Adakah kesalahan dr sebuah kerinduan? Aku pun tak tahu kenapa benda abstrak itu mesti ada. Walau aku pun juga tak tahu kenapa kudefenisikan ia sebagai rindu.
Nelangsa... mungkin adalah gambaran Bagi si pemendam rindu. Walau rindu tak termengerti rindu tak terdefenisi rindu tak terijabah dan mungkin rindu yang tak seperti rindunya yang dirindukan. Ahaaa.... masihkah dalam nelangsa..?
Benda abstrak itu mampu membungkam sepi menjadi sebuah wujud tarian waktu. Berlalu, menyapa, memahat dan mengungkung waktu tuk sekedar bermanja bersama ilusi yang terangkai. Rindu dan ilusi... mungkin dua kata yang terkait, sebab kerinduan seringkali hanya ilusi yang dibangun dalam imajinasi.
Namun, kerinduan tetap saja menjadi kosakata nan indah, disukai, digemari, dan bahkan dinanti. Meski adalah fatamorgana hati, namun tetap saja dapat mengkudeta pikir menjadi irrasional.
Apakah kalian masih saja memuja kerinduan? dikudeta pun rindu tetap saja menempati ruang lain dengan dimensi kesenangannya. Berada dalam ukiran ilusi yang kelak akan dibingkai dalam fakta.
Tak ada yang salah dengan nelangsamu. Tak ada yang keliru dengan kerinduanmu. Rindumu tetap manusiawi. Rindumu ttap terpatri.
Bersamalah rindu dan nelangsa, berkolaborasi membentuk nada indah lagu kehidupan
Maka biarkanlah rindu itu ada tanpa kata yang membelenggu.
@Makassar dalam guyuran hujan
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar