Saya belumlah menjadi seorang ibu. Gimana bisa jadi ibu, nikah saja belum hehe… tapi Alhamdulillah 4 tahun lebih merasakan menjadi ibu guru di sekolahan bagi siswa sekolah dasar, lumayan memberikan banyak ilmu terutama ilmu sabar dan ilmu kasih sayang. Dengan tipe orang seperti saya yang tidak hanya didukung oleh keadaan tapi memang sifat yang kaku, membuat tidak bisa dekat denan anak-anak. Tidak pandai mengambil hati, tidak pandai membelai, tidak pandai membujuk, tidak pandai merayu. Hahaha,,, kepada anak-anak saja tidak bisa, mungkin lebih lebih kepada orang dewasa. Kaku…. Sadis euyyy…. Yah, it’s me…..
Belum menjadi ibu bukan berarti tidak bisa merasakan kasih sayang anak. Ternyata waktu dan keadaan sekarang telah banyak menempaku tuk bisa dekat dengan anak-anak. Selain karena pernah ngajar di SD juga karena sudah punya 3 ponakan. Semuanya adalah jagoan. Hmm… dari keluargaku memang kebanyakan adalah laki-laki, jarang perempuan. Keturunan subur ya J. Kalau iparku yang satunya melahirkan nanti, dan jagoan lagi? Maka lengkap sudah rumah makin riuh dengan suara para jagoan. Tumbuh besarlah nak…. Tapi ada yang membuat kadang iri. Tidak bisa membelikan berabagai aksesoris cantik dan imut. Baju2 putri serta topi dan pita yang cantik. Bukan bidadari kecil sih… hehehe… but, syukuri pemberian Allah… jagoan atau bidadari sama saja. Yang penting bisa menjaga, merawat dan mendidiknya. Nah loh,,,, kok saya yang kayak ortunya? :D
Meninggalkan mereka, ternyata sudah sukses memberikan ruang sedih di lubuk hati (ciye…cie…). Berpisah dengan mereka sekarang sudah bisa menghadirkan bulir kesedihan bagiku. Malam lebaran, berpisah salah satu jagoanku (Iklil) di Makassar tuk balik ke kampong halaman (palopo,red), diam diam saya sedih dan sempat menangis. Belum berangkat sudah sedih mengingat tiap hari bermain bersamanya. Lagu kebangsaannya adalah “ta..ta.. tatata..ta..ta..tatata…” itu plesetan dari lagu yang pernah saya ajarkan yaitu “satu sepatu, dua durian, tiga mentega..dst”. maklum belum bisa ngomong. Umurnya baru 1 tahun 4 bulan. Bahasanya masih kurang jelas. Dan Meski kadang capek dan minta ampun menjaganya, tapi bisa mengukir kasih sayang yang indah antara kami. Ceilee….. sampai di palopo, bertemau dengan 2 jagoanku yang lain fadhil dan raihan. Mereka semakin besar. Fadhil sudah 2 tahun 7 bulan, sedangkan raihan sudah 10 bulan. Makin menggemaskan. Fadhil yang semakin cerewet dan telah banyak faham jika dinasehati. Raihan yang sudah mulai bisa ngambek jika yang diinginkan tidak terwujud.
Teringat waktu pulkam liburan pileg yang lalu, saat hujan turun sangat lebat dan petir. Ayahku tiduran di sofa rumah. Kelihatan kalau sebenarnya dia tidak mau tidur, jadinya kelihatan terkantuk-kantuk. Melihat kakeknya yang seperti itu, fadhil lalu pergi menghampiri dan mengambil tangannya dan menarknya seraya berkata ‘kakek, jangan tidul disitu. Ada guntu’ (petir). Ayo tidul di kacil poo”. Kami yang melihat dan mendengarnya sontak tertawa. Nah… kemarin, sore sebelum balik ke Makassar. Saat ayahku masuk rumah dan melihat raihan lagi memegang langsat, bapakku berkata pada raihan dengan bermimik lucu mengikuti khas anak-anak “e’an.. makan apa? Ohh.. mamang anca’ (langsat red), pintal… ehhh.. dali mana anca’…”. Kalimat itu kembali diulang oleh bapakku, sedangkan fadhil menyimak sambil berguling2 di kasur poo kesayangannya. “e’an.. mamang anca’… dali mana dapat anca’?”. Secara spontan fadhil langsung menjawab “di kuali”. Wkwkkwkwkwkwkwk…. Saya dan kakakku yang mendengarnya langsung tertawa keras.. fadhil..fadhil…. :D. kakakku pun berkata “perjelas tawwa pak, langsat atau angsa”. Hehehheehe…. Nah begitulah terkadang kita kalau berbicara dengan anak kecil berusaha mengikutu dialek mereka tapi ternyata kita sendiri salah mengikuti bahasa mereka. Dan mereka menanggapi dengan serius berdasarkan informasi yang dia miliki. Yang dalam pikiran fadhil kalau “anca” itu adalah angsa bukan langsat J. Lain lagi kalau raihan. Dia pintar memperagakan muka lucu versinya. Muka lucu itu adalah mulut dimonyongkan kedepan sambil mata disipitkan, atau dengan kata lain bermuka busuk. Belum lagi, dia sudah pandai memperagakan suara harmau hehheeh.. gemes…….
Akhirnya kembali ke Makassar meninggalkan mereka berdua. Sediih rasanya. Padahal saya bukan ibunya. Tapi rasanya kok sedih banget ya… hikzz… mungkin itu baru secuil rasa sayang kepada anak. Belum seberapa dengan rasa sayang ibu kandung kepada anaknya. Yang lebih membuat sedih lagi adalah… saat fadhil bersama kakakku mengantar ke depan lorong menunggu bus lewat, dia pun merengek dan menangis minta ikut. Katanya “mauka uga pelgi makaccang pake moil beccangg… ketemu adek ikki. Mauta pelgi cama tanta appeng”. Sekedar info, saya diberi gelarnya “tanta appeng”, karena dulu kalau pulkam saya membelikannya appel atau anggur. Akhirnya terekam bahwa saya adalah tantenya dia yang suka bawa appel. Lama menunggu bus belum ada juga, akhinrnya dia dibujuk tuk pulang tapi tidak mau juga. Yah,, jalan terakhir dibohongi. Dikatakan padanya “ambil topi dulu di rumah baru pergi ke makaccang sama tanta appeng”, barulah dia menurut tuk pulang ke rumah. Sampai di rumah, sadar bahwa dia dikalasi’I, akhirnya dia menangis. Dan kesedihannya dia bawa sampai tidur. Bangun pagi-pagi, dia langsung menangis lagi dan berkata “tanta appeng pelgi makaccang ke lumahnya adek ikki, ndak nabawaka.. huuu..hu…hu…..”. hikkzzz….. mendengar kisah ini dari kakakku yang diceritakan oleh ibuku rasanya membuat kembali rindu sama dua jagoanku yang kutinggalkan di kampong. Merasa tidak enak meninggalkannya dan merasa kembali rindu bermain bersama mereka..
Cepat besar para jagoanku… semoga kelak kalian menjadi anak-anak yang sholeh. Jadilah lelaki yang tangguh, bertanggungjawab dan tidak cengeng…. Miss u all ^_^
Makassar, 9 Agustus 2014
jagoanku sekarang sudah bertambah. barakallah... selamat hadir di dunia ponakan baruku. semoga jadi anak yg sholeh. maaf tante imutmu ini belum sempat melihatmu wkwkwkkwk......
BalasHapus*kapan yah punya ponakan yang cantik?