Langsung ke konten utama

Strategi Mengajar Belajar Matematika

Strategi Belajar Mengajar Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika PPs UNM Makassar
Oleh: Nurhidayah, S.Si, Marilyn Lasarus, S.Pd , Ari Wibowo, S.Pd, dan  Andi Indrah Hatta, S.Si,

Defenisi Strategi
Strategi berasal dari kata Strategos (Yunani) atau Strategus. Strategos berarti jenderal atau berarti pula perwira Negara (state officer). Jenderal inilah yang bertanggungjawab merencanakan suatu strategi dan mengarahkan pasukannya untuk mencapai kemenangan (Dedikbud; 1999: 40).

Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer dan diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Seorang yang berperang dalam mengatur strategi, untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari kuantitas maupun kualitasnya. Setelah semuanya diketahui, baru kemudian akan menyusun tindakan yang harus dilakukan, baik tentang siasat peperangan yang harus dilakukan, taktik dan teknik peperangan, maupun waktu yang tepat untuk melakukan suatu serangan. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu memperhitungkan berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar.

Dari ilustrasi tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of actifities desiggned to achieves a particular educational goal. Jadi, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Defenisi Belajar

Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena ituseseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu memang memang dapat diamati dan berlaku dalam waktu relatif lama yang disertai usaha sehingga mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya. Tanpa usaha bukanlah belajar walaupun terjadi perubahan tingkah laku. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar.

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Perubahan perilaku terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. Dari pengalaman yang satu ke pengalaman yang lain akan menyebabkan proses perubahan. Perubahan ini tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri. "Belajar tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain dan cita-cita" (Hamalik, 2002:45). Dengan demikian seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada diri orang yang belajar akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan.

Menurut Slameto (1995:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam lingkungannya. Seseorang dikatakan sudah belajar apabila pada dirinya telah terjadi perubahan tertentu, misalnya dari tidak dapat mengoperasikan komputer menjadi dapat mengoperasikan komputer, dari tidak dapat mengendarai motor menjadi dapat mengendarai motor, dan lain sebagainya. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa tidak setiap perubahan yang terjadi pada individu disebut hasil belajar. Jika seorang bayi dapat duduk padahal sebelumnya tidak dapat, lalu bayi bisa merangkak dan berdiri, maka perubahan yang terakhir ini bukan karena belajar tetapi adanya kematangan (naturation).

Belajar dapat pula diartikan secara luas dan secara sempit. Secara luas, belajar diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Secara sempit, belajar diartikan sebagai usaha penguasaan materi pelajaran (Haling, 2007:2). Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah: (1) kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran; (2) afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, sikap dan pembentukan pola hidup; dan (3) psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani (Sagala, 2006: 12).

Bila dianalisis pengertian belajar tersebut di atas, mengandung unsur-unsur yang sama, yaitu: (1) belajar itu merupakan suatu kegiatan yang disadari dan mempunyai tujuan; (2) proses belajar itu mengakibatkan perubahan tingkah laku dan perubahan itu disebabkan oleh pengalaman-pengalaman atau latihan-latihan, dan bukan disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan; dan (3) perubahan tingkah laku dalam belajar sifatnya menetap.
Defenisi Mengajar

Pada dasarnya apabila dikatakan mengajar, tentu ada subyek yang diberi pelajaran, yaitu peserta didik dan ada subyek yang mengajar yaitu pengajar. Pengajar disini dapat saja secara tidak langsung berhadapan muka dengan yang diberi pelajaran, misalnya melalui media seperti buku teks, modul dan lain-lain. Sehingga mengajar didefenisikan sebagai suatu kegiatan dimana pengajar menyampaikan pengetahuan/pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik. Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, mengajar yang baik jika hasil belajar peserta didik baik.

Strategi berkaitan dengan cara-cara yang dipilih guru dalam menentukan ruang lingkup, urutan bahasan, kegiatan dan sebagainya untuk menyampaikan bahasan matematika kepada peserta didik. Dengan demikian strategi mengajar belajar matematika adalah kegiatan yang dipilih pengajardalam proses mengajar belajar matematika yang dapat memberikan fasilitas belajar sehingga memperlancar tercapainya tujuan belajar matematika.

Perubahan Paradigma Dalam Mengajar

Belajar matematika saat ini, tidak lagi diartikan secara sempit seperti pembelajaran matematika tradisional. Apalagi dengan banyaknya teori belajar yang berkembang seperti teori belajar kontrukstivisme menjadikan proses pembelajaran di sekolah tidak hanya bertumpu pada pengajar atau guru saja, tetapi juga pada peserta didik. Pembelajaran tradisonal lebih banyak menciptakan proses belajar yang “pasive and Transmission”. Ketika siswa belajar iklim yang diciptakan merupakan iklim pasiv dimana siswa tidak memiliki banyak aktivitas, semua terpusat pada guru. Siswa hanya mendengarkan dan melakukan apa instruksi yang diberikan guru, mereka hanya menerima informasi yang diberikan tanpa mau mengkaji lebih dalam tentang apa yang diberikan, sehingga proses yang terjadi merupakan proses transmisi, pemindahan ilmu dari guru ke siswa, bukan sebagai proses pendalaman pengetahuan.
Dari Pasif Ke Aktif

Mengajar tidak selalu menghasilkan suatu pembelajaran. Karena sampai saat ini, masih banyak guru yang menggunakan “kapur/spidol dan bicara” dan siswa mengadopsi pembelajaran yang pasif. Gambaran tersebut dapat dilihat dari pernyataan siswa sebagai berikut:
"Saya mendengarkan sementara guru menjelaskan."
"Saya menyalin metode dari papan atau buku teks."
"Saya hanya melakukan hal sesuai dengan pertanyaan”
"Saya bekerja sendiri."
"Saya mencoba untuk mengikuti semua langkah-langkah yang diberikan."
"Saya pertama menyelesaikan masalah yang mudah untuk meningkatkan kepercayaan diri saya."
"Saya berlatih metode yang sama berulang kali untuk banyak pertanyaan."

Sehingga bagi siswa, matematika dianggap sebagai “sesuatu yang dilakukan untuk guru”, tidak dianggap sebagai sebuah kreativitas, menstimulasi subjek untuk mengeksplor. Hal ini menjadikan matematika dipandang sebagai kumpulan prosedur yang terisolasi dengan teknik belajar yang menghafal, bukan hubungan jaringan yang menarik dan ide yang bagus untuk dieksplorasi, didiskusikan, didebatkan dan secara bertahap dapat dipahami.

Diharapkan dalam pembelajaran matematika guru dapat mengajar lebih efektif dengan menciptakan lingkungan belajar yang efisien dimana siswa ditantang untuk menjadi pembelajar yang aktif. Mereka diharapkan dapat terlibat dalam pembahasan materi, menjelaskan ide-ide mereka, mengajar satu sama lain, menciptakan dan memecahkan pertanyaan satu sama lain ndan bekerja bersama untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Dengan demikian, tidak hanya pengetahuan mereka yang meningkat, tatapi kepercayaan diri mereka pun semakin meningkat.

Dari Penularan Ke Tantangan

Metode pengajaran tradisional biasa disebut pendekatan 'transmisi', metode ini menjelaskan kepada peserta didik satu langkah pada satu waktu. Guru hanya memimpin siswa dalam arah tertentu atau memerintahkan siswa mengikuti prosedur yang diajarkan. Siswa diharapkan lancar menyelesaikan latihan sesuai dengan metode yang diajarkan.

Pendekatan Transmisi akan efek jika memerlukan proses mengingat jangka pendek , tetapi kurang efektif untuk belajar jangka panjang belajar. Hal ini dikarenakan:
ü Mendorong menghafal aturan tertutup, yang sering disalahgunakan dan cepat dilupakan
ü Tidak memperhatikan pengetahuan pelajar (dan kesalahpahaman);
ü Mendorong sikap pasif di kalangan siswa yang merasa bahwa mereka tidak punya kontribusi. "Katakan saja apa yang harus dilakukan";
ü mendorong siswa untuk mengukur keberhasilan mereka dengan berapa banyak pertanyaan yang telah mereka lakukan, bukan oleh apa yang telah mereka mengerti.

Proses mengajar yang menitikberatkan pada pembelajaran yang menantang, dapat dilihat dari aktivitas guru dalam proses pembelajaran yaitu:

ü menilai peserta didik dan memanfaatkan pengetahuan konstruktivis sebelumnya;
ü memilih tantangan yang tepat untuk peserta didik;
ü membuat tujuan pembelajaran yang jelas;
ü membantu peserta didik mengetahui bagaimana mereka harus bekerja sama yang saling menguntungkan
ü mendorong peserta didik untuk mengeksplorasi dan bertukar pikiran dalam suasana yang tidak tergesa-gesa, melakukan refleksi pelajaran
ü mendorong kegiatan diskusi dan memeriksa kekuatan dan kelemahan peserta didik;
ü menghilangkan pikiran 'takut gagal' dengan kesalahan yang dilakukan dengan menganggapnya sebagai peluang belajar, bukan untuk menghindarinya
ü menantang peserta didik melalui pertanyaan menyelidik;
ü mengelola kelompok kecil dan diskusi seluruh kelompok;
ü menyimpulkan ide-ide penting dalam setiap pertemuan;
ü membantu peserta didik untuk membuat hubungan antara ide-ide mereka.

Tindakan Matematis Yang Diperlukan Oleh Siswa

Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak hanya dituntut dengan tujuan khusus sesuai dengan kurikulum, tetapi juga dengan tujuan praktis. Hal ini sangat penting dengan mengingat bahwa matematika saat ini masih dianggap sebagai mata pelajaran yang tidak dapat langsung diketahui manfaatnya secara praktis ketika dipelajari. Disinilah dituntut agar proses pembelajaran matematika perlu dilibatkan rasa ‘melakukan”. Untuk menggambarkan ruang lingkup dan sifat dari tindakan matematika bahwa perlu pengalaman dalam pembelajaran matematika, dimana pengalaman ini berlaku untuk kedua tujuan diatas yaitu secara khusus dan secara praktis. Ada 5 poin tindakan matematis yang diprlukan siswa sebagaimana yang dituliskan dalam “Australian Education Review” dimana Kilpatrick menjelaskan 5 point tindakan tersebut sedangkan Watson dan Sullivan (2008) menjelaskan lebih rinci dalam sub bagiannya.

1. Pemahaman konseptual

Kilpatrick, dkk (2001) menamakan sebagai pemahaman konseptual, sedangkan Watson dan Sullivan menggambarkan tindakan dan tugas yang relevan dengan belajar guru, pemahaman ini meliputi pemahaman matematika, konsep operasi dan hubungan.

Sebelumnya, Skemp (1976) berpendapat bahwa tidak mudah siswa mengetahui bagaimana mengerjakan tugas matematika. Dengan demikian, diperlukan pemahaman konseptual penuh. Skemp berpendapat bahwa mereka juga harus mengetahui bagaimana hubungan ide dan cara yang mereka lakukan (pemahaman relasional). Skemp mengelaborasi pentingnya sebuah ide sebagai dasar dalam bekerja berdasarkan teori Piaget terkait skema dan struktur mental. Gagasan Skemp bahwa pengetahuan yang baik dibangun dengan suatu keterhubungan, sehingga ketka salah satu bagian dari jaringan ide diingat pada masa yang akan datang, maka jaringan ide yang lain pun juga akan teringat.

2. Kefasihan Prosedural

Kilpatrick menyebut poin kedua ini sebagai “kelancaran prosedural” sedangkan Watson dan Sullivan lebih senang menggunakan istilah “kefasihan matematika”. Keduanya mendefenisikan hal ini sebagai keterampilan dalam melaksanakan prosedur secara fleksibel, akurat, efisien, dan tepat. Selain itu. Kefasihan prosedural ini memiliki pengetahuan faktual dan konsep yang lahir dari pemikiran tingkat rendah.

Pegg (2010) mengemukakan pentingnya mengembangkan kefasihan ini untuk semua siswa. Ia menjelaskan bahwa pengolahan informasi awal terjadi dalam memori kerja, yang memiliki kapasitas terbatas. Oleh karena itu diharapkan kepada guru untuk memberikan pemahaman prosedural untuk mengurangi beban kerja memori, sehingga memingkinkan kapasitas yang lebih untuk tindakan lainnya.

3. Kompetensi Strategi
Kilpatrick menyebaut poin ketiga ini sebagai “kompetensi strategi”. Watson dan Sullivan menggambarkan kompetensi strategi sebagai kemampuan merumuskan, mewakili dan memecahkan masalah matematika.

Ross Turner (2010:59) dalam presentasenya berpendapat mengenai kompetensi strategi:
“serangkaian proses kontrol kritis yang memandu seorang individu secara efektif untuk mengenali, merumuskan, dan memecahkan masalah. Keterampilan ini dicirikan dengan memilih atau merancang sebuah rencana yang akan digunakan untuk memecahkan masalah matematika dari sebuah tugas dan membimbing pelaksanaannya”

4. Penalaran
Keterampilan keempat dari Kilpatrick et al. (2001) adalah 'penalaran adaptif'. Watson dan Sullivan (2008) menggambarkan penalaran adaptif sebagai kemampuan logis, penjelasan, refleksi, pemikiran, dan justifikasi. Kaye Stacey (2010) berpendapat bahwa penalaran adaptif dilakukan untuk :

“memberoleh sebuah aturan yang digunakan dalam latihan daripada memberikan penjelasan apa yang akan dilakukan dalam menyelesaikan sebuah masalah.

5. Produktif disposisi
point kelima dari Kilpatrick (2001) adalah 'disposisi produktif'. Watson dan Sullivan (2008) menggambarkan disposisi produktif sebagai kecenderungan kebiasaan untuk melihat matematika sebagai sesuatu yang masuk akal, berguna dan berharga, seiring dengan kepercayaan dalam ketekunan dan keberhasilan.

C. Prinsip Dasar Dalam Mengajar
Menurut Swan (2005:7-10), terdapat beberapa prinsip dasar dalam mengajar yang baik. Prinsip-prinsip ini merupakan hasil dari penelitian sebelumnya yang dilakukan di Australia. Adapun prinsip dasar yang dimaksud yaitu:

1. Membangun pengetahuan siswa dalam setiap pertemuan
Pengajaran yang efektif mengasumsikan bahwa peserta didik yang ikut dalam proses pembelajaran sebagai “papan tulis kosong”, tetapi orang yang berpikir aktif dengan berbagai keterampilan dan konsepsi. Penelitian menunjukkan bahwa mengajar lebih efektif ketika menilai dan menggunakan pengetahuan sebelumnya, hal ini dapat dilakukan dengan menawarkan kepada siswa untuk mengekspresikan pemahaman mereka. Hal ini tidak memerluakan pengujian lebih lanjut. Sebagai contoh, diberikan sebuah pertanyaan tertulis sebagai agenda awal dalam sebuah pertemuan dan dari sini dapat menimbulkan berbagai penjelasan. Sehingga dari tanggapan inilah yang digunakan sebagai titik awal untuk berdiskusi dalam proses pembelajaran.

2. Mengupas dan Mendiskusikan secara Umum Kesalahpahaman

Penelitian menunjukkan bahwa mengajar akan lebih efektif apabila sering terjadi kesalahan dan kesalahpahaman secara sistematis, ditantang, dan didiskusikan. pada bagian ini dimulai dengan sebuah tantangan bagaimana siswa berpikir. Konflik kognitif terjadi ketika siswa mengenali ketidaksesuaian antara pemahaman dan apa yang diamati. Misalnya ketika seorang siswa menyelesaikan tugas menggunakan lebih dari satu metode dan tiba pada jawaban yang saling bertentangan atau berbeda. Kegiatan ini dirancang secara hati-hati sedemikian rupa sehingga konflik tersebut bisa diselesaikan melalui diskusi reflektif, membangun metode pembelajaran yang berusaha untuk menghindari siswa berbuat “kesalahan”

3. Membangun Proses Tanya Jawab Yang Efektif

Saat ini guru telah banyak melakukan tanya jawab dalam proses pembelajaran. Namun biasanya sebahagian besar merupakan pertanyaan berpikir tingkat rendah, menguji kemampuan siswa untuk mengingat fakta dan prosedur. Pertanyaan seperti itu disebut pertanyaan yang “tertutup”, karena hanya diizinkan satu jawaban tunggal. Di sisi lain, sangat jarang yang memberikan pertanyaan berpikir reflektif tingkat tingi, seperti kemampuan untuk menerapkan, mensisntesis atau menjelaskan. Dimana pertanyaan seperti ini disebut sebagai pertanyaan terbuka karena mengundang berbagai tanggapan. Hasil penelitian menunjukan bahwa memvariasikan pertanyaan tingkat rendah dan tingkat tinggi akan lebih baik daripada menggunakan pertanyaan tertutup secara terus-menerus.

Hasil penemuan kedua adalah pentingnya memberikan waktu bagi siswa untuk berpikir sendiri sebelum menawarkan bantuan atau berpindah ke siswa kedua untuk bertanya. penelitian telah menunjukkan bahwa banyak guru menunggu kurang dari satu detik. Lamanya waktu menunggu berhubungan secara signifikan dengan meningkatnya prestasi siswa.

4. Membangun Diskusi Kecil Dalam Bekerja
Banyak siswa beranggapan bahwa belajar matematika adalah sebuah aktivitas individu. Mereka tidak percaya diri dan kesulitan dalam berdiskusi. Hal ini sangat penting dalam mendukung dan mendorong atmosper dalam lingkungan belajar dan sudah menjadi tanggungjawab guru untuk memastikan bahwa setiap orang merasa mampu berpartisipasi dalam diskusi. Dalam pembelajaran matematika, proses ini jarang dilakukan dibandingkan pada mata pelajaran yang lain. Salah satu alasan yang mungkin yaitu kurangnya sumber daya yang yang mampu dalam mengelola proses pembelajarn yang seperti itu. Sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa bekerja secara kooperatif dalam kelompok kecil memiliki efek positif dalam pembelajarn, tetapi tergantung pada tujuan kelompok dan individu yang akan dicapai. Selain itu juga bekerja secara berkelompok memiliki efek positif pada keterampilan sosial dan harga diri.

5. Menekankan Metode Bukan Jawaban
Seringkali kita menemukan siswa yang fokus dalam menemukan jawaban yang benar daripada belajar kekauatan sebuah metode. Mereka selalu menganggap tugas diperoleh dari sebuah latihan daripada bekerja pada sebuah ide. Penyelesaian dipandang lebih penting daripada pemahaman.

6. Memberikan Tugas Yang Kolaboratif
Tugas yang kaya yaitu:
- dapat diakses dan diperpanjang
- memungkinkan peserta didik untuk membuat keputusan
- melibatkan siswa dalam menguji, membuktikan, menjelaskan, merefleksikan, dan menafsirkan
- mendorong siswa untuk berdiskusi dan berkomunikasi
- mengutamakan orisinitas dan penemuan
- mendorong siswa bertanya “bagaimana jika” dan “bagaimana jika tidak?”
- menyenangkan dan selalu memberikan kejutan

Buku teks sering mengasumsikan bahwa kita harus memulai materi dengan memecahkan pertanyaan yang sederhana dan kemudian secara bertahap menuju pertanyaan yang lebih kompleks. Walaupun hal ini secara alami, namun kita menemukan siswa cenderung memecahkan masalah sederhana dengan metode intuitif yang tidak bisa digeneralisasikan pada masalah yang lebih kompleks. Ketika guru mengaskan bahwa mereka harus menggunakan metode yang bisa digeneralisasi, siswa tidak mengerti mengapa harus melakukan proses generalisasi dan kapan metode intuitif baik dilakukan. Padahal, tugas sederhana tidak memotivasi kebutuhan untuk belajar. Selain itu dengan adanya tugas yang banyak, membuat siswa menemukan sesuatu yang menantang untuk diselesaikan.



7. Membuat Hubungan Antara Topik Matematika
Banyak keluhan guru bahwa siswa merasa sulit untuk mentransfer apa yang mereka pelajari pada situasi yang sama. Belajar terkotak-kotakkan dan hubungan antara konsep dan notasi tertutup, tidak terkoneksi dalam pikiran siswa.

8. Menggunakan Teknologi Dengan Cara Yang Tepat
Ketika teknologi modern telah ditransformasikan dalam hidup kita melalui berbagai cara, teknologi tersebut memberikan dampak yang lebih kecil dalam proses pembelajaran matematika. Padahal dengan teknologi, kita diberi kesempatan untuk menyajikan konsep-konsep matematika secara dinamis, secara visual yang menarik sehingga siswa termotivasi.

Komponen Strategi Pembelajaran

1. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran secara keseluruhan memegang peranan penting.

2. Penyampaian Informasi
Penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan paling penting dalam proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya merupakan salah satu komponen dari strategi pembelajaran. Artinya tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang menarik atau dapat memotivasi peserta didik dalam belajar maka kegiatan penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi adalah urutan, ruang lingkup danjenis materi.
a. Urutan penyampaian
b. Ruang lingkup materi yang disampaikan
c. Materi yang akan disampaikan

Materi pelajaran umumnya merupakan gabungan antara jenis materi yang berbentuk pengetahuan (fakta dan informasi yang terperinci), keterampilan (langkah-langkah, prosedur, keadaan dan syarat-syarat tertentu) dan sikap (berisi pendapat ide, saran atau tanggapan) (Kemp, 1977). Merril (1977, h.37) membedakan isi pelajaran menjadi 4 jenis yaitu fakta, konsep, prosedur dan prinsip.

3. Partisipasi Peserta Didik
Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari’ SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan iebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey, 1978, h 108).

Terdapat beberapa hal penting yang berhubungan dengan partisipasi peserta didik, yaitu:
ü Latihan dan praktek seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi informasi tentang suatu pengetahuan, sikap atau keterampiian tertentu.

ü Umpan Balik
Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku tertentu sebagai hasil belajarnya, maka , guru memberikan umpan batik (feedback) terhadap hasil belajar tersebut. Melalui umpan balik yang diberikan oleh guru, peserta didik akan segera mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan yang telah mereka lakukan itu benar/atau salah, tepat/tidak tepat atau ada sesuatu yang perlu diperbaiki.

4. Tes
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui
(a) apakah tujan pembelajaran khusus telah tercapai atau belum, dan
(b) apakah pengetahuan, sikap dan keterampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum.

5. Kegiatan Lanjutan
Kegiatan yang dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil kegiatan yang telah dilakukan seringkali tidak dilaksanakan dengan baik oleh guru. Dalam kenyataannya, setiap kali setelah tes dilakukan selalu saja terdapat peserta didik yang berhasil dengan bagus atau di atas rata-rata :
a. hanya menguasai sebagian atau cenderung di rata-rata tingkat penguasaan yang diharapkan dapat dicapai
b. Peserta didik seharusnya menerima tindak lanjut yang berbeda sebagai konsekuensi dari hasil belajar yang bervariasi tersebut.

Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran
Kemp mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree).

Ø Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Sebagaimana yang dikutip oleh Wina, Roy Killen menyebutnya dengan strategi pembelajaran langsung (direct instruction). Mengapa dikatakan strategi pembelajaran langsung? Sebab dalam strategi ini, materi pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa; siswa tidak dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban siswa adalah menguasainya secara penuh. Dengan demikian, dalam strategi ekspositori guru berfungsi sebagai penyampai informasi. Berbeda dengan strategi discovery. Dalam strategi ini bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya yang demikian strategi ini sering juga dinamakan strategi pembelajaran tidak langsung. Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi pembelajaran ini adalah belajar melalui modul, atau belajar bahasa melalui kaset audio.

Ø Strategi belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang guru atau beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok itu bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau pembelajaran klasikal; atau bisa juga siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil semacam buzz group. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual. Setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja; sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.

Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran juga dapat dibedakan antara strategi pembelajaran deduktif dan strategi pembelajaran induktif.

Ø Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi-ilustrasi; atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak, kemudian secara perlahan-lahan menuju hal yang konkrit. Strategi ini disebut juga strategi pembelajaran dari umum ke khusus.

Ø strategi induktif, pada strategi ini bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang konkrit atu contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa dihadapkan pada materi yang kompleks dan sukar. Strategi ini kerap dinamakan strategi pembelajaran dari khusus ke umum.

Selain itu, dalam proses pembelajaran strategi lain yang biasa dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran yaitu: strategi mengulang, elaborasi, organisasi dan metakognitif.

1. Strategi Mengulang
Agar terjadi pembelajaran, seorang pembelajar harus melakukan tindakan terhadap informasi baru yang diterima dengan menghubungkannya dengan pengetahuan awal. Strategi- strategi yang digunakan untuk proses pengkodean ini disebut strategi mengulang (rehearsal Strategy) yang terdiri dari:

a) Mengulang sederhana (rote rehearsal); strategi mengulang yang paling dasar yaitu sekedar mengulang dengan keras atau pelan informasi yang ingin kita hafal. Strategi menghafal ini digunakan untuk menghafal nomor telfon, dan arah ke suatu tempat untuk periode waktu yang pendek. Dengan mengulang informasi tersebut secara berulang-ulang, akan membantu mempertahankan informasi yang sederhana tersebut tersimpan dalam memori jangka pendek, namun kecuali kita mengelaborasi informasi tersebut dengan mengaitkan nomor telefon tersebut dengan suatu yang bermakna, besar kemungkinannya nomor itu akan pindah ke memori jangka panjang, jika hanya dengan mengulang dan mengucapkan tidak banyak membantu apabila melibatkan informasi yang lebih kompleks.

b) Mengulang Kompleks (Complex rehearsal); menggarisbawahi ide–ide kunci dan membuat catatan pinggir adalah dua strategi mengulang kompleks yang dapat diajarkan kepada siswa untuk membantu mereka mengingat bahan ajar yang lebih kompleks.

1. Menggarisbawahi ide-ide kunci dapat membantu siswa belajar lebih banyak dari teks dengan alasan: (1) menggarisbawahi secara fisik menemukan ide-ide kunci yang dapat membuat pengulangan dan penghafalan lebih cepat dan lebih efisien, (2) Proses pemilihan apa yang digarisbawahi membantu dalam menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah ada.

2. Membuat catatan-catatan pinggir dan catatan-catatan lain membantu melengkapi garis bawah. Siswa dapat melingkari kata-kata yang dia tidak tahu, menggarisbawahi definisi-definisi penting, megindetifikasi kalimat yang membingungkan, dan menulis catatan-catatan dan komentar-komentar untuk diingat.

2. Strategi Elaborasi
Strategi Elaborasi merupakan kategori strategi belajar kedua, seperti yang tersirat pada namanya. Elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberikan kepastian. Strategi Elaborasi membantu pemindahan informasi baru dan memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan menciptakan gabungan dan hubungan antara informasi baru dan apa yang telah diketahui. Sebagai contoh, menghubungkan suatu nomor telpon dengan tanggal yang mudah diingat seperti hari lahir membuat nomor telpon itu lebih bermakna dan meningkatkan kemungkinan nomor itu akan diserap dalam memori jangka panjang. Orang menggunakan strategi ini pada saat menciptakan nomor “PIN” untuk kartu kredit mereka. Strategi ini akan menggunakan schemata yang telah ada di otak untuk membuat informasi baru mudah diingat atau dipelajari. Pembuatan catatan,penggunaan analog,dan metode PQ4R adalah tiga strategi elaborasi yang sering digunakan.

a) Pembuatan Catatan
Sejumlah besar informasi diberikan kepada siswa melalui presentasi dan demonstrasi guru. Pembuatan catatan membantu siswa dalam mempelajari informasi ini dengan cara singkat dan padat menyimpan informasi itu untuk ulangan dan dihafal kelak. Bila dilakukan dengan benar, pembuatan catatan juga membantu mengorganisasikan informasi sehingga informasi itu dapat diproses dan dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada secara lebih efektif. Sementara itu, sama halnya dengan menggarisbawahi, banyak siswa adalah pembuat catatan yang tidak efektif. Sejumlah siswa berusaha untuk menuliskan segala sesuatu yang dikatakan guru, sementara siswa lain mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi ide-ide penting dan relevan. Dilain pihak, pembuatan catatan efektif, menangkapi ide-ide pokok suatu presentasi dalam kata-kata mereka sendiri dalam bentuk kerangka sedemikian rupa sehingga mereka lebih banyak menyisihkan waktu untuk memahami presentasi dengan mensintesakan dan merangkum poin-poin dan ide-ide penting. Kiewra (1989) telah menyarankan penggunaan pembuatan catatan secara matriks sebagai suatu cara pengelaborasian dan pembuatan perbandingan untuk informasi kompleks.

b) Analogi
Penggunaan Analogi adalah cara lain dalam melakukan elaborasi. Analogi adalah pembandingan yang dibuat untuk menunjukkan kesamaan antara ciri-ciri pokok sesuatu benda atau ide-ide, Selain itu seluruh cirinya berbeda seperti jantung dengan pompa, sebagai contoh otak kita adalah mirip sebuah computer yang menerima dan menyimpan informasi. Pencatat sensori kita adalah mirip dengan keyboard computer tempat di mana informasi disimpan di dalam memori jangka panjang. Otak mirip seperti informasi disimpan dalam harddisk computer.

Apabila digunakan sebagai suatu strategi belajar, catat bagaimana analogi mengaitkan ide-ide baru, cara bagaimana otak bekerja. Dengan ide-ide yang telah dipelajari.

c) PQ4R
Strategi elaborasi lain telah lama dikenal oleh guru yaitu PQ4R. Metode ini digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca. PQ4R adalah singkatan dari Preview (membaca selintas dengan cepat), Question (bertanya) dan 4R singkaan dari read, (membaca), Reflect (refleksi) Resite (Tanya jawab sendiri) dan review (mengulang secara menyeluruh). (Thomas & Robinson; 1972).

3. Strategi – Strategi Organisasi
Strategi ini bertujuan untuk membantu siswa meningkatkankan kebermaknaan bahan-bahan baru. Terutama dilakukan dengan mengenakan struktur- pengorganisasian pada bahan tersebut. Strgi organisasi dapat terdiri dari pengelompokan ulang ide-ide atau istilah atau membagi ide-ide atau istilah itu menjadi subset yang lebih kecil. Strategi itu juga terdiri dari pengidentifikasian ide-ide atau fakta-fakta kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar.

a) Outlining
Dalam membuat outlining atau kerangka yang lebih besar, siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama.

b) Mapping
Mapping kadang-kadang dikenal dengan pemetaan konsep, merupakan suatu alternative selain outlining, dan dalam beberapa hal lebih efektif dari pada outlining dalam mempelajari yang kompleks. Pembuatan peta konsep dilakukan dengan membuat suatu sajian visual atau diagram tentang bagaimana ide-ide penting atas suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain. Goege Posner dan Alan Rudnisky (1985) menulis bahwa “peta konsep mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat

Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Kadang-kadang peta konsep merupakan diagram hierarkis, atau memfokus pada hubungan sebab akibat.

c) Mnemonics
Mnemonics membentuk suatu kategori khusus dan secara teknis dapat diklasifikasikan sebagai salah satu strategi, elaborasi, atau organisasi. Pada dasarnya mneumonics berhubungan dengan teknik-teknik atau strategi untuk membantu ingatan dan membentuk asosiasi. Suatu mneumonics membantu untuk mengorganisasikan informasi yang mencapai memori kerja dalam pola yang dikenal sedemikian rupa sehingga informasi tersebut lebih mudah dicocokkan dengan pola skema di memori jangka panjang.

Strategi – Strategi Metakognitif

Metakognitif ialah kesedaran tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Strategi Metakognitif merujuk kepada cara untuk meningkatkan kesedaran mengenai proses berfikir dan pembelajaran yang berlaku. Apabila kesadaran ini wujud, seseorang dapat mengawal fikirannya dengan merancang, memantau dan menilai apa yang dipelajari. Metakognisi berhubungan dengan cara berfikir siswa tentang mereka sendiri dan kemampuan mereka menggunakan strategi belajar tertentu dengan tepat.

Para ahli berpendapat bahwa metakognisi memiliki dua komponen: pengetahuan tentang kognisi dan mekanisme pengendalian diri seperti pengendalian dan monitoring kognitif. (Baker dan brown, 1984; Gagne, E, 1993). Pengetahuan tentang kognisi terdiri dari informasi dan pemahaman yang dimiliki seseorang pembelajar tentang psoses berfikirnya sendiri disamping pengetahuan tentang berbagai strategi belajar untuk digunakan dalam suatu situasi pembelajaran tertentu. Komponen kedua metakognisi adalah pemonitoran kognitif, yaitu kemampuan pembelajar untuk memilih, menggunakan dan memonitor strategi belajar yang cocok sengan gaya belajar mereka sendiri maupun dengan situasi yang sedang dihadapi.

Pertimbangan dalam memilih strategi pembelajaran

Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya.

Sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan:

a. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
1. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, atau psikomotor ?
2. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau tingkat rendah ?
3. Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis ?

b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
1) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu ?
2) Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak ?
3) Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu ?

c. Pertimbangan dari sudut siswa:
1) Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa ?
2) Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa ?
3) Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa ?

d. Pertimbangan-pertimbangan lainnya:
1) Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja ?
2) Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan ?
3) Apakah strategi itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi?
Dari berbagai pertanyaan di atas, merupakan bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi yang ingin diterapkan. Misalkan untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek kognitif, akan memiliki strategi yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek afektif atau aspek psikomotor, dll.

Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran

Gerlach dan Ely (1990, 173) menjelaskan pola umum pemilihan strategi pembelajaran yang akan digambarkan melalui bagan berikut ini: pemilihan strategi pembelajaran yang didasari pada prinsip efisiensi, efektivftas, dan keterlibatan peserta didik.
1. Efisiensi
Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan metode yang mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

2. Efektivitas
Pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapajauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu diingat bahwa strategi yang paling efisien sekalipun tidak otomatis menjadi strategi yang efektif.

3. Keterlibatan Peserta Didik
Pada dasamya keterilibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tantangan yang dapat membangkitkan motivasinya dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran yang besifat inkuiri pada umumnya dapat memberikan rangsangan belajar yang lebih intensif dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang hanya bersifat ekspositori.


Strategi Strategi pembelajaran matematika di SLTP/SMU

Dua hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran matematika yaitu pembentukan sikap dengan berpikir kritis dan kreatif. Untuk pembinaan hal tersebut, kita perlu memperhatikan daya imajinasi dan rasa ingin tahu dari siswa kita. Dua hal tersbut harus dipupuk dan ditumbuhkembangkan. Siswa harus dibiasakan untuk diberi kesmpatan bertanya dan berpendapat sehingga diharapkan proses pembelajaran matematika lebih bermakna.

Dalam pembelajarn matematika di sekolah, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode, dan teknik yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar secara mental, fisik, maupun sosial. Dalam matematika, belajar aktif tidak harus selalu dibentuk kelompok, belajar aktif dalam kelas besarpun bisa terjadi. Dalam pembelajaran matematika, siswa dibawa ke arah mengamati, menebak, membuat, mencoba, mampu menjawab pertanyaan mengapa, dan kalu mungkin berdebat. Prinsip belajar aktif inilah yang diharapkan dapat menumbihkan sasaran pembelajaran mateatika yang kreatif dan kritis.

Menurut petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekola, bahwa penerapan strategi yang dipilih dalam pengajaran matematika haruslah bertumpu pada dua hal, yaitu optimalisasi interaksi semua unsur pembelajaran, serta optimalisasi keterlibatan seluruh siswa. Dengan demikian memberi petunjuk kepada guru agar bahan ajar diolah sedemikian rupa sehingga melibatkan semua indra siswa secara optimal.

Pengajaran bahan ajar perlu beragam, bahkan mungkin tidak harus terus menerus dilaksanakan di dalam kelas, tetapi sekali-kali kita melaksanakan pembelajaran matematika luar kelas. Kreativitas guru amat penting untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang secara khusus cocok dengan kelas yang dibinanya termasuk sarana dan prasarana.

Demi peningkatan optimalisasi interaksi dalam pembelajaran matematika untuk pokok bahasan. Sub pokok bahasan tertentu yang memungkinkan dapat kita capai dengan pendekatan penemuan, pemecahan masalah, penyeledikan. Demikian pula soal-soal untuk balikan atau tugas dapat berupa soal yang mengarah pada jawaban lebih dari satu cara untuk menyelesaikannya, dan memungkinkan siswa untuk mencoba dengan berbagai cara sepanjang cara tersebut benar, atau permasalahan open-ended.
Penekanan pembelajaran matematika tidak hanya pada melatih keterampilan dan hafal fakta, tetapi pada pemahaman konsep. Tidak hanya kepada “bagaimana” suatu soal harus diselesaikan, tetapi juga pada “mengapa” soal tersebut diselesaikan dengan cara tertentu. Dalam pelaksanaannya tentu saja disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa.

Download file presentasi di sini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap