Langsung ke konten utama

Pelatihan Jurnalistik PD IPM Gowa

All Peserta & Fasilitator Kegiatan 3 Bidang PD IPM Gowa
Kembali turun gunung menyambangi amanah. Kali ini berada di tengah-tengah kawanan IPM Gowa. Alhamdulillah masih bisa bermanfaat bagi orang lain. Kali ini bukan pelatihan kader, tetapi kembali bergelut di pelatihan yang berbau tulisan "pelatihan jurnalistik. Mungkin ini efek dari tugas fasilitator di pelatihan Karya Tulis Ilmiah sebelumnya yang diadakan oleh PW IPM Sulsel. Whatever that, saya sangat senang berada di tengah-tengah mereka dan juga berada di kegiatan-kegiatan IPM. Temanku sempat berkata "tidak bosan apa selalu di IPM, perasaan sejak SMA, kuliah S1, bahkan kuliah S2 dan selesai pun masih saja bergelut dengan IPM. apa sih enaknya di IPM?". sejenak tersenyum mendengarnya lalu berkata "di IPM saya mendapatkan semuanya. mendapatkan bahagia, senang, pengalaman, motivasi, teman, canda, tawa, ilmu, bahkan di IPM pun saya menangis, kecewa, dan marah. Namun, mungkin IPM telah menyatu padaku, waktu telah mengantarkan bahwa hidupku selalu tidak jauh dengan IPM. selalu ada rasa terima kasih yang ingin kuberikan padanya". Temanku cuma menggelengkan kepala ckckck......

Lanjutku, "Ada tiga hal yang tidak bisa ditolak ketika memanggil, pertama panggilan Allah ketika adzan telah berkumandang, kedua panggilan orang tua, dan ketika panggilan IPM". ciyeeee...... mungkin kedengarannya lebay, tetapi bagi banyak anak IPM apalagi yang telah merasakan indahnya ber-IPM akan mengiyakan. upzzz... kok pembahasan menyimpang? :D

foto bersama #kunjungan ke fajar
Pelatihan jurnalistik kali ini diadakan di Benteng Somba Opu, tanggal 1-3 Mei 2014. Jauh--jauh dari kampung halaman langsung ke makassar, karena sudah membuat janji dengan panitia tuk menjadi fasilitator. Meski agak telat datangnya karena kecapean dalam perjalanan Palopo-Makassar, tapi alhamdulillah di hari yang sama masih bisa langsung ke lokasi. Dan masih berada di luar Aula, aura kegiatan telah nampak. woww.... ruame juga... ternyata bukan cuma pelatihan jurnalistik saja, tetapi ada dua kegiatan lain yaitu pelatihan da'i pelajar dan pelatihan desain grafis. pantesss.......

peserta siap menerima pemaparan dari kru fajar
Malam pertama, peserta langsung dibawa kunjungan media, kali ini adalah ke fajar sebagai koran terbesar di Indonesia bagian timur. jadilah malam itu mendampingi peserta ke gedung Graha Pena. awalnya sempat lama menunggu pihak keamanan yang kaget dengan kunjungan kami. mereka mengira kami datang tanpa konfirmasi terlebih dahulu, untunglah ipmawati yang telah bertemu dengan pihak fajar datang. kami pun digiring ke lantai 4, langsung ke ruang redaksi. Meski malam telah menyelimuti, saat banyak pegawai telah duduk santai di rumahnya, disini masih banyak pegawai yang asyik bercengkrama dengan layar laptop di depannya. segera saja pemaparan tentang daur pembuatan koran dan tanya jawab dari peserta. awalnya sih agak garing, mungkin kebiasaan yang memaparkan bertemu dengan orang yang serius dan dewasa, makanya bertemu dengan peserta rasanya agak kaku. #maybe. Namun setelah tanya jawab berlangsung, kekakuan mulai lebur bersama tawa dan jawaban atas pertanyaan peserta. Dan terlihat peserta sangat antusias bertanya banyak hal, sampai pada pertanyaan "bagaimana jika kami ingin melayangkan artikel, atau ulasan remaja yang bisa masuk di 'keker'?. dan juga "apakah kunjungan kami akan diliput, atau bagaimana? kapan biasanya berita kunjungan seperti ini akan terbit?". Hehehehe.. pertanyaan itu yang penting, langsung kena sasaran hahahhaha.... setelahnya, peserta dibebaskan berjalan-jalan mengitari ruang redaksi dan bertanya kepada siapa saja dan kebagian mana saja. setelah puas berkeliling dan sudah tentu foto-foto, akhirnya kami semua pulang. Jangan salah... kami pulang larut malam. Tiba di lokasi sekitar pukul 23.30  wowwww...... "pelajar keluyuran". Tapi keluyuran yang bermanfaat insya Allah :-). 

Foto bersama wartawan Fajar
Hari kedua, full materi dan sungguh sangat bermanfaat. serasa kuliah jurnalistik 4 semester hehehhe.... mulai dari teknik wawancara, cara meliput, teknik fotografi, dsb. tak lupa peserta diberikan tugas mencari objek yang mereka foto dengan berbekal ilmu fotografinya dan menjelaskan teknik apa yang digunakan. selain itu, mereka juga bertugas meliput kecil-kecilan dan melakukan wawancara. tersenyum melihat keseriusan mereka, meski juga tampak santai dan usil. namanya juga pelajar :-). dan yang berkesan juga adalah saat peserta mesti membuat sebuah penampilan lakon peran yang menunjukkan bahwa mereka adalah seorang jurnalis. melihat mereka dari belakang, membuatku tersenyum. Alhamdulillah.. mereka semua memang berbakat jadi seorang jurnalis. Tinggal dipoles dan dibiasakan. Namun, dari keempat kelompok yang ada, ada satu kelompok yang menampilkan hal yang berbeda yaitu kelompok 1 ipmawan yang menampilkan drama. tema masih sama tentang "pelajar tersangkut narkoba", namun, mereka mengemasnya lewat sebuah drama, lumayan menghibur, tertawa dan geli melihat tingkah mereka. hahahha.. ada-ada saja. Tibalah saatnya saya mengomentari mereka, intinya meraka semua telah memiliki bakat, mugkin kekakuan dan ketidakpedean masih ada dan itu wajar sebagai seorang pembelajar. kataku"jika belajar, maka mungkin saja akan diawali dengan kesalahan, itu wajar. bagaimana mengetahui sesuatu itu benar, jika kita tidak mengetahui mana yang salah". Selain itu, mungkin juga dari segi bahasa. but, wajarlah.... 

Fasilitator juga serius mendengar
Namun, ada hal yang membuat suasana sedikit mengulur waktu. ketika salah seorang Fasilitator lain (Rahman, red) mengomentari penampilan mereka dan seolah-olah mengatakan bahwa penampilan kelompok yang membuat lakon drama itu tidak sesuai dengan yang ia maksud. inilah yang menjadi ketidakenakan dalam forum, peserta tidak terima dengan kritikan itu dan menganggap kerja mereka tidak menunjukkan selayaknya jurnalis yang handal. ahaaaa....... biasa... dalam forum seperti ini. but, ini bagus, ruang dialektika tersedia, ruang kritis pun tercipta. tenangg.... saya pun awalnya memahami "bermain peran" yang dimaksudkan sebelumnya tidak spesifik, artinya dalam lakon drama pun bisa. yang penting kan, aktivitas seorang jurnalisnya ada. wartawan ada, reporter ada, pelaku ada, saksi ada, polisi ada, orang tua pelaku ada. intinya, bagiku ada "makna bias" disini. Kataku, "persepsi kita terkadang berbeda dengan orang lain, dan anggapan kita pun sering berbeda dengan anggapan rang lain. namun, bukan berarti kita memaksakan anggapan kita dan juga menyalahkan anggapan orang lain. mungkin penerimaan kita akan makna sesuatu yang berbeda, dan memang dalam hal ini makna ambigu bisa saja hadir. olehnya, jadikan ini pelajaran tuk menghindari asumsi bias, dan apapun yang terjadi dalam sebuah forum kita sikapi dengan dewasa, menyelesaikan dengan tidak meninggalkan rasa ketidakenakan". hehhehehe.... haduhhh..... semoga tidak berbelit-belit. dan inilah yang pada akhirnya menjadi ikon tema baru "kalimat ambigu".

Pemberian syahadah kepada perwakilan peserta pelatihan 3 bidang
Hari ketiga, forum hanya sampai siang. rencana materi masih ada dua, namun sau pemateri tidak sempat hadir. Jadilah materi akhir yang menutup pelatihan ini adalah "jurnalisme online". Gue banget nih hahahha... soalnya sampai saat ini, bisanya menjadi jurnalis online, bergelut dengan blog yang sejak 7 tahun lalu kubuat. :-). lumayan materinya, namun, semua masih sebatas teoritis, nantilah prakteknya setelah kegiatan ini. ditunggu yah blognya semua.... saya pribadi sangat berharap, peserta bisa melahirkan banyak tulisan dan lahir pula dalam rahim IPM Gowa jurnalis muda yang handal. aamiin ya Rabb.... kegiatan pun kuakhiri dengan memberikan games. entah nama gamesnya apa. yang jelas, games ini sangat cocok menjadi games lapangan. mengelompokkan peserta menjadi dua, ipmawan dan iomawati apalagi jumlahnya sama. mata mereka ditutup dengan jilbab atau sarung selain para leader yang ada dibelakang ang bertugas mengomandoi. sambil saling memegang pundak, mereka harus bekerjasama menemukan sebuah benda yang telah kuperlihatkan pada leadernya. Tidak boleh bersuara, yang ada hanya simbol tepukan, tepuk bahu kanan artinya belok kanan, tepik kiri artinya belok kiri. terus tepuk kedua pundak dan berhenti tepuk bagian tengah belakang. asli ngakak melihat mereka... tabrakan antar kelompok tidak bisa dielakkan. hampir saja kelompok ipmawati menang, namun diakhir, mereka malah berputar tak karuan. hahaha... kelompok ipmawan akhirnya menang. ^_^

Dan Fasilitator pun diberikan plakat #fasilitatornyayangmanaya?
Akhirnya, penutupan tiga kegiatan pun dilakukan. dan semoga apa yang dilakukan, diterima dapat bermanfaat, menjadi bekal ilmu. dan paling penting semoga apa yang dijalani selama 3 hari diridhoi oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Aamiin ya Rabb..... :-).

Ikatlah ilmu dengan pena. Karena Pena menjadi saksi peradaban.
Nuun. Demi Pena dan segala yang dituliskannya.
Nuun. Walqalami Wamaa Yasthuruun.
#IPMlovers
#YayaAfifatunnisa


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap