Menjadi GR...? mungkin terkadang
kita alami. Mengakui diri mendapat perhatian.. mengakui diri disukai.. mengakui
diri disenangi.. mengakui diri disayangi.. mengakui diri diharapkan.. eits...
virus GR makin merambah. Dan jadilah diri dibayang-bayangi oleh perasaan
melambung sendiri... senang yang berlebihan.. pendugaan yang berlebihan..
berpikir yang tidak rasional lagi.
betapa tidak, segala alasan yang dapat meruntuhkan anggapannya dianggap
angin lalu. Dianggap Cuma mimpi. Padahal.. harapannyalah yang diliputi oleh
mimpi berbalut ilusi. Justifikasi perasaan yang berlebihan. Segala perbuatan,
sikap, tingkah, pandangan si sumber GR-nya dianggap bagai angin segar yang
membawanya terbang dan melambung tinggi. Sapaan dianggap perhatian. Ketemu dianggap
emang berjodoh. Dipuji dibilang suka, cinta.. dan tatapan dianggap hujaman
cinta... ciyatttt..... jadilah klepek-klepek sendiri....
Tentu saja harinya akan dibumbui
oleh senyum sumringah.. bahagia.. berhayal.. mimpi.. mengkoneksikan satu kejadian
dengan kejadian lain.. dan teori kesalahan anggapannya dibantah habis-habisan
dengan fakta indah versinya. Wajar.. namanya juga lagi berpikir tidak
rasional... membantahnya hanya
mengundang kecurigaan darinya.
Hey.... sadar dong.... pujiannya
karena memang dia suka memuji. Disapa karena memang dia orang yang ramah.
Ketemu itu karena kemungkinan bisa jadi tempat yang dituju memang selalu dia
datangi atau lewati. Diperhatikan karena memang dia suka perhatian sama orang
lain.. heyy... bukan karena dia suka.. bukan karena dia sayang.. bukan karena
dia cinta.. bukan karena dia mengharapkanmu.. TIDAK..!!!
Mana sama pungguk dan bulan?
Mana sama dekat dan jauh?
Mana sama Maluku dan Amsterdam?
Dia lebih cantik
Dia lebih pinter
Dia lebih menyenangkan
Masih mau GR juga...?? hayya...
sadar dong.... buka mata lebar-lebar.. buka telinga.. buka pandangan.. lihat
sekeliling.. buka hati untuk mau menerima kenyataan bahwa semua hanya ilusi..
semua hanya mimpi yang engkau bingkai sendiri. Ketika jatuh, ketika kelak engkau
menyadari.. barulah sesal kemudian datang, barulah menghujat diri yang kan kau
lakukan... aduhai.. kenapa diri dahulu terbuai dan memupuk mimpi indah nan
ilusi. Kenapa sampai terlena dengan angan konyol yang sama sekali tidak
rasional... hanya mengandalkan pendugaan. Asas praduga tak bersalah. Yah...
praduga tak bersalah dengan perasaannya. Padahal semua SALAH. Semua hanya biasa
saja. Semua hanya karena kebiasaan dia saja. Dan lebih menyakitkan kalau
mendapatkan ternyata si dia ketahuan justru berharap pada orang lain. Apalagi
orang tersebut adalah teman kita sendiri. Ha..ha..ha.... menangis dalam
menyesali diri berada dalam kebodohan.... makanya...
Buang jauh-jauh rasa itu... rasa
yang sama sekali tidak jelas. Rasa yang hanya bertepuk sebelah tangan. Rasa
yang dibesar-besarkan sendiri dengan fakta yang irrasional. Rasa yang
sebenarnya tidak dapat terbuktikan dengan jelas menjadi sebuah teorema. Rasa
itu hanya bisa berstatus “pemisalan”, “pengandaian”. Kelak..
ketika dibuktikan hanya akan menjadi sebuah “kontradiksi”. Apakah akhirnya akan menjadi kontroversi
hati...??
Buanglah jauh-jauh... terbangkan sampai ke
puncak gunung Everest...
Tendang jauh-jauh ke puncak jaya wijaya..
Tenggelamkan dalam-dalam ke samudera
atlantik
Lepaskan pergi... hilang... bersama angin
(Terinspirasi dari karya Tere Liye buku sepotong hati yang baru....)
Makassar, 25 September
2013.
dan wabah Ge eRisasi un lagi melanda ^_^
BalasHapushey Miss Mathematic gimana kabar?
alhamdulillah baik....
BalasHapusalhamdulillah juga dah menyelesaikan studi....
sudah lega dgn urusan studi he..he...
urusan GRisasi yg belum kelar. upzzz.... justkid..... :D