Langsung ke konten utama

Jungle Fish

Di Afrika, ikan di sungai dan danau tersapu ke hutan oleh Whirlwinds. Perjuangan ikan hutan karena mereka tidak menemukan jalan ke laut. Kami tidak diperbolehkan untuk bermimpi. Kita seperti ikan di hutan yang dibuat oleh orang dewasa. ikan-ikan itu seperti tak pernah beristirahat. 

Ini adalah sebuah film Korea yang menggambarkan tentang kondisi pendidikan. walaupun ini hanya sebuah film, tetapi minimal menggambarkan apa yang terjadi dan apa yang ada dibenak beberapa orang tentang kondisi pendidikan yang ada. Wallahu'alam apakah seperti itu kenyataannya ataukah tidak. Tetapi ada film seperti itu, berarti memang ada fakta yang menjadi ide. 

Sebuah sekolah dengan reputasi yang baik, dengan siswa-siswa yang masing-masing punya impian masa depan. tetapi, mereka harus bermimpi dengan dibayang-bayangi oleh keinginan orang dewasa yaitu orang tua dan guru. Orang tua sering kali menuntut banyak hal kepada anaknya. menginginkan anak-anaknya mendapatkan yang terbaik dan menjadi yang terbaik. dengan cara apapun. mereka tidak peduli apakah cara mereka sudah tepat atau tidak, tidak peduli apakah yang mereka paksakan sudah sesuai dengan keinginan dan kemampuan anaknya. 


Berharap anak menjadi lebih baik adalah wajar, memberikan fasilitas belajar yang memadai pun sangat wajar. akan tetapi yang tidak wajar adalah membebani anak-anak mereka dengan jadwal yang padat, target yang berat, dan cita-cita di luar kemauan anaknya. Selain orang tua, guru pun berubah wujud menjadi sosok singa yang siap menerkam siswanya, apalagi jika siswanya tidak bisa mengerjakan soal seperti keinginan mereka. Dalam target guru, seluruh siswa harus mendapatkan nilai terbaik. jika seluruh siswa seperti itu, apakah mungkin seluruh siswa bisa menjadi terbaik dari segala disiplin ilmu? lalu dimana diletakkan teori kecerdasan?
Keinginan orang tua dan guru menjadi sebuah beban bagi siswa. Bagaimana tidak, setiap anak punya karakteristik yang berbeda, kemampuan berbeda, cita-cita berbeda. Mengapa harus dipaksakan untuk menjadi orang dewasa impikan?. Inilah yang dianggap dalam film ini bahwa siswa adalah ikan. ikan layaknya di air entah di sungai, ataupun laut. Tetapi mereka harus ke hutan, dunia yang asing bagi mereka, tetapi mereka harus tetap bertahan hidup karena di sekeliling mereka ada raja hutan yang selalu mengawasi langkah mereka. Bahkan untuk bermain, menikmati masa anak dan remaja seakan dihapus dengan seabrek les, privat, dan lainnya. Ikan dalam dunia hutan. 

Sekelompok siswa yang mengikuti keinginan orang tuanya mengikuti privat dari gurunya. mereka hanya mengikuti keinginan orang tuanya yang berharap anak mereka mendapatkan nilai terbaik dan kelak masuk keperguruan tinggi idaman mereka. Lagi-lagi anak laksana ikan-ikan yang sebenarnya berontak dibawa ke hutan, tetapi mereka tak punya daya untuk melawan harapan kedua orang tuanya, apalagi disokong oleh guru dengan keinginan yang sama. Ujian tengah semester menjadi surga sesaat bagi mereka. Semua soal yang diberikan saat les ternyata itulah soal ujian. Mereka diam-diam panik, tetapi masih berusaha menutupinya, tetapi bagaimanapun bangkai disimpan lambat laun akan tercium juga. Desas-desus itu pun terdengar seantero sekolah. Terjadilah kehebohan. Di lain sisi, dua orang teman mereka Jaeta dan Ketua kelas yang mempunyai kesenangan memotret dan ngeblog, menjadi penasaran dan ingin mengungkap kasus tersebut, tetapi ternyata harus berhadapan dengan sahabatnya sendiri yaitu Donghui. Sahabatnya akhir-akhir ini menjadi aneh dan bersikap dingin. dia mulai curiga, apalagi sempat tidak sengaja ia mendengarkan pembicaraan sahabatnya dengan dua orang siswa lainnya dan guru mereka tentang soal ujian yang ternyata sama. Sebagai seorang sahabat, tentulah tidak nyaman dengan perubahan tingkah laku sahabatnya, apalagi dia selalu menghindar. ia pun menanyakan secara langsung desas-desus itu, dan berharap sahabatnya itu berkata bahwa bukan dia yang mendapatkan soal ujian itu, tetapi kenyataannya sahabatnya marah dan tidak mau menganggapnya sahabat lagi. Desas-desus pun makin ramai dibicarakan. 

Keadaan pun semakin memanas, apalagi saat ada tulisan di papan pengumuman bahwa seseorang yang mengaku salah satu orang yang mendapatkan soal ujian tersebut akan bunuh diri karena merasa menyesal dengan apa yang terjadi. siswa dan guru semakin gempar, mereka kembali saling mengira-ngira. di sisi lain sekolah, salah satu siswi (Eunshu) yang mendapatkan bocoran soal itu merasa sangat tertekan, ia tidak bisa memendam sendiri bebannya dan akhirnya mengakui perbuatannya kepada sahabatnya, tetapi sahabatnya malah diam dan tidak memperdulikannya lagi. banyak Persahabatan yang akhirnya retak. Puncak dari masalah adalah ketika Jaeta dan ketua kelas mencari lokasi gambar sekolah dari sebuah blog yang mengaku sebagai pelaku. keduanya menganggap gambar tersebut sebagai petunjuk, dan dialah juga orang yang menyatakan diri akan bunuh diri. Setelah ditemukan, mereka menganggap bahwa yang akan bunuh diri adalah Eunshu, tetapi ternyata bukan. Saat Eunshu dan sahabatnya berpelukan dan saling meminta maaf atas kerenggangan persahabatan mereka akhir-akhir ini, Jaeta bertanya kepada Eunshu apakah dia yang membuat tulisan di papan pengumuman. Enshu mengatakan bahwa bukan dia penulisnya. saat dia mulai ingin mengatakan siapa orangnya, dia melihat Mirae ada ditengah kerumunan orang. Mirae pun terkejut dan kemudia berlari bersama Donghui menuju lantai atas gedung sekolah yang selanjutnya dikejar oleh Jaeta, Eunshu, dan teman-teman mereka yang lainnya. Tiba di puncak gedung sekolah, Mirae dan Donghui telah berada di pinggir puncak sekolah dan mengancam akan melompat. melihat hal tersebut, Eunshu, jaeta menjadi panik, tetapi Mirae sudah terlanjur marah kepada Eunshu dan Donghui marah kepada Jaeta, keduanya menganggap bahwa sahabat mereka masing-masing telah puas karena sudah ketahuan siapa yang mendapatkan bocoran soal tersebut. Saat guru mereka datang, Mirae dan Donghui akhirnya melompat, untunglah mereka melompat tidak sampai ke lantai dasar. kejadian itu sangat menggemparkan. itulah puncaknya. kejadian itu membuat luka bagi mereka terutama Jaeta, Eunshu, Donghui, dan Mirae. Persahabatan mereka menjadi taruhanannya. Setelah keadian itu, keadaan sekolah menjadi normal, tetapi tidak dengan persahabatan mereka. Mirae akhirnya pindah sekolah. Donghui dan jaeta tidak lagi bersahabat seperti dulu.

Tak seorang pun yang bertanya tentang bagaimana luka itu pergi. kita jatuh dan mendapatkan luka. kita bangun dan terus berkembang. itulah hukum rimba. Ini adalah hutan dan kami berada di dalamnya. kita semua ikan hutan yang memimpikan laut. 

Lalu bagaimana potret pendidikan di Indonesia? rasanya kita naif jika kita mengatakan kondisinya tidak seperti itu. Sama saja. Orang tua menuntut banyak hal kepada anaknya. selagi mereka mampu, anak mereka dihantam dengan seabrek aktivitas, dari les sampai privat. tak peduli seberapa capek anaknya, tak tahu bahwa anak mereka juga butuh untuk istirahat dan bermain (bagi yang berkecukupan, kallau yang gak punya uang tentulah tidak seperti itu he..he...). Tetapi bedanya adalah dalam hal penyikapan perbuatan. Kondisi boleh sama, tetapi apakah kekhawatiran, rasa bersalah juga tampak pada siswa, ortu dan guru di Indonesia? Rasa-rasanya semua adem-adem saja. Mungkin karena ini sudah jadi rahasia umum, dan sudah masuk dalam daftar pemakluman. Hingga betapa pun kecurangan dilakukan, tak ada aksi yang rill, tak banyak yang peduli, tak ada yang was-was, tak ada yang merasa bersalah. Ikan di sini bukan dalam hutan, tetapi dalam aquarium. Bahkan sebenarnya di Indonesia lebih parah, bukan hanya soal UTS atau ujian semester yang dicurangi, bahkan soal UN dan soal CPNS pun dicurangi. Ck....ck.... tapi apakah pelakunya merasa bersalah? apakah ada pihak yang mau mengusut sampai tuntas? atau semua sudah dimaklumi sebagai surga?.

Berikut adalah cuplikan wawancara dengan siswa di session terakhir film ini tentang pendapat mereka tentang kecurangan dan mengapa hal tersebut terjadi.
"ini diinginkan oleh guru dan orang tua"
"orang tua mestinya berpikir apakah tindakan mereka benar dan tepat"
"apakah kecurangan seperti itu akan dilakukan untuk menuju jenjang perguruan tinggi?"
" saat kita bisa mendapatkan jalan seperti itu, itulah surga bagi kita. tetapi di satu sisi kita telah melompat ke dalam hutan sebagai ikan"
"saya pikir siswa di korea adalah ikan hutan. orang tua adalah harimau, dan guru adalah singa. mereka mengejar kita, dan kita harus tetap bertahan hidup. kami ingin lari, tetapi hutan menakutkan dan gelap"

Lalu bagaimana di Indonesia? apakah siswanya juga berpikir seperti itu? apakah siswa di sini juga seperti ikan di hutan? atau di aquarium? atau memang pada habitatnya di air...??. Mari merefleksi pendidikan kita....

Makassar, 25 Oktober 2012. masih di kamar mungilku


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap