Langsung ke konten utama

Critical Journal


CRITICAL REVIEW
Interpretasi Guru Matematika terhadap Berpikir Tingkat Tinggi pada Taksonomi Bloom
Pendidikan Matematika PPs UNM Makassar

Latar Belakang

Di Amerika Serikat, mengajar matematika masih menggunakan cara tradisional dan masih fokus pada penggunaan prosedur standar untuk mengajar dan menilai pada tahapan berpikir tingkat tinggi hal ini dikatakan dalam Kulm (1990) dan Battista (1994). Hal ini berakibat pada siswa yang sulit memecahkan soal yang merupakan masalah dalam berbeda dan non familiar (de lange,1987; Schoenfeld,1988).

Melihat realitas ini, sejumlah cara telah dilakukan selama dua dekade terakhir dan akhirnya terdapat perubahan sejak Schoenfeld,1988 membuaat karakteristik bagaimana sebaiknya matematika dibelajarkan di kelas. Ia mengatakan bahwa guru biasanya memberikan tugas dan latihan yang merupakan soal-soal rutin yang bersifat algoritmik sesuai dengan prosedur yang biasa digunakan, hingga ketika memberikan soal ujian pun, soal yang diberikan masih merupakan soal-soal yang bersifat rutin dan guru serta siswa sudah beranggapan bahwa mereka telah sukses, namun pada kenyataannya pengetahuan yang ada pada siswa hanyalah pengetahuan yang mekanis bukan pengetahuan yang mendasar, sehingga sebenarnya ini merupakan penipuan bahwa siswa telah mengerti betul dengan konsep dan guru telah berhasil mengajarkannya.

Mengajar matematika tidak hanya dengan memberikan materi yang rutin dan algoritmik, tetapi juga harus dengan materi yang non rutin yang merupakan keterampilan berpikir tinggi dengan menerapkan metode dan situasi yang sebelumnya asing bagi siswa, namun pada kenyataannya hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak guru yang memiliki konsepsi lemah mengenai berpikir tingkat tinggi, sehingga mereka akan kesulitan mengajarkan materi dengan mengembangkan kemampuan berpikir tinggi dan juga penilaian yang digunakannya masih banyak penilaian yang hanya melihat kemampuan berpikir tingkat rendah (LOT). Salah satu alternatif cara untuk menilai keterampilan berpikir digunakan taksonomi bloom sebagai standar penilaian. Oleh karenanya, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui apa interpretasi guru matematika tentang berpikir tongkat tinggi (HOT) dalam taksonomi bloom.


Landasan Teori

Resnick (1987) pada dasarnya menolak pendefenisian tentang LOT dan HOT. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa istilah ini seringkali muncul. LOT ditandai dengan aktivitas mengingat informasi atau aplikasi dari konsep-konsep yang telah sering diperoleh dengan prosedur yang telah sering digunakan, sedangkan HOT ditandai dengan pemahaman konsep yang kompleks, berpikir non algoritmik yaitu melakukan prosedur yang berbeda dengan konteks biasanya(Senk, Beckman dan Thompson;1997).

Dalam proses pembelajaran di kelas, masih banyak guru di Amerika yang lebih banyak mengajar dan menilai menggunakan item soal yang bersifat berpikir tingkat rendah dibandingkan yang berpikir tingkat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan di Amerika baik yang dilakukan oleh Resnick, Senk maupun Kulm. Walaupun seorang guru mengatakan bahwa ia ingin mengajar dan menilai kempuan berpikir tingkat tinggi, namun mereka lebih cenderung menggunakan item yang menilai LOT dibandingkan HOT. Salah satu cara untuk mengevaluasi tingkat berpikir digunakan taksonomi bloom.

Taksonomi bloom telah lama dipercaya sebagai indikator yang sangat mempengaruhi pengajaran dan penilaian di seluruh dunia (Anderson dan Sosniak, 1994). Taksonomi bloom ini juga masih umum digunakan dalam dunia pendidikan matematika. Dengan menggunakan taksonomi bloom dapat dinilai apakah item yang diuji masuk dalam kategori berpikir rendah (LOT) atau masuk dalam kategori berpikir tinggi (HOT). Keterampilan berpikir rendah dalam taksonomi bloom dianggap LOT jika mencakup pengetahuan dan pemahaman, sedangkan kemampuan berpikir analisis, sintesis dan evaluasi dimasukkan dalam kategori HOT.

Opini

Dari jurnal ini, pada latar belakang membahas mengenai bagaimana pembelajaran matematika di Amerika, yang masih cenderung menggunakan kemampuan berpikir rendah, tidak disinggung mengenai kurikulum yang ada di Amerika yang menitikberatkan pada tujuan pembelajaran secara khusus, yaitu untuk mencapai target nilai yang ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu, interpretasi guru pada HOT saja, tidak melihat aspek LOT. Sebaiknya keduanya dianalisis juga, untuk mengetahui interpretasi guru terhadap keduanya, supaya setiap level pada Taksonomi Bloom dapat diketahui pemahaman dan interpretasi guru terhadap setiap level tersebut.

Pada metodologi penelitian, sampel yang diambil jumlahnya tidak banyak hanya 32 orang guru, hanya yang berasal dari daerah pedesaan dan semi perkotaan, tidak ada yang berasal perkotaan. Selain itu sampel diambil tidak secara acak. Sehingga kita tidak bisa membuat kesimpulan secara umum, karena bisa jadi hasil yang ditunjukkan tidak sama jika pengambilan sampelnya secara acak, jumlahnya banyak, dan bervariasi asalnya mulai dari guru yang berasal dari daerah pedesaan, semi perkotaan dan perkotaan. Selain itu pada teknik analisis data, tidak dijelaskan siapa saja yang menganalisis jawaban dari guru, karena bisa jadi pengelompokan soal dalam LOT dan HOT yang dilakukan oleh peneliti tidak sama dengan pengelompokannya oleh orang lain. Apakah penempatannya sudah valid atau tidak, apakah dilakukan oleh peneliti sendiri ataukah dibantu oleh orang lain.

Materi yang dipakai untuk menjawab pertanyaan penelitian kedua adalah materi aljabar, sedangkan di Amerika materi aljabar diajarkan hanya secara prosedural dan algoritmik saja. Sebaiknya materi yang diangkat adalah materi lain, misalnya materi geometri. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap