Alhamdulillah... akhirnya libur telah tiba, setelah aktivitas yang padat. Dan baru kali ini menikmati libur yang panjang selama sebulan sejak bekerja :D. Tetapi, saya tidak bisa ongkang kaki dengan libur ini. Setumpuk kertas dan data telah menunggu. oh tesis..... kapan dikau akan kelar....???. Ya iyalah, tak bakal kelar-kelar kalu cuma dilihat saja, emangnya bisa disulap langsung jd sebuah tesis? kalau bisa, sudah kutempuh jalan itu. he..he... aya-aya wae to....
Olehnya itu, dengan waktu yang semakin mepet, dan dengan galau yang sudah sampai tingkat nasional. Mau tidak mau harus memaksakan diri dan memacu diri sendiri. AKU HARUS BISA...... itu yang ingin selalu ku pegang. Walaupun mungkin tidak begitu yakin, tetapi minimal bisa menyemangati diri sendiri. Siapa lagi coba yang mau dan bisa menyemangati diri kita? orang lain okelah akan menyemangati, tapi seberapa banyak mereka menyemangati? seberapa sering dia akan ada bersama kita untuk mendorong kita? sampai saat ini, saya masih berprinsip bahwa motivator yang paling handal adalah diri kita sendiri. Bagaimanapun terpuruknya kita, kita harus bisa bangkit walau tertatih, harus bisa tertawa walau menangis, dan harus bisa tersenyum walaupun sakit. Diriku adalah motivatorku..
Terkadang pula malas ketemu dengan orang yang hanya bisa menjatuhkan semangat. ini pernah terjadi di suatu sore ketika bingung harus pulang kemana. ke rumah nggak nyaman, ke rumah teman dia belum ada di rumahnya, ke rumah kakak jauh banget, tinggal di skul orang-orang sudah pada pulang. maka jadilah sore itu berkeliling mall sendirian tak tentu arah, hanya mondar-mandir naik turun eskalator he...he.... kalau ada yang merhatiin mungkin sudah dibilang orang stress kali :D. tak lama terlihat dua teman yang saya anggap sebagai kakak, dengan semangat menghampiri karena memang sudah lumayan lama tidak bertemu. Awalnya disambut dengan bahagia, hingga tiba saatnya ditanya tentang studi.
"sudah selesai kuliahnya?"
"belum kak"
"kenapa belum? itu sudah terlambat?"
"iya sih kak, tapi insya Allah diusahakan saja sesuai kemampuan, karena kesibukan lain juga banyak"
"hm... membayar saja SPP semester depan"
dalam hati bergumam "oalah.... bukannya dido'akan supaya bisa cepat kelar dan juga tidak membayar, eh malah disuruh bayar SPP saja. emangnya dia mau bayarkan?". Tidak sampai disitu, dia langsung bertanya lagi
"sudah proposal?"
"sudah kak"
"penelitian di mana?"
"di kampung kak"
"di perguruan tinggi?"
"bukan kak, di SMA"
"iih.. kenapa di SMA? kamu rugi banget kalau penelitian di SMA. hari gini... penelitian yang paling bagus itu di perguruan tinggi"
Hadeww..... double down jadinya digituin... mukaku mendadak jadi berkerut. Kalau gini mah, mending nggak usah menyapa kali.. Gondok dalam hati......!
Belum berakhir sampai disitu, pembahasan dilanjutkan ke pertanyaan tentang pendaftaran calon dosen di UNSULBAR.
"tidak mendaftar di unsulbar?"
"mendaftar kak"
"lulus kan"
"tidak kak"
"apa...??? kenapa tidak lulus? kamu kan S2? kenapa tidak lulus? serumahku saja anak S1 lulus, anak UIN lagi. kamu kok tidak lulus sih?"
"itu rejekinya dia kak. rejeki orang kan tidak sama kak. lagian mungkn dia rajin belajarnya dan ilmunya masih segar"
"tapi kan kamu anak S2?"
"iya kak, tapi soalnya bukan cuma matematika kak, tapi ada fisika dan kimia, sedangkan saya sudah lupa materi itu karena sudah hampir 10 tahun tidak belajar fisika dan kimia. mungkin dia masih segar ingatannya tentang materi SMA. baru lulus kan dari S1?"
"iya, tapi masak sih kamu dikalah?"
Gedubarakkkk......... capek deh..... kayaknya saya nggak bakalan pernah benar deh. Selalu saja diserang. mentang-mentang mereka berdua. haduh... pengen rasanya mengatakan "anak S2 juga manusia...." bakal salah, bakal ada yang gak ditahu....". lagian yang mendaftar anak S2 juga bukan diriku, dan toh juga mereka tidak lolos, dan mereka juga hebat-hebat. hm...... pengen langsung menghilang deh kayaknya... sudah tiga kali down dengan pertanyaannya. menyesal rasanya menyapa... tetapi langsung terpikir, yah berhati-hati dalam berucap pada seseorang, karena bisa jadi bisa menjadi duri yang bisa melukai.
sudahlah.. terserah mereka menganggapku gimana, toh yang tahu keadaanku gimana bukan mereka. mereka gampang aja ngomong. yah, minimal aku bersilaturrahim dengan menegur mereka. adapun kata-kata mereka yang membuat jatuh berkali-kali, dibungkus aja.. dan kujadikan pelajaran.
But, gimanapun itu.. syukran ya atas semua ucapannya... akan kujadikan pelajaran. lagi-lagi, aku harus memotivasi diriku. i can do it...... i can... i can.... keep spirit yaya..... :-)
Mengumpulkan butir-butirsemangat
Makassar, 22 Juni 2013.
yaya.... berusaha saja... insya Allah ada jalan...
BalasHapusinsya Allah u find a way....