Langsung ke konten utama

Trip to KalSel

Depan Kampus II Unlam
Bulan November menjadi momen penting bagi mereka yang mengadu nasib ingin menjadi PNS. PNS? apa sih enaknya dan pentingnya PNS? bukankah kalau diperhatikan justru yang kebanyakan kaya, jadi jutawan, jadi hartawan justru yang non PNS. Lalu mengapa banyak yang rela mengadu nasib kesana-kemari sampai ke kampung orang bahkan menyeberang pulau seperti diriku ini?

Simple... seperti kebanyakan alasan orang bahwa jadi PNS masa depan lebih terjamin oleh negara walaupun gaji pas-pasan. Dan menjadi alasan pula, orang tua biasanya lebih melihat anaknya ketika bisa menjadi PNS. Mungkin begitu simple... tapi tidak se-simple prosesnya dan perjuangannya. Ada banyak jiwa yang berebut formasi yang hanya hitungan sebelah tangan. Paling cuma 5, 3, 2, bahkan ada yang cuma 1 formasi, tetapi yang memperebutkannya lumayan banyak. Pesimis? Ah.... dibuat optimis saja. Meski desas-desus banyak yang berkembang.. alasan jatah-lah.. alasan sudah formasi pesanan kampuslah.. alasan mengutamakan putra daerah-lah.. alasan mementingkan honorer-lah.. tidak mengapa.... karena dicoba tak mengapa...
Kampus I Unlam

Meski digelayuti rasa pesimis, tetapi kaki ini mesti terus melangkah. Kakiku sudah kuarahkan, sudah kulangkahkan.. pantang untuk kusurutkan apalagi harus berbalik arah. Biarkan saja.. rejeki ada di tangan Allah.. tetapi bukan berarti berpangku tangan. Rezeki mesti dijemput, itu makanya kita perlu berusaha karena tak tahu dimana rejeki kita berada. mungkin saja memang di kampung orang. ini bukan justifikasi lho.. he..he... Insya Allah kalau rejeki takkan kemana. Dan kalau rejeki pula takkan ketukar atau diambil orang. Percayalah.....

Ramayana Banjarbaru
Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim.... kulangkahkan kakiku menuju pulau seberang. Pulau Borneo yang letknya di atas pulau Celebes, dimana tempatku berada. Jujur ada was-was.. maklum.. ini perjalananku pertama ke pulau Borneo. Pernah sih perjalanan sendiri, tapi perjalanan dari kampung orang ke kampung sendiri, sewaktu pergi masih bersama teman. Pulangnya saja yang sendiri. But.. meski kuat... mesti bisa.. Berani nggak berani... mesti berani... Chayo yaya... semua tidaklah sia-sia. inilah hidup.. kadang mesti ada try and error. Jika kita tak pernah menemui kesalahan atau kegagalan, kita tidak pernah bisa mengukur diri kita. inilah pelajaran hidup.
Kupijakkan kakiku di tanah Borneo. Tempat yang pertama kulihat ada kotabaru. Pesawat yang kutumpangi transit sejena ke kotabaru. pandanganku melihat sekeliling sebelum pesawat benar-benar bersandar. Benar... di pulau ini masih banyak hutan. masih relatif sunyi di bandingkan di tempatku. Eits... tunggu dulu... belum nyampai ke banjarmasin. kali aja disana lebih ramai dari Makassar pikirku. Perjalan selanjutnya pun dilanjutkan kembali menuju bandara Syamsuddin Noor. Bismillah.........

Kampus Unlam
Tiba di tempat ini, banyak belajar tentang keanekaragaman, baik karakter, budaya, makanan, kebiasaan dan suasana. Di sini angkot jalannya lambaat banget. Bukan kecepatannya, tapi nunggunya yang  kelamaan... sampai gerah dan sakit kepala dalam angkot, penumpang lain belum nongol2 juga. Ternyata... disini orang lebih banyak pakai kendaraan pribadi. Sampai-sampai mestu ngurut dada karena harga angkot yang selalu berubah, dengan janji akan segera berangkat tetapi ternyata tidak. mesti nunggu luamaaaa banget..... kalau di Makassar kayak begini, yakin penumpang sudah pada turun dan sopirnya diomelin. Bukan karena orang Makassar cepat marah seperti yang orang bilang, tapi karena harus konsisten dengan perkataan. katanya "sabar aja". Huwaaahhhh.... level kesabaranku sampai dimana ya?. Becak... Bemor... Bajaj... ada sih.. tapi kayaknya jarang deh. Sejauh dan selama memandang jalan raya dengan hilir mudik kendaraan. Becak yang kulihat hanya dua, bajaj cuma satu. So, kalau nggak punya kendaraan pribadi.. maka belajarlah lebih sabar dan belajarlah lebih banyak jalan kaki :-).

Budaya dan karakter pun beda. itulah keanekaragaman. Namun, bukan untuk memperhadap-hadapkan, karena sapapun akan selalu lebih menganggap daerahnya lebih baik. Terlepas dari sudut pandangmana dia berbicara. jadi, berbicara mengenai karakter dan budaya ini, ada baiknya lebih menghargai dan mengerti budaya karakter daerah lain. Bukan mengklaim atau bahkan memojokkan. kelak bisa menjadi topik yang sensitif. Whatever that,.... ketika berada di daerah orang.. selamilah budayanya.. bandingkan dengan budayamu.. telaah apa yang mesti diadaptasikan.
Depan gedung pascasarjana UNLAM

Makanan..? beda.. bedanya.. kalau di makassar makanan lumayan banyak yang pedas, kalau disini makanan semuanya manis. bahkan sambel pun rasanya manis. katanya sih karena "orang Banjar manis-manis" he..he... tapi ya. gitulah... lidah mesti beradaptasi. kalau rejeki lulus disini, mesti banyak-banyak beli cabe he..he... kebiasaan makan pedas sih...... :D

Keadaan pun beda. Hlir mudik sih banyak.. tapi kayak tadi.. kendaraan pribadi yang lalu-lalang. Cukup Rame sih... cuma dengan makassar masih rame makassar dan sampai jam 10 malam masih bisa pulang sendiri walaupun nggk punya kendaraan, karena pete-pete alias angkot masih banyak hilir mudik, begitupun dengan becak dan bentor. Hey..hey.... sadar euy.. disni kampung orang....

Mesjid Agung Martapura
Apapun itu.. bagaimanapun itu.. seperti apapun itu... semua adalah ritme yang akan menjadikanmu dewasa dalam berpikir.. dewasa dalam berperilaku.. dan belajar memahami bahwa tidak semua yang ada di dunia ini sama seperti yang selalu tampak di mata kita. Inilah dunia... bukan hanya untuk sekedar hidup, tapi juga untuk belajar tentang kehidupan itu sendiri. Semoga perjalanan kali ini bermanfaat dan memang akan bermanfaat.. yaa Rabb.. apapun hasil dari perjalananku kali ini, insya Allah aku akan ridha dengan semuanya. Itulah usahaku.. itulah caraku menjemput harapanku. Dan ujung usahaku kelak, itulah taqdirku. Syukran yaa Rabb.... :-)

Makassar, 6 November 2013


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap