Langsung ke konten utama

Edisi Massaleo "Tampakkan Saja"

Tak perlu bersepekulasi dengan keadaan. Tampakkan saja apa yang ada dan apa adanya. Mungkin akan terasa lain dan aneh, namun dengan begitu engkau akan keluar dari rantai masa lalu. memang tak mudah. Dan tak banyak yang mau melakukannya. Karena melakukannya mesti melawan ego dalam diri. bukankah akan tampak baik jika menampakkan topeng emosi yang berantonim dengan faktanya? iya, akan seperti itu tapi tak akan bertahan lama dan justru menambah massa kesedihanmu. Betapa tidak, berspekulasi itu justru membuat gunung es kebahagiaan. Tampak indah, namun jauh di dasarnya tertimbun lebih banyak kesedihan. lamat-lamat akan hancur juga.

Biarkan emosimu tampak seperti apa adanya. Jika ingin tertawa, tertawa saja. jika ingin menangis, menangis saja. jika ingin marah, marahlah. jika ingin tersenyum, tersenyum saja. jika kecewa, katakan saja. jika rindu, maka merindulah. Tak ada yang salah, silahkan saja. Toh, semua akan menjadi plong jika engkau tumpahkan. tak terbebani lagi jiwamu dengan tumpukan emosi yang kau simpan rapat-rapat. Bukan akan membuatmu baik-baik saja, namun akan membuatmu rapuh pada akhirnya. bahkan katanya, memendam emosi itu justru signifikan membuatmu berbadan tipis. benarkah? wallahu'alam. 

Rasai emosimu. Marah? maka marahlah pada yang membuatmu marah. marah yang santun, justru membuatmu lebih anggun. ekspresi marah bukankah tidak mesti menggertak? atau memukul? atau menghantam? bahkan dengan "diam" pun itu adalah tindakan marahmu. So, jangan mengangap bahwa diam itu bukan ekspresi dari marah. justru dengan diam, seseorang berada pada puncak kemarahannya. masih mending jika dimarahi tapi masih diladeni berbicara, tapi jika tak digubris? tak dianggap ada berbicara? emang enak? :D

Kecewa? kenapa mesti ragu menampakkannya? tampakkan saja. Toh, dengan kau tampakkan akan mendeklarasikan bahwa engkau benar-benar kecewa. apalagi jika engkau merasa sakit, biarkan saja. biarkan rasa itu hadir. jika dengan menangis engkau bisa lebih baik, kenapa tidak. menangislah.. tak ada yang salah dengan tangisanmu. Bukankah seiring dengan air matamu, kekuatanmu akan tumbuh kembali. Lepas derasnya air matamu dan lelahnya engkau menangis, nanti akan ada kekuatan baru darimu. kekuatan untuk bangkit dan berlari meninggalkan masa lalu tuk menjemput masa depanmu. Hadirkan semua rasa sakitmu, sematkan dalam-dalam, hadirkan terang-terang, kumpulkan semuanya utuh-utuh, lalu rasai semuanya, biarkan sesak se-sesak sesaknya, menangis pun hadirkan saja. setelah semua kau hadirkan dan kau rasai, TELANLAH BULAT-BULAT SEMUANYA. ini akan mensugesti diri bahwa semua telah hilang dan kita buang. Dengan menelan semuanya bulat-bulat, tak ada lagi yang tersisa tuk kita kenang kembali. Hilang.. pergi.. tertimbun.. terhapus... 

Apalagi jika lagi bahagia. Silahkan saja tampakkan. Emosi bahagia adalah hal yang paling sering ditampakkan oleh orang, namun terkadang juga masih ada yang menahannya. Meski bahagia adalah kebaikan, namun jika tak ditampakkan dan diekspresikan, tak akan terasa oleh diri. Mungkin saja justru akan membebani hati menyimpannya berlama-lama. tampakkan saja. Tentu dengan cara yang elegan. Cara yang paling elegan adalah dengan mengucapkan syukur kepadaNya, makin taat kepadaNya, kemudian menceritakan kebahagiaan kita kepada orang terdekat, apakah keluarga dan sahabat. bukankah itu indah?

Jika ingin tertawa, tertawa saja. Tak perlu mengungkung diri memasang wajah dingin, seolah nggak ngaruh apapun kebahagiaan di sekitar, atau apapun kelucuan yang tampak. maunya selalu tampak dingin bak es. lama-lama akan nempel di kulkas tak bisa digunakan saking lamanya beku dengan dinginnya. Tertawa saja jika kau bahagia, tertawa saja jika ada yang lucu, dan tertawa saja jika baru kau sadari bahwa selama ini dirimu tak bisa tertawa... :D

#EdisiMassaleo
Kamar Mungilku, tetap dalam episode insomnia. 25 - 05 - 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap