Langsung ke konten utama

Himah Ramadhan 3

Tarwih kedelapan

Lagi nggak kemesjid, coz terlambat balik dari kampus ada buka bersama sedang yang akhwat, tinggal tuk beres2x barang dan bersihkan ruangan. Tapi insya Allah semua tak luput dari hikmah ramadhan. Indahnay kebersamaan, yang dilndasi ukhuwah karena Allah…….

Tarwih kesembilan

Melakukan sebuah perjalanan jauh, tentulah kita harus membawa dan membutuhkan bekal untuk diperjalan kelak, bekal itu berupa makanan, minuman ataupun bahan bakar agar kendaraan yang kita gunakan bisa dipakai, tentulah kita juga harus singgah sejenak di terminal-terminal yang kita lewati, paling tidak untuk mengisi ekmbali bekal yang dibawa. Begitupun dengan kehidupan ini, dalam perjalan menuju kampung akhirat kita pun harus membawa bekal dan singgah diterminal-terminal yang kita lewati. Seluruh bulan yang kita lalui selama setahun, maka bulan ramadhanlah terminalnya. Disinianalah kita mengisi kembali bekal dan bahan bakar serta mencas kembali energi keimanan kita. Dalam Sebelas bulan yang lain, mungkin kita banyak melakukan kesalahan, dosa dan kekhilafan, maka dibulan inilah kembali melakukan muhasabah, memperbaiki kembali ruang-ruang yang rusak dan kosong. Disinalh kita menambal kembali keimanan kita yang mungkin turun di bulan-bulan yang lain, ramadhan menjadi bulan kita berlomba-lomba melakukan kebaikan, kebajikan dan amal. Apalagi di bulan puasa ini adalah bulan yang penuh ampunan dan bulan dilipatgandakannya amal kebajikan kita.

Sebuah Hadist Rasulullah : barang siapa yang tidak mendapat keberkahan di bulan ramadhan maka dia juga tidak akan mendapat keberkahan di bulan yang lain.

Bagaimanalah kehidupan yang kita lakukan jika kita tidak mendapatkan keberkahan dari Allah. Wajarlah jika Rasulullah pernah mengucapkan amin tiga kali, sehingga sahabat bertanya kepadanya. Wahai Rasulullah, mengapa tadi engkau mengatakan amin sebanyak tiga kali? Rasulullah menjawab ”aku tadi mengaminkan perkataan malaikat Jibril yaitu celakalah tiga golongan nanti di hari akhir. dimana salah satunya adalah orang yang mendapatkan bulan ramadhan tetapai tidak mendapatkan ampunan setelah keluar dari bulan tersebut.

Tarwih kesepuluh

Bersyukurlah mendapatkan kesempatan berjumpa kembali dengan bulan Ramadhan ini yang memiliki banayk keutamaan dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain. Kesempatan ini harus digunakan dengan sebaik-baiknya. Di bulan ini, penuh dengan keberkahan, ampunan, penuh dengan diskon pahala. Di setiap waktunya, adalah pengampunan, oleh karenanya selalulah berdoa pada-Nya. Bulan ini bukan seperti yang banyak dikatakan bahwa di 10 hari pertama adalah maghfirah, 10 hari pertengahan adalah ampunan dan 10 hari terakhir adalah pembebasan dari api neraka. Hadist ii dhoif, tetapi dalam ramadhan ini tidaka da pembatasan seperti itu, di setiap waktu dan detiknya penuh dengan maghfirah, ampunan dan pembebsan dari apai neraka. Tinggal kitalah yang harus menggunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.

Salah satu amalan yang penting untuk diperhatikan adalah shalat. Bersyukur kita masih digerakkan hati-hati kita untuk pergi ke mesjid-mesjid untuk melaksanakan shalat secara berjama’ah, bersama-sama takbir, rukuk, sujud, dsb. Semua begitu mengesankan dan menunjukkan kebersamaan umat islam. Belum lagi kita bisa mendengarkan nasehat-nasehat untuk peningkatan keimanan dan ketaqwaan kita. Namun, ada fenomena saat ini, makin banyak orang yang lebih senang shalat di rumah mereka dibandingkan datang ke mesjid. Apalagi saat ini makin ramai oarang ynag membuat mushallah di rumah mereka. Walaupun itu adalah mushallah, namun tidak menggugurkan kewajiban mereka untuk datang shalat ke mesjid berjama’ah. Dalam hal kewajiban shalat berjama’ah di mesjid, ada sebahagian ulama yang megngatakan bahwa hal itu adalah fardhu ’ain, bukan fardhu kifayah, jadi setiap orang harus melaksanaknnya, kecuali ada udzur. Belum lagi ketika seseorang tersebut mendengarkan panggilan adzan yang wajib untuk dipenuhi. Jadi ada dua kewajiban yang harus dilaksanakan. Lalu bagaimakah lagi harus mengelak dari kewajiban tersebut, kelak semua panggilan itu, kewajiban tersebut akan dipertanggungjawabkan

Ada sebuah kisah seorang sahabat yang dibutakan oleh Allah di dunia. Suatu hari dia bertanya kepada Rasulullah.

”wahai Rasulullah, bagaimakah saya bisa pergi shalat berjama’ah di masjid, sedangkan saya tidak bisa melihat dan di luar sedang hujan deras”

Rasulullah pun berkata ” Pergilah Shalat berjama’ah di masjid, karena butanya mata tidaklah menghalangi atau menjadi udzur untuk meninggalkan shalat berjama’ah dan bukanlah mata yang akan melangkah.

Mari kita hidupkan setiap hari dibulan ramadhan ini dengan segala amal kebajikan, shalat yang kita laksanakan sebaiknya dilaksanakn secara berjama’ah dan memperbanyak amalan sunnah seperti shalat dhuha, lail, dan shalat sunnah rawatib. Shalat ashar yg kita laksanakan akan bernilai seperti shalat orang yang shalat separuh malam, shalat sunnah qabla subuh, akan lebih besar nilainya dibandingkan dunia beserta isinya. Shalat wajib yang kita laksanakan akan dilipatgandakan sebanyak sepuluh kali, sedangkan shalat sunnah yang kita laksanakan akan bernilai seperti amalan shalat wajib yang kita laksanakan di luar bulan ramadhan. Syukuri nikamat ini, gunakan ramadhan ini sebagai bekal bagi kita, jadikan ia terbaik, karena esok tiada diantara kita yang mengetahui kapan kita akan dipanggil oleh Allah, masihkah kita berjumpa dengan ramadhan berikutnya????

Tarwih kesebelas

”dirikanlah shalat, karena shalat adalah kewajiban bagi setiap muslim yang telah ditentukan waktunya”

Shalat adalah salah satu dari rukun islam yang wajib dilaksanakan. Dalam keseharian shalat yang seyogyanya dilakukan oleh setiap muslim namun ternyata banyak yang meninggalkannya. Salah satu shalat yang banyak ditinggalkan adalah shalat ashar, karena di waktu itu banayk manusia yang disibukkan dengan pekrjaannya ataupun dilelahkan dengan aktifitasnya sehingga lalai melaksanakannya. Padahal Rasulullah mengatakan bahwa shalat adalah amalan yang pertama paling disukai oleh Allah. Ketika ditanya kepadanya, amaln apakah yang disukai oleh Allah wahai Rasulullah? Beliau menjawab: shalat tepat pada waktunya. Lalu apalagi ya rasulullah?. Beliau pun menjawab: birrul walidain. Kemudian beliau ditanya lagi. Lalau apalagi ya rasulullah? Beliau menjawab : jihad fisiabillah.

Dalam bulan ramadhan , kita sering berlomba-lomba melaksanakan amal kebaikan, shalat yang kita laksanakn meningkat, bukan hanay shalat wajib tapi juga shalat sunnah, bukan hanay dilaksanakan di rumah tapi juga ke mesjid, tidak lagi shalat sendiri tapi shalat berjama’ah, namun saying semua hanya dilaksanakn di bulan ramadhan, jadilah kita hamba yang hanya taat di bulan ramadhan saja.sedangkan di bulan yang lain perintah itu tidak kita indahkan. Sadarkah kita bahwa jika kita hanya menghidupkan amalan di bulan ramadhan saja sedang di luar bulan ramadhan tidak sedang yang kita sembah di bulan ramadhan, itu juga yang kita sembah di luar bulan ramadhan, Tuhan yang kita sembah di bulan ramadhan itu juga yang kita sembah ketika kita keluar dari bulan ramadhan. Walaupun bulan ramadhan memiliki keutamaan, tetapi bukan berarti amalan, ibadah, kebaikan hanya akan kita laksanakn di bulan ini saja. Shalat bukanlah sebuah keutamaan, tetapi merupakan kewajiban, karena kewajiban tentulah nanti di akhirat harus dipertanggungjawabkan.

Dibandingkan shalat sendiri, shalat berjama’ah memiliki keutamaan yaitu

- kuburnya akan bercahaya

- akan mendapatkan tanda bukti di akhirat bahwa ia adalah ahli shalat.

”antara kekafiran dan kekufuran adalah meninggalkan shalat”

Ada tiga golongan manusia, dilihat dari shalatnya

  1. orang yang senantiasa shalat, dan melaksanaknnya dengan penuh penghambaan, orang yang shalat tetapi tidak melaksanakan sepenuhnya, tidak nampak melaksanakn shalat karena boleh jadi ia shalat ketika tidak ada orang yang melihatnya, terkadang atau lalai melaksanakan shalat, tetapi ia masih gelisah dengan tidak shalatnya dia, maka kita tidak boleh langsung mengatakan dia kafir
  2. orang yang lalai melaksanakn shalat dan tidak pernah merasa risih atau pusing dengan tidak melaksanakn shalat, amka inilah yang disebut orang kafir.

Nasehat untuk wanita, yang ingin melaksanakn shalat berjama’ah di mesjid. Rasulullah pernah bersabda:

”janganlah kalian melarang orang-orang perempuan kalian ke mesjid untuk melaksanakn shalat”. Yang penting adalah mereka tidak menggunakan wangi-wangian yang akan mengundang atau membuat fitnah.

“shalat yang terbaik untuk wanita adalah di rumah-rumah mereka”

Tarwih keduabelas

Tetangga adalah, sanak famili kita terdekat setelah keluarga kita sendiri. Karena dialah yang paling terdekat dengan kita. Jika terjadi sesuatu pada kita merekalah yang lebih dahulu mengetahui dan memperhatikan kita. Banyak yang mendefenisikan tetangga tersebut, ada yang mengatakan 40 rumah di sekitar kita, dari depan, belakang dan samping kiri kanan, ada yang mengatakan mereka yang berjarak 10 rumah dari rumah di sekitar rumah kita, mereka yang sekampung dengan kita, dan ada pula yang mengatakan bahwa mereka yang semesjid dengan kita ketika melaksanakan shalat. Defenisi tersebut bukanlah untuk dipertentangkan karena semua tergantung budaya setempat. Yang terpenting adalah mereka adalah saudara kita, yang juga buth perhatian dan mempunyai hak terhadap kita.

Adapun hak tetangga terhadap kita adalah:

1. tidak mengganggunya atau menyakitinya.

“tidak dikatakan beriman seorang, sampai tetanggganya bebas dari gangguannya”

”tidak akan masuk syurga seseorang jika ia menyakiti tetangganya”

Gangguan yang kita lakukan ataupun menyakiti dalam hal ini, bukan hanya secara fisik, tetapi mungkin saja perkataan, celaan, menyebarkan aib, sindiran ataupun perilaku kita sehari-hari.

2. melindungi tetangga. Melindungi dalam hal ini bukan saja melindungi mereka dari kejahatan, tetapi juga melindungi mereka dari perkataan dan sikap yang tidak baik, melindungi mereka dari tindak aniaya, melindungi harta kekayaan mereka.

3. menjaga. Menjaga mereka untuk tetap dalam rasa aman, menjaga harta mereka dari perampoan, penculikan, dsb, menjaga nama baik mereka.

4. bersabar atas tindakan atau perilaku tetangga yang mungkin kurang berkenan di hati. Hal ini akan lebih membuat silaturrahim tetap terjaga, tidak terbawa emosi, menjadikan kehidupan bertetangga akan tetap harmonis.

Tarwih Ketigabelas

Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.(Al-Baqarah:185)

Ayat ini, selama bulan Ramadhan ini sering kita dengar, karena memang di dalamnya terkandung makna ramadhan. Dalam ayat ini berisi dua hal yaitu turunnya Al-Qur’an dan keutamaan dari Al-Quran.

Turunnya Al-Qur’an

Bulan ramadhan merupakan bulan diturunkannya Al-Quran. Ada beberapa pendapat mengenai kapan Al-Qur’an itu diturunkan, ada yang berpendapat bahwa pada malam 17 Ramadhan, malam 21 Ramadhan, 23 ramadhan, 25 ramadhan dan 27 ramadhan. Tetapi kebanyakn dari para ulama beranggapan bahwa Al-Qur’an turun apada malam 27 ramadhan karena pada malam ini merupakan amlam lailatul Qadr. Perbedaan ini tidaklah membuat kita harus bercerai berai. Karena bulan ini adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an, maka aktifitas kita harus banyak difokuskan bermuamalah dengan Al-Qur’an. Ulama, sebagai orang yang giat menuntut ilmu, banyak menutup majelisnya untuk mendekatkan diri dengan Al-Qur’an.

Ada tiga fungsi diturunkannya Al-Qur’an

- Hudallinnas (petunjuk bagi manusia). Petunjuk bagi manusia ini bersifat umum tanpa mengenal manusianya itu siapa, tanpa membedakan ras, warna kulit, suku, golongan maupun agama sesorang. Apapun yang kita dapatkan, masalah kembalilah merujuk pada Al-Qur’an , apapun dalam kehidupan ini, sampau hal yang terkecil seperti atom sekalipun, semua dapat dijawab oleh Al-Qur’an, namun sekarang ummat islamlah yang kurang dalam mengkaji al-Qur’an untuk menjawab permaslahan yang ada. Ada dua kisah mengenai hal ini.

Seorang wanita yang hafidzah, dia tidak pernah lepas dari Al-Quran, mau kemana dan dimanapun ia selalu bersama Al-Quran dan menjawab dengan Al-Quran. Walaupun akan ditanya akan kemana dan mau melakukan apa? Dia selalu menjawabnya atau mengaitkannya dengan Al-Qur’an.

Seorang ulama pernah ditanya oleh orang quraisy. Bagaimana caranya membuat roti? Jika benar Al-Qur’an itu mampu menjawab segala permaslahan yang ada. Sang ulama pun menjawab. Kalau begitu tunggulah aku sebentar. Aku akan keluar sebentar. Sang quraisy pun tinggal sejenak menunggu sang ulama keluar. Tak lama kemudian dia datang bersama seorang pembuat roti. Kemudian dia berkata. ”ketahuilah, dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa jika engkau inginmengetahui sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentangnya, maka tanyakanlah kepada orang yang ahli dalam hal itu. Oleh karenanya sekarang aku panggilkan tukang roti yang akan menjelaskan bagaimana cara membuat roti”. Masya Allah. Mampukah kita seperti itu? Ketika kita ditanyakan tentang sesuatu, apakah ada dalilnya dalam Al-Quran, kita tidak langsung mengatakan bahwa hal itu tidak dijelaskan dalam Al-Qur’an?.

- Wabayyinati minal huda (menjelaskan petunjuk Allah yang telah lalu) petunjuk ini adalah petunjuk dari Allah pada kitab sebelumnya yaitu dalam zabur, taurat dan injil. Sehingga dengan sendirinya ketiga petunjuk ini terhapus dengan adanya Al-Qur’an. Dan dalam penjelasan lain disebutkan bahwa Al-Qur’an sebagai petunjuk ketiga petunjuk sebelumnya dan juga sebagai petunjuk dari rasulullah.

- Al-Furqan (pembeda), pembeda antara yang haq dan bathil, yang benar dan yang salah. Misalnya saja saat ini telah banyak bermunculan aliran-aliran baru, dan banayk yang bertanya-tanya sesuai tidak dengan islam yang kita anut, mengapa menurut udztadz ini seperti ini sedang mnurut udztadz itu begitu. Untuk mengetahuinya, cukuplah al-Qur’an sebagai tolak ukur untuk melihat mana yang salah dan benar, kapan tidak sesuai atau bertolak belakang dengan Al-Qur’an maka pastilah hal itu adalah kebathilan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap