Langsung ke konten utama

Akhwat pun bisa sedih karena cinta (hm......)

Sebagai orang yang beragama, tentunya kita semua tahu bahwa segala apa yang ada di dunia ini adalah kuasa dari Allah, Tuhan semesta alam.... apapun itu... dan tidak ada kejadian sedetik pun, sekecil pun yang tak luput dari pengawasan-NYA.... namun, pada kenyataannya terkadang kita sendiri yang sangsi dengan apa yang kita ketahui.. dan mungkin juga menjadi gusar dengan kejadian apa yang selanjutnya akan terjadi.... sepakat atau tidak, inilah bagian dari keimanan kita untuk meyakini segala hal bahwa kuasa bukan di tangan kita..... sebesar apapun perjuangan kita, usaha kita.. ingin kita.. semua tetap saja akan melewati pertimbangan baik-buruk bagi Allah.....

.....................................................
Bulan April.... 

Kalau biasanya acara walimah itu banyak di bulan sebelum bulan Ramadhan (atau bulan Sya'ban) dan setelahnya, maka kali ini justru di bulan ini, undangan sudah begitu banyak yang hinggap di tanganku... dan berita bahagia, silih berganti datang, hingga kalimah "Barakallahu laka wabaraka 'alaika wajama'a bainakuma fii khair..." selalu terdengar dan terucap. Alahmdulillah berita itu makin banyak yang hadir... walau sampai sekarang tak ada satupun yang sempat kuhadiri.

Berbicara masalah jodoh, maka mungkin saja menjadi pembicaraan yang dinanti tetapi mungkin juga menjadi topik yang sangat dibenci. semua lumrah saja. karena ada banyak alasan menjadikannya demikian. mungkin bagi yang sudah merasakan yang namanya kegagalan, topik ini hanya seperti angin lalu. tetapi bagi yang lain, topik ini menjadi topik yang hampir tidak ada ujung pangkalnya.

Berceritalah.. berhayallah.. berangan-anganlah......
cerita pun bergulir, tanggapan pun makin asyik diikuti... menelaah beberapa kejadian.. menjadikan sebagai bahan pelajaran..... walau semua mungkin hanya kasuistik, tapi cerita-cerita yang ada membuat sejenak berpikir. iyakah..?
...............................................
Sebuah kisah tentang seorang akhwat. tak ada yang pernah mengira dan menduga, akhirnya perasaan itu hinggap padanya. dan dengan semampunya ia berusaha menyembunyikan riak tersebut, tak ada yang tahu tentang itu. semua berjalan apa adanya. namun kondisi yang membuat rasa itu semakin subur. bagaimana tidak, tiap hari peluang untuk bertemu selalu ada, walau tak pernah saling menyapa apalagi bercanda. baginya akhwat, pantang mengobral perasaannya dan mempublikasikan apa yang ia rasakan. semua pelan, diam, dan hanya dia dan Allah yang tahu semuanya. 

Waktu terus saja bergulir, sang akhwat tetap saja berdiam diri dengan perasaannya, hanya bisa memandang takjub dan tersenyum dalam hati mendengar kisah dan cerita orang-orang tentang si ikhwan. namun, ternyata  tanpa ada komunikasi dan interaksi, ternyata hal yang sama juga dirasakan oleh si ikhwan, namun tak pernah ia berani mengungkap atau meberi tahu si akhwat. ditaruh dimana muka ini, harus blak-balakan jujur dengan semuanya. entah bagaimana kisahnya, akhirnya mereka saling mengetahui perasaan masing-masing. dan sudah tentu, dengan saling mengetahui perasaan masing-masing maka semakin kuatlah godaan syaitan untuk selalu mengingat-ingat mungkin jg berangan-angan. olehnya mereka pun ingin membuat semua menjadi halal. apalagi kuliah pun sudah hampir kelar. si ikhwan telah mengatakan keinginannya untuk segera mengkhitbah si akhwat. beberapa lama, si akhwat telah berniat untuk menyampaikan hal tersebut kepada orang tuanya, namun selalu saja ia tidak menemukan momen yang tepat untuk menyampaikannya.

Di saat ia berusaha menemukan saat yang tepat, ia dipanggil oleh orang tuanya. "hm.. mungkin ini adalah saat yang tepat" pikirnya. ia pun didudukkan, dan terdegarlah berita yang baginya bagai kilat yang menyambar. ternyata sudah lama ia telah dijodohkan dengan orang lain, yang masih ada hubungan kekerabatan dengannya walaupun sudah jauh, dan ia tidak pernah diberitahu. katanya orang tuanya menunggu saat yang tepat untuk memberitahukannya. dan orang tuanya sudah menerima pinangan tersbut, tinggal memberitahu si akhwat dan menentukan waktu untuk dilaksanakan pernikahan. lenyaplah sudah harapannya, dan di pikirannya hanya ada lagu-lagu sendu penuh kesedihan dan sama sekali tak pernah ia menyangka akan seperti ini. waktu yang ia rasa akan menjadi moment yang indah, ternyata berbalik menjadi moment yang menyeramkan. takut rasanya ia melihat hari esok, dan menanti waktu berganti dari hari ke hari untuk melaksanakan pesta pernikahan..

Air matanya serasa ingin berlarian. dan tanpa dia undang wajah si ikhwan terpampang di matanya. ada pilu di sana. tak sanggup rasanya ia menyampaikan berita ini. dan tak ingin rasanya berita ini jadi kenyataan. dalam pikirnya berusaha menemukan jalan keluar yang mungkin. ah... lagi-lagi tak ada jalan yang ia temukan. semua buntu.... tidak mungkin ia menolak keputusan orang tuanya. ia adalah anak yang penurut, dan kalaupun ia menolak dan mengatakan ada "yang lain" yang ia harapkan, bagaimana dengan keputusan yang telah disepakati? tegakah ia membuat keuarganya malu? dan apalagi jika keluarganya ingin membandingkan antara "dia" dan si ikhwan, tentu dari segi penghidupan jauh lebih mapan. kalau juga ia mengatakan si ikhwan sudah pernah mengatakan ingin engkhitbah, kenapa baru sekarang disampaikan?

Arghhh..... tidaaaak..... ingin rasanya ia berteriak dan hilang saja. esok rasanya monster yang selalu saja mengintainya. kalau dari segi materi mungkin calon pilihan orang tuanya bisa memberi lebih, tapi bagaimana dengan agamanya? sedangkan baginya, imam yang palng utama dilihat dari agamanya. bagaimana ia bisa terus dalam kancah dakwah ini, jika yang akan menjadi imamnya tidak pernah bergelut dalam dunia seperti itu. dan apakah kelak ia akan diizinkan jika akan terus berada di barisan dakwah?. beribu macam tanya hinggap di kepalanya dan ia hanya bisa terdiam. entah apakah ibunya bisa membaca kegalauan hatinya. di kamar dia hanya bisa menangis dan menangis. meratapi dirinya, meratapi anganya yang tak kesampaian....

Mau tidak mau, akhirnya si ikhwan mengetahui semuanya. entah bagaimana perasaannya saat itu. dia hanya mengatakan, "ikhlas-lah menerima apa yang akan terjadi padamu. itulah qadarallah. kita tidak ditakdirkan bersama. jadilah istri yang sholehah kepada suami". kata itu memang indah, namun tidak indah pada momen saat itu. justru kata itu bagai pisau yang menyayat. semakin nyatalahh pernikahan itu akan terjadi. apakah ia tidak sedih? tidak menangis? tidak mengaharapkanku? pikir si akhwat. wallahu'alam.. Allah-lah yang tahu bagaimana perasaan si ikhwan. mungkin ia pun lagi membenahi keping-kping hatinya yang retak. retak bersama kenyataan yang ada. ia harus ikhlas.

Semakin dekat hari H. semakin tak karuan juga hati si akhwat. tetap saja perasaan jengkel, bersalah, enggan itu hinggap dalam dirinya. sekuat tenaga ia usahakan untuk menepisnya namun selalu saja ada. ia tahu semua itu adalah jebakan syaitan untuk membuatnya tidak menerima ketetapan dari Allah, padahal ia tahu, seua itu terjadi karena se-izin-NYa dan izin dari allah adalah, ia harus menikah dengan orang lain, bukan ikhwan dambaannya. tiap hari, ia hanya berusaha memahamkkan dirinya walau sulit. sampai cincin yang seharusnya melingkar di jarinya tak pernah mau untuk dia pakai, hanya diberi kepada ibunya untuk dipakai. malam adat pun tak mau ia ikuti, di sisi lain bertentangan dengan yang ia fahami. hingga malam pernikahannya pun, sekuat tenaga ia hadirkan ikhlas dan ridho dalam dirinya.

Hari pernikahan pun tiba... 
setumpuk kekuatan ia hadirkan untuk melukis senyum di hadapan para tamu. senyum yang ia sadari belum sepenuhnya ikhlas. ia hanya manusia biasa, wajar ketika bulir bening tetap saja mau hinggap di pipinya. namun ia tetap berusaha, jangan sampai ia diketahui oleh orang lain, dan juga di ketahui oleh calon suaminya. cukuplah si ikhwan yang sakit, tidak menambah rasa sakit pada orang lain. bagaimanalah perasaan jika istri tidak menerima kita, dan hanya mengharapkan orang lain. si akhwat sadar akan hal itu. pelan ia tarik napas, dan berusaha melihat ke depan, melupakan semuanya... inilah hidupnya selanjutnya, bukan hidup yang ia alurnya ia dambakan. Allah ternyata berkehendak lain. dan sungguh, bagaimanapun ingin kita akan diwujudkan, tetap saja Allah yang kuasa membuatnya jadi kenyataan atau tidak. pelan.. diam.. dan sedikit demi sedikit.. dia hadirkan ikhlas... dan hanya Allah yang tahu kadar keihlasannya itu....

Di antara para tamu, ia melihat seorang adik yang menjadi tempat ia meluapkan semua curahannya. kembali air matanya akan menetes, apalgi saat berpelukan di pelaminan. si akhwat berbisik di telinganya "sudahlah, semua sudah ketetapan-NYA". 

Entahlah bagaimana selanjutnya, namun yang jelas sebagai seorang akhwat, bagaimanapun tidak menerima apa yang terjadi, tapi tetap yakin "itulah ketetapan-NYA." bukankah tiap hari ia sudah ditempah dalam jama'ah dan bahkan ialah yang senantiasa mengajarkan kepada adik binaannya untuk selalu ridho atas ketetapan-NYA, dan memahami bahwa apa yg terjadi semua atas se izin Allah, walaupu daun yang jatuh dari tangkainya sekalipun, semua adalah se-izin-NYA dan itulah yang terbaik. dan boleh jadi apa yang terbaik menurut kita boleh jadi bagi Allah itu bukan yang terbaik. jadi, bagaimanapun kita ingin membuat alur hidup seperti mau kita, tentu semua tidak bisa terjadi. ada Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. apa yang terjadi, jalanilah... ambil hikmahnya dan temukan maksud Allah dari semua itu.....

Si akhwat hanya berpesan, "jika engkau punya rasa dan punya keinginan, dan keinginan itu sama dengan orang yang engkau ingini, maka janganlah membuang-buang waktu untuk mencari waktu yang tepat. karena sebenarnya semua waktu itu tepat. jangan sampai sesal datang di kemudian hari, dan sakit itu menghampirimu. ketahuilah, keadaan yang ada padaku, sungguh tidaklah mengenakkan, sakit, perih dan sesal. jangan berdiam diri akan inginmu.. jangan terpaku dengan perasaanmu, karena semua tak akan terjadi jika dirimu tak mengusahakannya"
....................................................................

hm................. akhirnya berpikir, seperti itukah..? da memang seperti itulah kenyataannya. ambil sisi baiknya, dan tetap ingat.. apa yang terjadi, tetaplah ridho dengan semuanya. yakin ada permata hikmah, tinggal kita yang menemukan dan mengartikannya.. Allah-lah kuasa atas segalanya......

akhwat pun bisa sedih karena cinta..... :-)



--------------------------------------
Aku ingin mencintaimu karena ketampananmu
menyejukkan setiap mata yang memandangnya
tapi kemudian aku bertanya,
saat ketampanan itu memudar ditempuh usia
seberapa pudarkah kelak cintaku padamu?

Aku ingin mencintaimu karena sifatmu yang ceria
menjadi semangat yang menyala di dalam hati ini
tapi kemudian aku bertanya,
bila keceriaan itu kelam dirundung duka
seberapa muram cintaku kan ada?

Aku ingin mencintaimu karena ramah hatimu
memberi kehangatan dalam setiap sapaanmu
tapi kemudian aku bertanya,
kiranya keramahan itu tertutup kabut prasangka
seberapa mampu cintaku memendam praduga?

Aku ingin mencintaimu karena cerdasnya dirimu
membuatku yakin pada putusanmu
tapi kemudian aku bertanya,
ketika kecerdasan itu berangsur hilang menua
seberapa bijak cintaku tuk tetap mengharapmu?

Aku ingin mencintaimu karena kemandirian yang kau miliki
menyematkan rasa bangga ku yang mengenalmu
tapi kemudian aku bertanya,
jika di tengah itu rasa manjamu tiba menyeruak
seberapa cintaku tetap bersamamu?

Aku ingin mencintaimu karena tegarnya sikapmu
menambatkan rasa kagum pada kokohnya pertahananmu
tapi kemudian aku bertanya,
andai ketegaran itu rapuh diterpa badai
seberapa kuat cintaku bertahan?

Aku ingin mencintaimu karena pengertian yang kau berikan
menumbuhkan ketenangan karena kepercayaan yang kau tanam
tapi kemudian aku bertanya,
kelak pengertian itu tertelan oleh ego sesaat
seberapa ku mampu mengerti cinta ini?

Aku ingin mencintaimu karena luasnya danau kesabaranmu
menambah dalamnya rasa cinta semakin ku mengenalmu
tapi kemudian aku bertanya,
mungkin kesabaran itu mencapai batas membendung kesalahanku
seberapa besar cinta mampu memaafkan?

Aku ingin mencintaimu karena karena keteguhan imanmu
bagai siradj yang benderang mengantarkan cahaya
tapi kemudian aku bertanya,
kala iman itu jatuh menurun
seberapa berkurang akhirnya cintaku padamu?

Aku ingin mencintaimu karena karena kau yang tlah kupilih
sebagai cinta yang kan kupegang sepanjang hayat
tapi kemudian aku bertanya,
pun hati ini tergoncang
seberapa mantap cinta ini tuk tetap setia?

Andai sejuta alasan tak cukup
untuk membuat cinta ini tetap bersama dirimu
maka biar kupinta satu alasan tuk menjaga cintaku..

Aku ingin mencintaimu karena Allah..

karena Dia kan selalu ada tuk menjaga
maka cintaku kan tetap utuh dan setia
hingga kelak, ku tak mampu lagi mencintaimu
karena cintaku berpulang pada-Nya..

*untuk dia yang ku ingin mencintainya, kata yang ingin kuucap,
kupegang dan kupertahankan.. setelah walimatul ursy’… 


sore ditemani hujan rintik sesaat....Makassar, 09  April 2012

Komentar

  1. ikhwan juga bisa sedih karena cinta... ikhwan juga manusia yg punya rasa malu untuk mengkhitbah

    BalasHapus
  2. iya. karena akhwat n ikhwan sama2 manusia biasa :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap