Langsung ke konten utama

Jangan Bangga Atas Diri Kita Hari Ini

Hidup ini tidak hanya membuat kita menjalani aktivitas begitu saja. Setiap apa yang kita jalani, kita rasakan dan kita dapatkan juga mestinya kita hayati. karena hidup tidak hanya sekedar mengalir bagai air, tapi hidup adalah menggali makna. Setiap detik kejadian yang kita alami, secara tidak sadar ada makna di balik semuanya. entah kita menyadari atau tidak. 

Hidup dengan sebuah idealisme, memberikan pandangan bagi kita untuk berbuat dan berperilaku. idealisme yang menjadikan kita menimbang sebuah perilaku yang akan kita lakukan. misal, kita punya idealisme untuk menjaga diri dari bersalaman dengan yang bukan mahram, maka sudah tentu akan menuntun kita dalam keseharian dalam berperilaku, dan memandang lebih kritis dari sebuah kebiasaan. Jika orang lain enjoy dengan bersalaman dengan siapa saja, maka kita lebih kritis terhadap diri kita sendiri untuk teguh memegang prinsip. Siapapun dia, bagaimana pun dan apapun jabatannya, maka kita akan tetap pada pendirian kita. apakah kita salah? apakah orang lain salah?

Mungkin orang akn beranggapan bahwa kita itu aneh, terlalu, fanatik, kebangetan, dan apalah namanya. begitu pula sebaliknya, kita akan beranggapan bahwa orang lain itu salah, terlalu menggampangkan sesuatu. tetapi apakah kita akan serta merta mengklaim seseorang?. hidup ini penuh warna, ada banyak warna. masing-masing kita pun memegang idealisme yang kita pegang. kita yakin dengan idealisme kita, tetapi orang lain belu tentu sama. dan memaksakannya secara frontal tentu akan berakibat pada penolakan. 

Tulisan ini saya buat setelah di TV diberitakan ust, Jefri Al-Bukhori meninggal dunia. mengapa saya mengaitkan dengan idelaisme? ya,,, karena disini idealisme dan ideologi berbenturan. saya mencoba menganalisa dari kaca mata saya sendiri. 

Ust. Jefri adalah sosok da'i muda yang dianggap sebagai sosok yang fenomenal. kenapa? selain dirinya masih terbilang muda, juga karena latar belakang kehidupannya dan juga kebiasaanya yang jauh berbeda dari da'i lainnya. masih kelihatan dia senang merokok, menyampaikan kalimat tauziahnya denngan bahasa gaul, mendakwah sambil menyanyi dan lagunya pun fenomenal. betapa tidak, pernah lagu dangdut dia aransemen musiknya dijadikan lagu pengantar tauziahnya. padahal lagu tersebut bisa dikategorikan sebagai lagu dangdut yang panas. memang fenomenal. banyak yang pro dan kontra. dengan musik yang dia gunakan dan kebiasaannya banyak yang menganggap dia adalah pelaku bid'ah. iya, sesuai dengan idealisme yang dipegang. 

Nah, begitu pun dengan berita kematiannya. banuak yang berduka, banyak yang menangis, tetapi masih ada yang biasa-biasa saja dan malah bersyukur, karena katanya pelaku bid'ah sudah berkurang. Sejenak saya tertegun membaca. Saya tidak memposisikan diri saya sebagai orang yang suka/ ngefans sama uje', tetapi saya tertegun membaca beberapa tulisan yang seperti tidak punya simpati dan empati. minimal mendo'akan orang yang telah meninggal. kenapa saya berkata begitu?. Hemat saya, bagaimana pun, dia tetap saudara kita seiman. toh, sebesar apapun dosanya, itu bukan urusan kita, itu urusannya dia dengan Allah. dan sama sekali kita tidak bisa mengetahui bagaimana rahmat Allah kepadanya. 

Di zaman dahulu saja, kisah pelacur yang sudah lama menggeluti dunia hitam, kalau kita pikir tidak akan mungkin dia bisa mendapat ampunan dari Allah, tetapi toh di akhir hayatnya, hanya dengan menolong anjing yang kehausan, dia mendapat rahmat dari Allah berupa ampunan dari Allah. Masya Allah. Bukan hanya itu, kisah pembunuh 99 orang. membunuh satu nyawa saja, sudah merupakan dosa yang besar, dan kalu kita pikir, dengan membunuh sebegitu banyaknya apakah dia akan diampuni?. tetapi karena keinginan yang kuat berhijrah dari tempat maksiat yang ia tempati, Allah mencabut nyawanya di tengah tekad kuatnya dengan memberikan rahmat padanya berupa ampunan. sungguh luar biasa rahmat Allah atas hamba-Nya. jadi, seberapa besar pun dosa yang kita lakukan, tidak menutup kemungkinan kita tidak mendapat rahmat dan ampunan. menjadi husnul khatimah. dan sebaliknya begitu, bagaimana pun baiknya dan taatnya kita selama hidup kita, belum ada jaminan kita akan mendapat rahmat dan ampunan dari Allah. belum tentu kita husnul khatimah. 

Menarik dari semua itu, bagaimana pun yang dilakukan oleh ust.. jefri Al-Bukhori, biarlah itu menjadi urusan dia dengan Allah. kita sebagai saudara seiman, mendo'akannya diberikan yang terbaik oleh Allah. terlepas dari kesalahan, kekhilafan yang dilakukan.Yang disayangkan ketika, kita merasa idealisme kita sudah baik, lebih baik dari orang lain, lalu kita menganggap bahwa orang lain tidak akan mendapat rahmat dari Allah. sekali lagi, kita sama sekali tidak punya kekuatan mengetahui semua itu.

Ust. Jefri telah meninggal, dan kita sama sekali tidak bisa mengklaim kehidupan akhirat dia. Cuma saat kematiannya, saya mencoba merenung, dia meninggal di malam jum'at, sedangkan orang yang meninggal di hari dan ala jum'at merupakan orang yang paling bahagia, itu salah satu tanda kebaikan padanya. bukan hanya itu, dia meninggal saat pulang dari sebuah acara yang baik, dan saat dihalatkan, ada ribuan orang yang menshalatinya. subhanallah... dan mengenai bentuk awan ketika beliau di makamkan, wallahu'alam. apakah itu benar terjadi atau cuma karangan orang. kalau itu terjadi, masya Allah banget. dan sungguh kita tidak bisa menebak negeri akhirat kita, apalagi kehidupan akhirat orang. Cuma yang menurut saya disayangkan adalah orang yang terlalu berlebih-lebihan dalam meratapi, mengagung-agungkan beliau. dan juga dipemberitaan media yang tampak orang berbondong-bondong mendatangi kuburannya, mendatangi tempat kecelakaannya, seolah-olah itu menjadi tempat mistik, tempat yang sangat berharga. itu sudah sangat berlebihan. biasa saja... namanya orang meninggal, itu sudah ketetapan, dan tidak ada satupun kuburan di muka bumi ini yang menjadi kuburan mukjizat, kuburan penuh berkah, dsb. Bahkan kuburan rasulullah pun, tidak selayaknya diperlakukan seperti itu. jangan sampai kita terjerat dalam dosa syirik.

Kita hidup berdampingan dengan orang lain. ada banyak sikap, ada banyak pemahaman. berbeda itu sudah pasti ada. bagi saya bukan wajar, karena sebenarnya dalam memahami Dien ini, dien yang satu tidak dipahami dengan berbeda. penafsiran yang berbeda, aplikasi yang berbeda, tetap seharusnya maksudnya sama. Namun itulah yang terjadi, ada banyak maksud dalam sebuah hakikat. Sudah tentu ada yang salah dan ada yang benar, tetapi frontal meneriakkan kesalahan orang itu salah. atau meneriakkan kesalahan orang, musibah yang menimpa orang laian dengan sebuah ungkapan mengandung kesenangan itu tidak wajar. Kita benar, maka tunjukkan hal itu benar, jika orang lain tidak mau mengikuti ajakan kita, maka selemah-lemahnya adalah dengan mendo'akannya, bukan malah meneriakinya. Selama aqidah kita masih sama "laa Ilaha Illallah Muhammadarrasulullah", maka sudah selayaknya kita saling menasehati, menjaga satu sama lain.


Jangan bangga atas diri kita hari ini..
atas harta yang dimiliki, kepintaran yang dimiliki, bahkan dengan keimanan yang kita miliki. karena semua akan berfluktuasi. anda boleh bangga dengan keimanan anda hari ini, ideologi anda hari ini, ibadah anda hari ini, tetapi esok kita belum tahu apa yang terjadi. jangan memandang sebelah mata orang yang lebih kurang dari kita. kurang taat, kurang ibadah, kurang bersyariat.. esok, boleh jadi mereka lebih dari kita.. dan esok, boleh jadi di mata Allah mereka lebih baik.

Mari kita membenahi diri-diri kita agar Allah senantiasa memberikan rahmatanya untuk kita hingga akhir hayat kita, sampai di akhirat kelak. Kita sibukkan diri-diri kita, tidak menyibukkan diri mengurusi celah orang orang lain.

Rabb.. yaa muqallibal quluub tsabbit qalbi 'aladdinik. tsabbit qalbi 'alattho'atik


#perenungandiri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap