Langsung ke konten utama

Kisah dari Ritme Penelitianku.....

Insya Allah... nanti akan kubuat perjalanan penelitianku... but, now.. blum sempat membuat tulisannya. masih foto dokumentasi dulu..... Somoga kelak bisa saya rampungkan menjadi sebuah tulisan yang lebih enak dibaca. dan semoga bisa bermanfaat. 'aamiin....... :-)


Sebagai awal saya ceritakan...... he..he... :-)

Semester empat menjadi ajang uji nyali. Bukan untuk berkelahi, tetapi untuk bertarung memperjuangkan sebuah naskah tulisan yang bernama "tesis". Saya adalah mahasiswa pascasarjana  Universitas negeri Makassar. Dalam estafet keduaku di perguruan tinggi ini, aku masih mengambil jurusan dalam rumpun matematik, tetapi kekhususan berbeda. kalau sebelumnya ngambil matematik murni(mathematics sains), sekarang ngambil pendidikan matematika. walaupun sampai sekarang saya belum menemukan matching untuk membuat yang namanya perangkat pembelajaran yang berwujud RPP, silabus, prota, prosem, Spider web, KKm, dll. Bukan tidak bisa membuat perangkat itu, tetapi mungkin karena empat tahun terbiasa dengan mata kuliah yang jauh dari yang namanya perangkat pembelajaran, jadi rasanya aneh bagiku. Mungkin tepatnya "malas". 

 
huuuffftttt....... gawat kalau tidak segera dibasmi, kelak gelar yang kudapat mesti bisa kupertanggungjawabkan. masa' iya master pendidikan nggak tahu buat silabus? masa' iyya nggak suka buat rpp? he..he....he.......

Kali ini penelitian dilakukan di kampung halamanku. back to my city. walaupun bukan kota besar seperti makassar, tetapi dibandingkan kota kabupaten lain, kota kecilku lumayan lebih ramai. saya mengambil penelitian beraliran ex post facto, di bawah payung kuantitatif. penelitian ini saya lakukan di sekolah menengah negeri se kota-ku dengan mengambil 4 sampel sekolah dari 7 sekolah menengah negeri.  adapun sekolah yang menjadi sampelku adalah SMAN 1 Palopo, SMAN 3 Palopo, SMAN 6 Palopo, dan MAN Palopo. 
Menjalani penelitian di keempat sekolah tersebut mempunyai aneka warna pengalaman dan rasa (kayak nano-nano aja). dan terjun langsung ke sekolah-sekolah tersebut, membuka mata akan realitas pendidikan saat ini. Realitas yang memuat positif negatifnya pendidikan saat ini. 

Petualangan ini menyisakan banyak makna. memberikan sebongkah harapan, dan menwarkan sensasi rasa yang memperkaya pengetahuan. Insya Allah...  :-)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap