Langsung ke konten utama

Petikan dari Novel “Bidadari untuk Ikhwan”

“Kami tidak ingin ada orang yang mengajarkan anak-anak kami tentang bagaimana mengenal Tuhan, sedangkan dia sendiri tidak mengenal-Nya.”

Apa yang dikatakan Imanuel Kant, bahwa tingkatan paling tinggi dari estetika dan etika, dari derajat manusia adalah rasa keimanan yang tinggi terhadap agamanya (relegius).

Di Negara yang katanya sebagian besar umat Islam ini, ternyata tidak sedikit yang belum bisa membaca Al Qur’an. Tapi tertera dengan jelas di KTPnya (Kartu Tanda Penduduk), ISLAM. “Jadi, sebenarnya yang benar ini, yang mana? Islam KTP apa KTPnya yang Islam. Kalau Islam KTP sich masih punya identitas keIslamannya, nah kalo KTPnya yang Islam berarti yang Islam itu?

Yang diajarkan Rasulullah kepada umatnya adalah rasa kasih dan sayang serta memberikan peringatan dengan lemah lembut. Juga memberikan amanah kepada seseorang, dengan sesuai tingkatan keimanannya. Tidaklah seorang yang bijak, jika menyeruhkan kebenaran tetapi dia sendiri tidak melakukan. Tidaklah kebenaran itu akan terwujud, jika kebenaran itu hanya berada pada ucapan-ucapan semata. Tidaklah ucapan-ucapan kebenaran akan terwujud, jika perilaku si pengucap menyimpang dari perkataan kebenarannya. Orang bijaklah, yang menyerukan tentang kebenaran, dan dia mengetahui kebenarannya serta mengetahui kadar iman dari seorang yang akan diserunya.

Sebaik-baik muslim itu adalah seorang yang bisa menghormati muslim satu dengan muslim yang lainnya. Dan bukan saling mengetest kemampuan kepintarannya!”

Seorang muslim sejati tidak akan memposisikan dia sebagai orang yang paling pintar dan beriman, seorang muslim sejati tidak akan tergesa-gesa dalam menjelaskan sesuatu hal, seorang muslim sejati tidak akan memberi sebuah penjelasan layaknya seorang marketing produk. Karena Islam adalah agama perbuatan, maka perbuatanlah yang akan mencontohkan muslim yang baik atau muslim yang buruk.

“Kawan, bukan berarti jika umat Kristen memurtadkan umat Islam. Dan umat Islam membenci umat Kristen semua! Sesungguhnya yang kita benci bukan umat Kristen semuanya, tetapi kelakuan yang telah dilakukan oleh segelintir umat Kristen yang menghalalkan segala cara untuk menempuh tunjuannya. Kawan, kita memang diperbolehkan untuk bersyiar, kita memang diperbolehkan untuk berdakwah. Tetapi tujuan kita adalah memberikan sebuah pengetahuan yang benar, tentang arti sebuah kebanaran itu sendiri. Kita boleh memberikan sebuah bantuan kepada orang lain. Tetapi kawan, kita harus ingat tentang keikhlasan. Keikhlasan adalah sebuah maksud tanpa ada tujuan tertentu selain tujuan untuk diridho’I oleh Tuhan kita. Bukanlah itu sebuah keIkhlasan, manakala kita membantu seseorang dengan tujuan untuk menarik mereka menuruti apa yang kita inginkan. Ada sebuah hal yang menarik dari sebuah kisah dua sahabat Rasulullah Muhammad Saw. Dia adalah Abu Bakar dan Bilal. Abu Bakar adalah orang yang membeli seorang budak muslim yang saat itu teraniaya dengan harga yang sangat mahal, dia adalah Bilal. Sungguh saat itu Bilal sudah dizalami oleh orang-orang Quraisy. Dengan serta merta Abu Bakar membeli Bilal dengan harga yang sangat mahal dari budak yang lainnya. Setelah itu Abu Bakar membebaskan Bilal dari perbudakan. Pada suatu masa, yang pada saat itu Abu Bakar meminta dengan sangat kepada Bilal untuk menuruti perintahnya. Dengan sangat rendah hati, Bilal mengucapkan “sesungguhnya wahai sahabat Rasulullah, apa yang engkau inginkan dari pembebasanku. Apakah engkau ingin aku menuruti perintahmu? Atau kah engkau membebaskan aku dengan keIkhlasanmu kepada Allah. Jika engkau memerdekakanku agar aku menjadi milikmu, maka lakukan apa yang engkau inginkan. Jika engkau memerdekakanku karena Allah, maka biarkanlah aku.” Saat itulah Abu Bakar dengan rendah hati pula mengatakan
“Aku membebaskanmu karena Allah, Wahai Bilal!” sungguh ini adalah sebuah kalimat keikhlasan yang sangat dalam. Tiada dari sebuah maksud keikhlasan melainkan hanya kepada Allah lah saja. Jadi sebenarnya, bahwa umat muslim boleh memberikan bantuan kepada umat Kristen. Tetapi umat Islam diharamkan memaksa umat Kristen untuk mengikuti keinginan dari umat Islam. Dan seharusnya pun, begitu pula sebaliknya.”

Islam itu adalah agama damai! Dan sesungguhnya umat Islam itu, umat yang damai. Tetapi jika umat Islam dizalimi. Tidak ada kata lain selain Jihad.

Umat Islam diharamkan untuk mengucapkan selamat kepada agama lain. Termasuk selamat Natal. Hendra saat itu mengatakan “kalau begitu Islam tidak memberikan sebuah toleransi beragama”. Sungguh inilah yang selalu diucapkan oleh kalangan orang yang tidak mengerti Islam. Mereka merasa bahwa ucapan selamat merupakan sebuah hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan Tuhan. Mereka merasa ucapan adalah sekedar penyejuk hati. Atau sebatas kata-kata yang menyenangkan orang lain. Padahal, dalam Islam. Ucapan itu merupakan sebuah doa. Jadi umat Islam seharusnya sangat berhati-hati dalam berucap. Apalagi mengucapkan selamat kepada agama lain. Dengan santai aku menjelaskan. Bahwa sesungguhnya saat umat Islam mengatakan selamat kepada agama lain. Maka sesungguhnya umat Islam mendukung adanya agama tersebut. Padahal dalam ajaran Islam tidak ada sebuah agama yang benar kecuali agama Islam. Jadi sebuah ucapan selamat berarti membenarkan sebuah agama selain Islam. Dan itu sangat tidak diperkanankan. Dan ucapan selamat sudah merupakan sebuah akhidah bagi umat Islam. Jadi jika dalam akhidah sudah tidak diperbolehkan. Maka kita tidak boleh melakukannya. Seperti halnya umat Kristen yang disuruh umat Islam untuk sholat Jum’at. Secara otomatis umat Kristen tidak akan diperbolehkan. Karena itu adalah aturan umat Kristen. Begitu pula sebaliknya jika umat Islam tidak diperbolehkan mengucapkan selamat Natal. Maka seharusnya umat Kristen mengetahui bahwa itu adalah bagian dari ajaran umat Islam. Dan seharusnya umat Kristen lebih toleran kepada umat Islam, dengan tidak mengharapkan ucapan selamat yang diucapkan oleh umat Islam.

“Keimanan adalah keyakinan kita terhadap sesuatu, jika kita meyakini adanya keberadaan Allah. Maka hanya Allah lah yang seharusnya dihati kita. Tidaklah seorang yang menyatakan diri beriman kepada Allah sedangkan dia masih takut pada selain Allah. Jikalau kita takut pada selain Allah, maka kita beriman pada apa yang kita takuti tadi, bukan beriman kepada Allah.”

“Wahai Tuhanku, janganlah engkau menyiksa para manusia-manusia yang terbangun disepertiga
malam ini. Saat mereka terbangun dan menyembahmu! Menyembah dengan berharap kepadaMu. Wahai Rabb, jadikan manusia-manusia ini sebagai mujahid-mujahidahmu. Yang kelak akan engkau masukkan kesurga, yang telah engkau janjikan nanti”

“Hukum, merupakan aturan yang harus diterapkan oleh masyarakat. Jikalau hukum itu baik, maka masyarakatpun ikut baik. Insya Allah!. Sebuah aturan atau hukum, baik yang sudah maupun yang akan diterapkan kepada masyarakat. Harus melawati titik uji tentang keampuhan hokum tersebut. Dengan kata lain, bahwa hukum tersebut mempunyai sifat yang haq (benar) dan
tetap serta tidak berubah-ubah. Untuk membuat sebuah kebenaran, maka seseorang pembuat hukum harus mengetahui kebenaran itu sendiri. Untuk mengetahui kebenaran, maka pembuat hukum pun harus menjadi orang yang benar. Dan untuk menjadi orang yang benar, maka pembuat hukum harus melakukan kebenaran atau dalam kata lain kegiatan kebenaran. Sehingga, akan terjadi stimulus (pembangkit) untuk melakukan kebenaran itu sendiri. Sehingga para penegak hukum pun dengan serta merta akan melakukan pembenaran tentang adanya kebenaran. Jikalau nyata-nyata sebuah kebenaran itu adalah benar.

Di Negara kita ini, tingkat masyarakat untuk memahami hukum memang sangat rendah. Sama rendahnya dengan apa yang mereka pahami tentang Undang-Undang. Hukum bagi masyarakat adalah sebuah kerangka penyekat dalam tingkahlaku mereka. Karena anggapan mereka, hukum merupakan aturan yang terdiri dari pasal-pasal dan ayat-ayat yang mengekekang kelakuan mereka terhadap orang lain. Hukum di negara kita ini, merupakan hukum yang berada pada penafsiran kegiatan kesalahan-kesalahan manusia. Bukan merupakan tingkat aturan (hukum) tentang melakukan sebuah kebanaran atau kebaikan. Jadi, masyarakat akan langsung takut manakalah hukum positif tersebut diperdengarkan oleh mereka. Sikap antipati terhadap hukum positif inilah, yang akhirnya masyarakat juga antipati terhadap hukum Islam. Masyarakat akan langsung mengatakan bahwa hukum itu adalah tindakan yang bersifat punishment (hukuman). Bukan tindakan yang bersifat mangatur hidup agar lebih baik. Jadi antipati seseorang terhadap hokum Islam, hanya karena mereka tidak mengetahui tetang kejalasan hukum-hukum Islam.
Karena mereka trauma dengan hukum positif (hukum yang ada dinegara) yang bersifat penghukuman bagi orang yang bersalah. Maka, hukum Islam identik dengan mati, potong tangan dan lain sebagainya. Inilah yang membuat hukum-hukum Islam menjadi hal yang menakutkan bagi masyarakat. Padahal hukum Islam itu tidak hanya seperti itu. Islam banyak mengatur tentang tata cara dalam berbagai hal. Seperti hukum nikah, hokum pergaulan, hukum jual beli, hukum pidana, hukum perdata dan bahkan untuk memasuki kamar mandi pun ada hukumnya. Nah, disinilah orang-orang seharusnya memahami tentang hukum itu sendiri. Hukum Islam mengatur kehidupan, agar menjadi lebih terarah dan teratur dalam menjalankan kehidupan yang sementara ini. Di dunia.

Seorang yang belajar merupakan sebuah kewajiban bagi Islam. Tak lupa juga niat untuk belajar itu sendiri. Kalaulah niat sudah menyimpang dari tujuan awal. Untuk tidak meraih kejayaan Islam kembali. Maka seseorang itu menjadi kufur. Tetapi jikalau seseorang tetap berpegang teguh pada tujuan awal itu. Yaitu untuk menegakkan nilai-nilai Islam. Maka Insya Allah, akan mendapatkan berkah dari Allah! Kalaulah seorang aktivis Islam mengklaim bahwa belajar hukum positif itu haram atau kufur. Maka seharusnya mereka pun tidak usah tinggal dinegara ini. Karena pada dasarnya semua aktivis Islam di negara ini, merupakan pelaku pasif hukum positif. Jadi secara tidak langsung, semua orang yang berada dinegara ini merupakan pelaku hukum positif. Apalagi, saat mereka terkena kasus hukum. Apakah mereka akan diam? Tidak mereka pasti akan mencari pengacara untuk membela mereka. Nah, disinilah letak yang mendasar. Kalaulah semua aktivis Islam apatis dengan hukum positif. Lalu saat aktivis Islam terkena kasus hukum, siapakah yang akan membela mereka? Siapakah yang akan membela saudara seiman, jika semua aktivis Islam dihabisi dengan hukum positif ini?”
“Aktivis Islam, seharusnya tidak apatis dengan hukum positif ini. Karena akan menjadi bumerang tersendiri seandainya tidak ada orang-orang Islam yang mengerti tentang hukum positif. Sedangkan kita, masih dikuasai hukum positif! Jadi orang yang mengeklaim tentang kebenaran kekufuran pada aktivis Islam yang belajar hukum positif merupakan aktivis Islam yang tidak mengetahui tentang esensi dari belajar itu sendiri.” 

“Konsep keselamatan dalam Islam itu adalah pasrah dan taqwah! Tetapi harus dibedakan tentang arti pasrah itu sendiri. Pasrah dalam Islam, bukan berarti hanya diam menunggu. Tetapi konsep pasrah dalam Islam adalah, melakukan sebuah perbuatan kebaikan dalam dirinya sehingga tercapai kebaikan untuk alam ini. Seperti apa yang disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik dari umat-umat yang lain. Dari perbuatan kebaikan itulah yang akan menjadikan ketakwaan bagi diri. Seperti halnya berbuat adil. Dalam Islam perbuatan adil adalah sebuah perbuatan yang sangat baik. Karena adil termasuk mendekati ketakwaan.” Dalam Al Qur’an. Pun disebut ‘Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri- isteri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS Annisa 123).’ Yang dimaksud adil dalam Al Qur’an adalah. Mewajibkan keadilan dalam perkataan dan perbuatan. Manakalah dia lebih condong kepada suatu ucapan ataupun perbuatan, maka itulah yang dikatakan ketidakadilan. Adapun adil dalam percintaan, seorang manapun tidak akan pernah bisa berbuat adil. Seperti apa yang menjadi doa Rasulullah Muhammad Saw. ‘Allahumma hadzaa fasmii fiimaa amliku falaatalumnii fiimaa tamliku walaa amlik’ yang artinya. ‘yaa Allah, inilah pembagianku pada apa yang aku miliki. Maka janganlah Engkau mencelaku pada apa yang Engkau miliki, sedangkan aku tidak memiliki.’ Dalam doa Rasulullah ini sangat jelas, bahwa manusia tidak dapat berlaku adil tentang cinta. Karena cinta merupakan sebuah rasa, yang hanya Allahlah bisa berlaku adil, bukan manusia. Mahluk yang memiliki keterbatasan. Maka syarat untuk berpoligami adalah keadilan dalam perkataan dan perbuatan. Bukan keadilan dalam perkara yang terdapat dalam hati manusia!

Memang ada benarnya apa yang dikatakan Karl Marx. Kalaulah Karl Marx, menyatakan agama adalah candu. Maka sesungguhnya Karl Marx lupa, atau mungkin bahkan Karl Marx tidak tahu. Candu yang diberikan dalam kenikmatan beragama, merupakan esensi dari kehidupan. Candu yang tidak memabukkan. Candu yang membuat orang akan terus ingat, tentang perbuatan keburukannya. Candu yang membuat orang akan terus melakukan perbaikan dalam dirinya. Candu yang membuat manusia-manusia terlena akan buaian kasih sayang-Nya. Buaian yang akan membuat manusia ingat, akan ada hari pembalasan bagi perbuatanannya. Yang membuat manusia, menjadi lebih sempurna. Karena rasa keimananannya terhadap Tuhannya. Bukan seperti Karl Marx. Yang tidak bertuhan. 

[2.214] Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum dating kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacammacam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.

[16.110] Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

[2.218] Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

[3.142] Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.

[5.35] Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan

[5.54] Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.

[9.16] Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

[9.41] Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

[25.52] Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Qur'an dengan jihad yang besar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap