Sebuah kata penuh dengan makna. Sarat akan pilihan. Bukan hanya sekedar kata tuk unjuk diri, bukan sekedar simbol untuk pembebasan. Ada banyak hal yang mesti dimaknai dalam sebuah perlawanan. Apakah ia adalah sebuah pilihan terbaik dari realita yang ada? Adakah ide atau konsep yang jelas dari perlawanan yang dilakukan, dan siapkah kita akan semua akibat yang akan ditimbulkan?
Perlawanan mengajarkan diri untuk kritis melihat realita. Tidak hanya ikut beramaikan kata ”ABS” asal bapak senang, tetapi mencoba meretas semua hal dan menemukan sari-sari kebenaran yang ada. Perlawanan mengajarkan keadilan, karena jika tidak maka banyak hal di dunia ini yang dilakukan hanya dengan perasaan, bukan karena asas keadilan. Perlawanan mengajarkan diri tuk kreatif, mencari solusi yang tepat dan alternatif dari sebuah kondisi. Dan perlawanan tentu mengajarkan keberanian, adakah sebuah perlawanan akan bisa terwujud jika ketakutan dan kecemasan masih setia menggrogoti alam fikiran kita?
Namun adakah perlawanan itu masih ingin dilakukan? Sedang di sekeliling kita dipenuhi oleh ketidakjujuran, kebengisan, ketidakadilan, keangkuhan, perebutan kekuasaan, pengrusakan ideologi, kemorosotan akhlak, penghalalan segala cara tuk menggapai ambisi. Ketika ego, perasaan, kepentingan dan kekuasaan seakan berada di atas segala-galanya, tak heran jika nilai, moral, etika dan bahkan syariat mulai diinjak-injak!. Adakah seruan perlawanan bisa kita lakukan? Ataukah hanya perlawanan demi kebebasan yang tak berdimensi, atau demi jabatan, atau bahkan juga demi kepentingan individu?
Apakah esensi dari sebuah perlawanan? Apakah ia berjarak dekat dengan pembebasan yang marak didengungkan, namun terkadang mudah menjerumuskan. Bagaimana tidak, jika segala hal masih mau dkritisi. Bahkan sampai nilai-nilai ke-Ilahi-an pun tak luput darinya. Kalau perlawanan yang dimaksud adalah perlawanan ketidakadilan dan kejujuran demi kemanusian, maka itu adalah hal yang mutlak dilakukan, mengingat terlalu mudah nilai kemanusiaan itu diinjak-injak.
Pertanyaan selanjutnya, mestikah perlawanan dengan kekerasan atau pertumpahan darah? Karena yang nyata saat ini, perlawanan akan memuat kekerasan, ketakutan, kebencian, dan pengucilan. Bukankah dalam islam telah diajarkan untuk selalu menampilkan perilaku/akhlak yang baik walupun yang dilakukan adalah perlawanan, tapi bukan melalui kekerasan atau bahkan pertumpahan darah, selagi permasalahan itu tidak mengancam atau menyangkut aqidah. Sekali lagi dengan BIL HIKMAH..!!! Andai di dunia ini semua orang bisa kritis melihat realitas, maka akan banyak terjadi perlawanan dimana-mana, perlawanan dari sebuah kegelisahan melihat realita, mengetuk nurani..!!!
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar