Ingin rasanya pulang
kampung.............
Menikmati segarnya udara
pegunungan, hembusan angin yang sejuk dan juga suasana yang menyenangkan penuh
dengan kenangan. Tak terasa sudah hampir sembilan tahun meninggalkan kampung
halaman. Wajar saja ketika semakin banyak yang tidak aku ketahui, semakin
banyak yang aku rindukan, dan semakin ingin rasanya berlama-lama menikmati
suasana di kampung, mengenang masa-masa kecil.....
Ah... kampung ku dengan sejuta
kenangan di sana........
3 hari lagi ponakan pertamaku
diaqiqah. Sudah tentu keinginan untuk pulkam semakin besar. Ingin melihat wajah
mungilnya.. dan ingin merasakan gimana rasanya punya ponakan. Akhirnya tangisan
itu pun memecah kesunyian rumah kami,
rumah yang hampir tak pernah ku dengar suara bayi. Gimana tidak, umurku dengan
adikku hanya terpaut 2 tahun, makanya aku tak ingat gimana wktu adikku kecil,
dan kakakku yang sudah menikah belum ada yang mempunyai anak. Dua kali selalu
Allah berkehendak lain, menunda suara tangisan itu ada di rumah kami...
Kurasakan senyum merekah di wajah
ibuku, senyum penantian akan seorang cucu.. hm.... mungkin begitu pula
senangnya ketika kami anak-anaknya lahir ke dunia ini yang akhirnya ia rawat
dan ia sayangi.........
Ibu... ku rindu denganmu... ku
ingin memelukmu.. ku ingin bercerita denganmu.. ku ingin dengar ceritamu...
ibu... aku rindu dengan semuanya.... Walaupun dahulu kau didik kami dengan
penuh ketegasan, namun aku tahu itu
adalah kasih sayangmu untuk membuat kami jadi anak yang mandiri. Kau ingn kami
bisa jadi lebih baik, kau berbuat apa saja demi kami... ibu.. begitu banyak
sudah pengorbanan yag engkau lakukan untuk kami...
Episode demi episode kembali
terputar. Membayangkan diriku di masa kecil dengan gadis cilik yang lebih
banyak bermain dengan anak lelaki. Gimana tidak jika di rumah menjadi markas
bermain oleh teman kakak2ku yang hampir semuanya laki-laki, jadi wajarlah jika
permainan yang aku tahu hanyalah permainan anak lelaki. Aku gak tahu tentang
main karet, main tali, dan juga main2 anak perempuan seperti temanku yang lain.
Yang aku tahu hanyalah main kasti, main kelereng, main tembak-tembakan. Hingga
aku selalu harus dimarahi karena tidak mau membantu kakakku mencuci atau
mengerjakan pekerjaan anak perempuan. Aku senang bermain dengan anak lelaki,
saat itu tidak seperti sekarang dengan anak seumuran itu. Dahulu belum ada rasa
malu2, dan rasa suka atau apalah, semua hanya teman.. bebas, ceria, tertawa dan
bersama.... tidak seperti sekarang yang msih kelas 1 SD aja sudah tahu yang
namanya jatuh cinta.. oh my GOD.....
Hingga masuk ke bangku SMP,
diriku berubah drastis menjadi pendiam dan super diam. Hampir tidak dapat
diketahui kalau diriku tomboy, kecuali dengan kegemaranku dan ketidaktahuanku
akan hal-hal yang lumrah diketahui oleh seorang anak gadis. Semua berlangsung
sampai SMA bahkan sampai kuliah... dan satu hal yang sangat aku syukuri dari
kedua orang tuaku, kepercayaan yang tidak pernah diragukan. Mereka tidak pernah
meraguan atas kejujuranku, atas semua aktivitasku, atas apa yang menjadi
alasanku, walaupun sempat semua diragukan, namun kubuktikan bahwa dengan semua
akivitasku tidak membuat prestasiku di sekolah menjadi menurun.
Alhamdulillah....
Ibu.... sungguh ada banyak kisah
yang telah terjadi.. diriku sudah melihat bagaimana tegarnya dirimu, walau aku
tahu dirimu pun berusaha tegar menghadapi hidup. Tetap berusaha dan terus
berusaha.. tetap berdoa dan terus berdo’a.. darimu ku belajar arti
tanggungjawab, arti kesabaran, arti
ketegaran, arti kasih sayang, arti menghargai.. dan semua arti hidup....
Ibu... sebanyak apapun kisah yang
ingin kutuliskan tentangmu, sungguh aku tak bisa membayar semua kebaikanmu..
dan aku tidak ingin tidak punya kesempatan untuk berbuat yang terbaik untukmu..
kuingn melihatmu menyunggingkan senyum karena bahagia, ku ingin engkau bangga
kepadaku.. ku ingin engkau bisa merasakan bahagia di waktu senjamu.. ku ingin
engkau selalu bahagia.. bahagia mempunyai anak sepertiku...
Rabb.. sayangi ibuku.. rahmati
ia.. ridhoi ia... berilah umur yang panjang.. berilah ia kesenangan,
keselamatan di dunia dan di akhirat... hapus air mata dan sedihnya... biarkan
senyum selalu ada untuknya.. biarkan diri ini bisa mengantarkan kebahagiaan
untuknya... maafkan semua kesalahannya. Rabb.. sampaikan rinduku untuknya..
sampaikan sayangku untuknya lewat hembusan angin malam ini...
Rabb.. ku titip ibuku di kampung
sana... rahmatilah ia..... ku ingin selalu melukis senyum di wajahnya....
Ibu.. merindumu.........
Makassar, 12 Maret 2011
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar