Langsung ke konten utama

Target Hidup

Ramadhan membawa banyak keberkahan pada kita. Bulan yang di dalamnya tersimpan banyak kelebihan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. wajarlah jika dalam bulan ini kita diperintahkan untuk banyak berbuat   amal kebajikan. 

Hidup yang kita lakoni merupkan manifestasi dari target yang akan kita capai. namun yang disesalkan yaitu kita terlalu berambisi mencapai target dunia kita dengan seabrek point capaian yang ingin kita dapatkan, namun kita lupa bahwa hidup tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat. di dunia ini hanya sementara, sekejap  dan fatamorgana. hanya tempat bagi kita mengumpulkan bekal. tetapi justru banyak manusia yang tergila-gila mencapi kesuksesan dunia dan lupa akan akhirat. bukankah kehidupan yang kekal adalah di akhirat?

Begitu banyak hal yang telah dan ingin kita gapai. mulai dari capaian harta, kedudukan, pendidikan, jabatan, kesenangan. semua menjadikan kita budak-budak dunia. sedangkan untuk target akhirat, sudahkah kita membuat planningnya? sudah sampai dimana planning kita?


Ramadhan, mengajarkan pada kita untuk mendapatkan kebahagiaan dengan beberapa targetnya. salah satunya adalah karena kita ingin masuk ke dalam jannah dari sebuah pintu yang bernama "Rayyan". nah, itu baru ramadhan. sedangkan kita hidup tidak hanya di bulan ramadhan, mash ada 11bulan lain. masihkan ada target hidup yang lain? 

Akhirat adalah kehidupan kita kelak. di sana kita akan mendapatkan dari apa hasil kita di dunia. seberapa besar perjuangan kita, seberapa gigih kita mendapatkan target akhirat kita. namun pertanyaannya, apakah target akhirat kita? Jannah? apa usaha kita mendapatkannya? Sudahkah kita membekali diri kita dengan ilmu? sudahkah kita mengoreksi setiap ibadah kita?

Setiap orang punya cara menggapi targetnya dan semua tergantung usaha kita di dunia ini. sebuah kisah tentang seorang ibu yang mempunyai 10 anak, 3 diantaranya telah menghafal al-Qur'an dan 7 lainnya masih on the way menghafal. ini sebagai salah satu bentuk pencapaian target akhirat untuk semua keluarganya. prinsip mereka "tidak hanya di dunia akan bersama, senang, berkumpul, bahagia tetapi mereka pun berharap n berusaha di akhirat juga seperti itu" makanya mereka akan menciptakan keluarga yang Qur'ani agar hafalan qur'an mereka bisa menjadi wazilah untuk masuk dalam Jannah. Subhanallah..... lanjut dari kisah ibu tersebut, suatu ketika anaknya yang kedua berkeinginan berangkat ke Jalur gaza untuk bergabung dengan pemuda islam lainnya di sana. sebagai seorang ibu yang punya naluri kasih sayang kepada anaknya, ia pun bertanya kepada anaknya "apakah engkau siap kesana? tidakkah engkau takut akan mati di sana?". sang ank kemudian menjawab "Ibu, di mana pun berada entah di Jakarta, Palestina, atau tempat lainnya partilah saya akan mati. namun pertanyaannya adalah dengan bagaimana saya akan mati bu?". "saya ingin mati dalam keadaan syahid, saya ingin berjuang bersama pemuda islam lain memperjuangkan agama ini". 

Refleksi 11 Ramadhan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap