Langsung ke konten utama

Ishbiru Wa Shabiru...

Hidup tak selalu sesuai dengan keinginan. Adakalanya kita dituntut untuk bijak menghadapi hidup dan bersabar dengan apapun yang terjadi. Mungkin kata orang itu adalah pasrah, tetapi bagiku tidak. Ketika aku mesti bersabar menerima dan memahamkan diriku bahwa aku berbeda dengan yang lain atau mungkin dibedakan dengan yang lain.

Kucoba untuk berpikir realistis, mungkin aku yang memang belum layak, mungkin juga aku tidak berhak, mungkin juga aku memang sudah masuk dalam daftar blacklist, atau mungkin-mungkin yang lain. Semua memang adalah kemungkinan-kemungkinan yang terangkai dalam otakku. benar atau tidak, aku sendiri sangsi, tetapi kenyataan seperti itu. Diantara aku dan teman-temanku, akulah yang berbeda dengan mereka. Sekarang mereka menyunggingkan senyum manis, sedangkan diriku...???.

Terlihat aku biasa-biasa saja, tak ada tangisan di sini, tak tampak raut kecewa. Semua kusimpan jauh ke dasar, aku tak mau ada yang menangkap sirat sedih itu. walau sebenarnya aku ingin menumpahkannya, tetapi aku harus bisa mengabarkannya hanya pada angin. aku lebih memilih diam dan mengoreksi diriku sendiri. Aku yakin semua ada hikmahnya, dan karunia Allah tidaklah selebar daun kelor, sungguh limpahan rahmat, karunia, kasih sayangnya meluas, lebih luas dari hamparan langit dan bumi. Aku mesti berpikir positif.. All is Well.....
Maafkan aku ayah.. ibu.. aku tidak bisa bercerita kepadamu. Biarlah engkau menganggapku selalu baik-baik saja disini agar tak menambah bebanmu. Walaupun saat saat seperti ini ingin rasanya bercerita denganmu, tetapi aku tak mau lagi menambah bebanmu dengan ikut memikirkan masalah-masalahku. Aku akan berusaha dewasa menyikapi ini semua. Do'akanlah aku semoga disini aku bisa melewati semua getir hidup yang kualami, karena do'amu bagai air di telaga yang memberikan kesegaran padaku. Ayah.. ibu... maafkanlah anakmu... aku belum bisa berbuat banyak untukmu. Semoga semua akan baik-baik saja agar aku bisa segera mewujudkan impianku untukmu.

Aku pun tak bisa bercerita pada kakakku. Mungkin kemarin raut wajahku tampak berbeda dan aku terkadang termenung, tetapi bibir ini rasanya berat bercerita dan mengeluh serta mengadu. Bukan aku tidak percaya padamu, tetapi lagi-lagi biarlah semua kunikmati sendiri kegetiran hidup ini, mungkin dengan begitu aku bisa tertepa menjadi sosok yang dewasa. Aku hanya mampu bercerita hal lain kepadamu. bercerita hal yang mungkin menyenangkan, biar semuanya tertutupi bersama canda yang kuukir di wajahku ini, meski terlihat kaku.

Ya Rabb... Engkau-lah penguasa atas segalanya. Sungguh kami tidaklah ada apa-apanya dibanding kekuatan dan kebesaran-Mu. Aku sebagai hamba hanya bisa berusaha menjadi hamba-Mu yang terbaik, mensyukuri setiap kejadian, dan ikhlas menjalani setiap rute hidup yang kulalui. Karena aku tahu, aku tak pernah sendiri. i'm never alone, because Allah always with me..

Makassar, 30 Oktober 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap