Langsung ke konten utama

Jilbab dilarang...?

Beberapa hari setelah lebaran, nonton TV. ehh.. dapat berita tentang pelarangan jilbab di Bali. 

Hari gini, saat HAM yg semakin digembor2kan n diagungkan, tapi ternyata mudah juga tuk diinjak2. Setelah hak hidup banyak dirampas di Gaza sana. Sekarang hak beragama juga dirampas. Masih ada juga zaman sekarang yg melarang berjilbab, di negara yang notabene sebagai negara islam terbesar. Dengan alasan otonomi daerah. Wah...wah... atribut keagamaan itu bukan simbol tapi bukti bahwa qt taat dengan agama yang qt yakini. #miris#apakabarindonesia#TVone

Serasa kembali ke tahun 70-an, 80-an, 90-an dimana masih banyak yang merasa asing dengan jilbab, dimana masih banyak yang melarang berjilbab. bahkan foto KTP, foto ijazah pun meski sekolah yang dibawah naungan Depag pun masih melarang berjilbab dengan alasan nanti tidak bisa mendapatkan kerja. oww... ternyata belum juga berhenti kasus tentang jilbab. sekarang pun masih ada juga kasus pelarangan. masalah kalau menggunakan jilbab..??
********************
Dua pekan berlalu, berselancar di fb dapat headline berita dengan tema yang sama. dan juga beberapa hari belakangan ini ramai teman fb membahas tentang kasus pelarangan jilbab di Bali.

"Soal Larangan Berjilbab, Dirjen Bimas Hindu Minta Umat Islam Hargai Eksistensi Agama Mayoritas di Bali"

Itulah headline berita yang saya baca malam ini via islamedia. ya Rabb, masih kambuh juga ya masalah ini. kirain sudah kelar. kirain juga sudah pada cerdas karena sudah banyak yang sekolah, sudah pada prof, pada doktor, pada mahasiswa, pada tamat mata kuliah kewarganegaraan, pada tamat materi HAM yang selalu digembar-gemborkan. pada kenyataannya, semua hanya teori yang aplikasinya adalah "0". all is zero. bungkus saja teori-teori HAM itu. lalu lemparkan saja. sekalian pecahkan saja kacanya, biar ramai. karena bagiku, teori -teori itu hanya lagu yang meninabobokkan, pengantar tidur tuk terbuai dan merasa nyaman bahkan bangga bahwa dunia sudah aman, semua sudah faham arti hak, arti kemanusiaan, arti asasi, dan arti kewajiban. dan maaf juga karena saya mengatakan, hari ini Indonesia tidaklah merdeka. mungkin merdeka secara tertulis, tetapi ternyata terjajah dengan sikapnya sendiri. terjajah dengan kata merdeka yang dikumandangkannya sendiri.

Merdeka...?? mana...??. apakah merdeka namanya ketika hak tuk beragama, hak tuk menunaikan kewajiban agama yang dianut dihalang-halangi? saya rasa jika faham arti toleransi, sudah tamat materi hak asasi, tahu bahwa semua itu adalah hak asasi setiap orang. sama dengan berjilbab, itu juga hak asasi setiap wanita muslim. dan juga perlu diingat, jilbab bukanlah semata-mata atribut agama, yang berarti boleh tuk tidak digunakan. jilbab adalah sebuah kewajiban, dan namanya kewajiban mesti digunakan. dan meski lagi masih banyak wanita muslim yang tidak menggunakannya dengan berbagai alasan. apakah karena memang tidak mau, tidak suka, masih ragu, menunggu siap, menunggu jadi orang yang baik dulu, masih merasa belum terpanggil, atau mungkin juga masih ada yang membenci tuk menggunakannya. tapi secara apapaun, jilbab adalah wajib. so, tidak bisa dikatakan itu hanya atribut, jadi tidak perlu dipakai dan tidak apa-apa kalau tidak dipakai.

Lalu kenapa masih dipermasalahkan wanita berjilbab? mengganggu pemandangankah jilbab itu? merusak citra perempuankah jilbab itu? membuat mata jadi sakitkah melihat jilbab? membuat stroke-kah ketika melihat orang berjilbab? atau karena merasa bahwa turis asing merasa aneh ketika berjilbab sehingga nanti akan berpengaruh pada devisa dari pariwisata? ataukah karena ini memang sentimental agama? nah.... saya juga berpikir, dan mungkin saya mulai ragu. apakah benar kita sudah tamat bab toleransi? membaca headline beita di bali itu membuat geram. yah jujur saya geram. saya pun berceloteh via fb:

"Betul, ini sudah melanggar HAM, dan lagian, indonesia jg mayoritas agama islam, bali kan di indonesia, bukn indonesia dalam bali, lalu kenapa ummat islam mesti takut? wah.... makin geram aja baca beritanya... "

"Indonesia mayoritas islam. pemimpinx juga mayoritas islam, so what,, knpa nggak suruh semuanya juga menghargai eksistensi ummat islam tuk mewajibkan yang perempuan berjilbab meski non muslim. nah, loh...?" #magerrrr
 
Nah, coba kita renungkan bersama. betulkan? kalau kita mau memaksakan justifikasi masing-masing. kenapa tidak memberlakukan saja aturan islam, atau nasionalisasi aturan islam. kan negara kita mayoritas islam. iya to? lalu kenapa ummat islam seperti tidak berada pada pihak mayoritas? mengapa kita seperti kaum minotitas dalam kemayoritasan kuantitas. apakah kualitas kita yang minoritas membuat ummat islam tidak bisa berkutik? hayo.. mana pemipin negeri ini. apakah kita akan tetap legowo seperti ini? apa akan selalu berdalih toleransi? sedangkan kita tidak ditolerir? ahhh... rasanya dulu ada undang-undang yang mengatur tentang ummat beragama. mana ya? apa sudah hilang? apa karena kebebasan berpendapat sehingga dianggap tidak layak lagi? nah, jadi blunder juga makna toleransi. kita memperjuangkan hak tuk berpendapat, sedangkan pendapat tentang menyuarakan kewajban tidak didengarkan. apa yang salah...? ayo, kita pikirkan bersama. apa yang salah dengan negeri ini? apa yang salah dengan ummat islam di tanah ini? dan apa yang salah ketika ummat islam tetap melaksanakan kewajibannya.

Wahai, engkau yang disana.. yah, kamu... yah.... siapa lagi... apakah kalian merasa teracuni ketika melihat wanita berjilbab

*Makassar, dalam edisi melanjutkan tulisan about hijab. hijab, i'm in love. forever...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap