Langsung ke konten utama

Apa Ilmu-mu Bersamaku..?

Diriwayatkan oleh Ibnu Qudamah, sebuah kisah tentang seorang guru yang mempunyai murid bernama Hatim. Kisah ini dituliskan dalam kitab Minhajul Qasidin. Suatu ketika sang guru berkata kepada muridnya "sudah sekian lama kita bersama dan engkau berguru kepadaku, sekarang aku ingin mengetahui apa yang engkau dapatkan (ilmu) selama engkau bersamaku?". Hatim pun berkata "wahai guruku, sekian lama kita bersama, ada beberapa hal yang aku dapatkan". Guru pun bertanya "apakah itu?".

Hatim Berkata:
1. Aku melihat di dunia ini, setiap orang mempunyai kekasih hatinya. dan ia sangat mencintai kekasihnya itu Namun, pada kenyataannya ia tidak bisa bersama terus dengannya, kecintaannya takkan abadi karena ketika meninggal tak satupun kecintaan, kesetiaan itu bisa diwujudkan. tak ada kekasih yang mau menemani kekasihnya masuk ke dalam kubur. oleh karenanya, biarlah "kebajikan" akan kujadikan sebagai kekasih. karena kelak ialah yang akan menemaniku masuk ke dalam kubur.


Seorang suami mempunyai istri sebagai kekasihnya, atau sebaliknya, atau seorang ibu mempunyai anak sebagai kekasih hatinya. dan dengan kekasih hatinya itu ia rela berbuat apa saja demi kekasih hati yang ia cintai. Bahkan, kecintaannya pada kekasihnya itu terkadang membuatnya lupa bahwa ada Allah yang mesti lebih kita cintai, karena kecintaan kepada kekasih mereka itu tidak akan pernah abadi dan selamanya. Mungkin seseorang pernah mengucap janji sehidup semati, tetapi janji tersebut tidak bisa direalisasikan tatkala ajal telah menjemput kekasihnya. ketika dikuburkan tak ada yang rela masuk ke dalam kubur bersama kekasihnya. Oleh karenanya, sederhanalah dalam mencintai makhluk sebagai kekasih, kelak kita akan sadar bahwa kecintaan itu akan berakhir, akan ada batasnya dan tidak abadi.

Memang pada dasarnya ketika seorang manusia meninggal, maka pada sebuah hadist dikatakan bahwa "ketika anak adam meninggal maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang selalu mendo'akan kedua orang tuanya. Di sini sangat jelas bahwa apa yang amat kita cintai di dunia ini tidaklah kekal, kelak semua akan kita tinggalkan dan mereka tidak bisa mengiringi kita sampai perjalanan selanjutnya, kecuali ketiga hal diatas. 

2. Aku melihat banyak manusia yang di dunia ini saling memperebutkan sesuatu. saling gontok-gontokan, siku menyiku, hantam-hantaman, tak kenal apakah dia saudara, kerabat, sahabat, demi sebuah tujuan dengan menghalalkan segala cara. Lihatlah di sekitar kita, betapa banyak manusia yang begitu tega dan begitu rela menyikut saudaranya, begitu banyak manusia yang saling berkelahi, saling hantam demi memperebutkan sesuatu, misalnya saja di negara kita, kursi kekuasaan begitu indahnya diperebutkan tak kenal siapapun di sekitarnya. Padahal bukankah kita semua diajarkan untuk saling mengasihi dengan sesama? kita diajarkan untuk selalu menjaga silaturrahim? 

Refleksi Ramadhan 1433 H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap