya. Sudah lupa dengan azzam yang ia pegang teguh. Masih adakah yang tidak terbawa oleh rasa dan perasaannya? Hingga ia lupa untuk apa dan apa dakwah yang selama ini ia kumandangkan? Masih adakah yang tidak luruh dengan cinta yang kemudian berbunga di hatinya? Masih adakah aktivis yang berpegang teguh pada prinsip yang selama ini coba dipertahankan. Mencoba mengelola perasaannya agar tidak sama dengan orang kebanyakan???. Masih adakah yang bermunajat dan menghiba kepada-Nya agar rasa cinta dan perasaannya kepada oang lain, hanya DIA yang mengetahui. Masih adakah yang menganggap dunia ini masih punya syariat yang mesti ditegakkan, dan dialah orang yang harus menegakkannya? Masih adakah yang meyakini bahwa semua telah diatur oleh-Nya, sehingga tidak mencari jalan dan justifikasi untuk membenarkan yang keliru dan salah???. Masih adakah orang yang mau mendengarkan nasehat saudaranya ketika ia lalai dan khilaf? Masih adakah…????

Ilahi…..aq miris dengan semua yang aku lihat. sulitkah semuanya??? Sehingga orang-orang yang dianggap dan bahkan sudah faham akan semuanya, juga ikut serta meramaikan kegelisahan ini?

Saudaraku, kita memang manusia tak luput dari salah dan dosa, tak ada yang sempurnah, kita bukan nabi, bukan malaikat, kita tetap manusia. Namun bukan berarti kita bisa diperalat oleh dunia, akal dan nafsu. Semua adalah perjuangan, dan tak jarang membutuhkan pengorbanan. Tapi ingat segala proses dan apa yang diberikan itu(cita, asa dan rasa) akan dipertanggungjawabkan bagaimana kita menyikapinya.

Sebuah refleksi dari kegelisahan-kegelisahan yang menyesakkan. Sebuah fenomena besar. Ini adalah refleksi untuk kita semua, termasuk saya sebagai seorang manusia………..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap