Langsung ke konten utama

About Wedding. Apa yang salah...?

Nah.. saatnya bahas about menikah alias walimah. Tanya kenapa? karena saat ini jadi tema yang nge-trend. Maklum saja.. ramadhan telah berlalu, itu artinya undangan pun akan banyak berdatangan. Lalu kenapa mau membahasnya? itu dia.... saya merasa ingin membahas sedikit tentang pernikahan. Tapi bukan mengupas tentang fiqh pernikahan loh, itu belum tuntas ilmunya bagi saya tuk menyampaikan. saya cuma mau mengeluarkan pendapat dan berargumen tentang beberapa hal about this topic :)

Menikah adalah suatu peristiwa yang mungkin semua orang berharap melaluinya. Tetapi tidak semua orang dalam hidupnya pernah merasakannya. Menikah adalah sejarah tersendiri bagi setiap orang. akan selalu dikenang dan disepakati adalah momen indah yang tak lekang tuk selalu diingat. dan bisa jadi Menikah pun adalah pilihan.karena pilihan, ada orang yang memilih opsi tuk tidak menikah.maybe.. kata kak seorang kakak di fb seperti ini :

"Menikah atau single, menjadi ibu rumah tangga atau menjadi wanita karir,,, adalah jalan yang berbeda yang dilewati oleh masing2 orang, entah karena takdir, entah karena tuntutan, ataupun karena pilihan sadar,,, tidak selalu bisa diperhadap2kan, cukup dijalani dengan tenang, bersyukur, dan berbahagia"
Dalam ajaran islam. menikah adalah sebuah prosesi suci tuk menyatukan dua insan. dengan menyatunya dua insan maka beberapa larangan sebelumnya akan berbalik menjadi anjuran tuk dilakukan. sehingga dengan menikah, solusi beberapa permasalahan bisa diatasi, terutama masalah pergaulan bebas. semua pun sepakat bahwa menikah itu lebih baik dan lebih terjaga. bahwa menikah pun bisa melindungi diri dari perbuatan tercela. bahkan menikah pun bisa membuat diri jadi lebih tenang. sepakat dan sangat sepakat. lalu apa yang salah? yang salah adalah ketika kita mengebiri pernikahan, benci dengannya. dan masih ada yang salah, yaitu memandang bahwa orang yang belum menikah adalah orang yang malang hidupnya, mengasingkannya, mengebirinya, memandang sebelah mata padanya, mengoloknya, atau merasa lebih darinya.

Hukum awal menikah adalah sunnah. layaknya sunnah, maka siapa yang melaksanakannya mendapatkan keutamaan, mendapatkan pahala, dan tidak melaksanakannya biasa dikatakan tidak apa-apa, namun lebih tepatnya mengatakan tidak mendapatkan keutamaan yang didapatkan oleh yang sudah menikah pada saat itu. Dan akan berubah hukum menjadi wajib, jika beberapa hal terjadi misalnya jika tidak bisa menahan nafsu, jika tidak menikah akan terjerembab dalam kemaksiatan, dsb. ketika hal itu terjadi, maka seseorang sudah wajib melaksanakan pernikahan. Yang namanya wajib, jika dilaksanakan akan mendapat pahala dan jika ditinggalkan akan mendapat dosa. yah, tentu saja, ketika berada dalam situasi ini, maka jika tidak menyegerakan pernikahan akan terjerat dalam perilaku menyimpang dan tentu akan berbuah dosa. Nah, karena hukum awal adalah sunnah, dan jika tidak ada yang membuat berubah menjadi wajib, maka tidak mengapa seseorang itu belum menikah. iya kan?

“Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku !”(HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.).

“Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk kawin, maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai baginya” (HR. Bukhori-Muslim)

Namun, apa yang selanjutnya mesti kita telusuri tentang menikah? oww... ternyata masih ada yang menganggap menikah adalah sebuah perlombaan alias pertandingan. so pasti yang duluan menikah dianggap dialah pemenangnya, merekalah yang beruntung. sedangkan yang belum juga menikah adalah mereka yang dianggap kurang beruntung, bahkan disenyumi sebagai seseorag yang patut dikasihani. oww my God, sebegitu kasihannyakah mereka yang belum juga menikah?

Pernah suatu waktu memrepost tulisan salah seorang motivator muda Indonesia Setia Furqan Kholid di facebook, tentu saja mengundang lumayan komentar dari teman-teman.

Menikah itu bukan perlombaan, yang dinilai dr seberapa cepat bersanding di pelaminan.
Menikah itu bukan drama, yang dinilai dari seberapa dramatis mendapatkan sang pujaan hati.
Menikah itu bukan bisnis, mengharapkan yg terbaik dengan usaha seminim mungkin.
Menikah itu ibadah agar mendapat berkah hingga mendapat sakinah. Setuju.? #Setia Furqon Kholid


Nah, berikut salah satu komentar :
Setuju karena yang bikin status adalah laki2, Kak. Jika wanita yang bikin status ini, saya kurang setuju. Alasannya? Maaf Kak, bukan bermaksud menggurui karena pasti kita lebih tahu dan mengerti, saya cuma menyampaikan pendapat saja. Pertama, dalam dunia kesehatan, ada batasan wanita sangat baik untuk hamil (usia produktif). Kedua, baik laki2 maupun perempuan, dalam hal agama, khususnya yang muslim, saya pernah membaca sebuah hadits yg menyatakan bahwa tidak ada bujangan di Syurga Allah. Artinya, orang yang belum menikah belum punya tiket untuk ke Syurga, seperti itukah maksud hadits tersebut? (wallahu 'alam). Hadits ini ada kaitannya juga dengan hadist yang menyatakan bahwa menikah adalah sunnahku, barang siapa yg mengikuti sunnahku, maka dia adalah umatku. Tapi,semuanya dikembalikan kepada Allah krn Dia-lah yg menentukan garis tangan hamba-Nya. Maaf nah,Kak... Peace...

Saya pun menanggapi komentar tersebut:
Baah.... memang benar juga yang anti sampaikan. Tapi meski bukan laki-laki yang sampaikan atau jika saya yang mau menyampaikan maka hal yang sama akan saya katakan juga. Cuma kata-kata ini sudah mewakili apa yang mw saya katakan hehe... Masalah kesehatan wanita. Itu benar dan tidak tertolak dalam teori apapun dan tentang hadist yang anti sampaikan juga benar. Tidak ada memang yang sendri di syurga. Tetapi apakah kita akan mengatakan orang yang meninggal tapi belum sempat menikah apakah masih muda trus meninggal atau memang dalam hidupnya tidak bertemu jodohnya, maka tidak bisa masuk syurga meski mereka shaleh atau shalehah? Tidak kan? Nah.. arti hadist tersebut jangan diterjemahkan secara tekstual tapi secara kontekstual. Tiap org punya pasangan masing-masing. Jika tidak bertemu di dunia mungkin di akhirat barulah mereka dipertemukan. Dan juga meski orang berpasangan di dunia belum tentu kelak akan menjadi pasangan di akhirat kelak.
Terus kalau masalah menikah adalah sunnah.. itu juga benar dan sangat benar. Tapi apakah dengan begitu langsung memaksakan diri tuk segera menikah dengan siapa saja? Tidak kan? Smua juga mau tapi waktu tiap orang tidak sama dan taqdir tiap orang tidak sama. So, yang sudah menikah bersyukurlah, dan yang belum menikah bersabarlah. Karena menikah bukan urusan siapa yang duluan. dan juga penting, yang sudah menikah, silahkan do'akan saudaranya yang belum #peace


Ahh... bahas masalah jodoh dan menikah, terkadang membuat tersenyum saja. mengapa? mungkin kalau membahasnya saya adalah orang yang sudah tertampar kanan-kiri, mungkin juga sering ditanyakan sana sini dan dicecari alasan kenapa belum menikah juga, dan ada juga yang secara tersirat dan terang-terangan berkata "belum laku juga ya?". hahahaha... emangnya barang...? siapa sih yang tidak mau menikah selagi masih normal? tapi lagi-lagi apakah alur hidup, cerita hidup dan semua kisah hidup seseorang sama? tahukah kita tentang semua story seseorang sehingga kita cepat-cepat mnghakiminya dengan "tidak laku" atau "jual mahal"?. Rasanya makin banyak saja perbendaharaan kata yang bisa dikatakan.

Setiap kita punya alur kisah tersendiri, dan mungkin cuma kita dan Allah yang tahu bagaimana terangnya kisah itu. tetapi terkadang orang terburu-buru mengklaim tentang hidup seseorang. ada sesuatu yang tampak di mata kita, namun ada juga sesuatu yang tak tampak di mata kita. sedekat apapun, yakin saja masih ada sesuatu yang menjadi rahasia pribadi seseorang. makanya usahlah menghabiskan waktu mengurusi kehidupan orang lain, atau sibuk mengasihani seseorang. apalagi jika mesti bersembunyi di balik senyum manis bertanya sana-sini sambil memicingkan mata menertawai. you know my name not my story. (hahah..... maksudnya apa nih?)

Okey.. menikah adalah sunnah, dan sunnah adalah disenangi oleh Rasulullah. so, bagi yang sudah menikah berbahagialah, tetapi jangan mengotori kebahagiaanmu dengan menertawai mereka yang belum menikah. dan... yang belum menikah, tetaplah berusaha memperbaiki diri dan berdo'a, ada Allah yang mendengar do'amu dan meski dengan usahamu engkau belum menemukan jodohmu, maka bersabarlah... dan bahkan meski sejauh apa usaha kita, sekuat apa kita berusaha, adalah Allah yang maha berkehendak. but, keep enjoy your life. Bukankah hidup bukan semata-mata memikirkan tentang jodoh? masih banyak hal yang mesti dipikirkan bukan?. eittsss... bukan berarti nggak boleh atau nggak mau memikirkan jodoh loh ya,.. cuma nggak usah lebay bergalau ria tiap hari karena jodoh (hehhe... ada yang tersinggung nggak nih wkwkw...)

“ Sesungguhnya semua segala sesuatu itu telah dipersatukan oleh Allah, jika kita merasa gundah, gelisah, maka pasrahkan semuanya hanya kepada Alloh, jika kita merasa suka dan dekat dengan seseorang, maka mintalah petunjuk dari Alloh, serahkan semuanya hanya kepada Allah, niatkan Lillahi Ta’ala, satelit hati adalah Alloh, karena segala sesuatu apabila dipasrahakan kepada Allah, dan telah dipersatukan oleh Allah, sejauh apapun serumit apapun, tidak akan pernah bisa dipisahkan oleh siapapun juga. begitupun sebaliknya, jika Allah tidak menghendaki bagaimanapun caranya mencoba untuk bersatu tapi bila Allah tidak menghendaki juga tidak akan bisa bersatu"

*Mungkin tulisan ini rada nggak runtut, begitulah kalau lama selalu dipending baru diselesaikan, jadinya ide tulisannya timbul tenggelam hehehe ^_^*

Makassar, 11 September 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap