Menertawai diri sendiri. Uring-uringan sendiri. Ketawa menangis tersenyum sendiri membayangkan irrasionalx pikiranku. Entah dimana kamus cuek yang slama ini kugenggam. Kali ini termentahkan dengan halusinasi yang membabibuta.
Hahaha.... aku ingin menertawai diriku.. sosok yang jadi serba tak rasional. Lebih banyak berhayal dan berharap. Tapi sayang. Smua juga hanya jadi kosakata umpama dan andaikata. Berada dalan ruang ilusi perasaan yang mengungkung dan membajak. Sadarlah... yang kamu lakukan sama sekali tak berguna. Biarpun air mata mu selalu berlinang, pesanmubselalu terhantar, doamu selalu terpanjatkan, hayalmu slalu menghiasi.. tak mengubah apapun.. dan tak ada pengaruh apapun. Mengapa masih ngotot???
Tempat ini menjadi menjadi teman bagiku melihat temaram cahaya kerlip lampu kota ini. Ditemani gemerlap bintang indah jauh disana. Mungkin seperti itu pun dirinya. Indah.. namun jauh tuk kugapai.. lebih tepatnya mungkin aq yang kepedean. Aq hanya bisa memandang dari kejauhan sini. Memandang segala keindhan darimu. Aq hanya bisa jadi penikmat dan penonton dari sini. Mungkin tak bisa lebih....
Kenapa juga kubiarkan diriku berada dalam palung harapan? Bukankah sejak dulu kupahat kata "tidak mungkin"?. Ahhh.. iya... aq mungkin terbuai dengan kata2mu yang sempat kulipat dan kusimpan. Namun, kata itu tak punya power apa2 baginya, meski tak sama bagiku. Itulah kesalahanku melipat katanya dalam palung harapan.
Tak banyak yang bisa kulakukan selain berdo'a dan berusaha. Jika semua berkata lain. Minimal perbendaharaan kecewa tak ada dalam kamusku. Hanya bisa kutitip do'a buat sang pemilik hati "maafkanlah hatiku yang sempat merindukan yang lain, dan mungkin pernah membuat kelalaian dlam kerinduan kepadaMu. Jagalah hatiku dengan segala kelemahannya. Jadikanlah aq berhati cantik, ridho dengan apapun keputusanMu dan tidak akan terluka parah akibat luka dari manusia. Rabb... maafkanlah aku.. maafkan kerapuhanku..."
#edisitakjelasngomongapa #isenghoyyy
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar