Langsung ke konten utama

Don't Push Me...

Hari ini aneka rasa. Yang intinya badmood. Entah puncaknya apa. Lagi-lagi, saya menemukan hal yang tidak kusukai. “tidak suka dipaksa”. Benar, meski hal tersebut ada baiknya atau bermanfaat, tapi yang namanya dipaksa sama sekali tidak suka. Inilah keras kepalanya saya. Tidak suka jka ada hal yang tidak dikompromikan terlebih dahulu barulah diputuskan untukku. Tidak suka diseret pada suatu hal yang sama sekali belum kuiyakan. Bukan hanya jika orag lain yang melakukan, bahkan keluarga dan ortu ku pun tidak suka jika dipaksa.yaya memang keras kepala.

Seperti hari ini. Sama sekali belum pernah dikompromikan kepadaku, eh… sudah diajukan barulah disampaikan kepadaku. Nyesek banget… tidak suka. Okey.. itu adalah kebaikan untukku.. bisa menambah pundi-pundi, bisa menyibukkan, bisa lebih mengatur waktuku, tetapi bukankah belum disampaikan sebelumnya kepadaku? Belum didengar apakah saya mengiyakan, menyanggupi, menerima…? Tidak kan? Rasanya menjalani sesuatu tidak dengan sepenuh hati. Meski sesuatu itu saya sukai, tetapi jika belum pernah disampaikan kepadaku, maka tentu saya tidak suka. Please… saya juga punya hak menentukan pilihanku. Saya pun punya keinginan, saya pun berhak menentukan untuk diriku. Menagapa…..???  
Sekali lagi, saya tidak suka dipaksa….. ini bukan dipaksa menikah loh hehehhe.. (kali aja yang kepikiran begitu). Not it. Ini masalah pilihan waktu, pilihan kerjaan, pilihan aktivitas harian. Mengapa ketika kertas itu sudah dilayangkan barulah mau didengarkan suaraku. Apa gunanya..?? apakah masih punya pengaruh meski saya menolak? Kalau saya menolak, saya akan berhubungan lagi dengan birokrasi.. ketidakenakan jadi pijakan pertimbangan. Apa menerima saja? Legowo saja? Manut saja? Yaya tidak suka begitu…

Mengapa rasanya banyak hal yang seolah saya terpaksa menerima. Dalam urursan cita-cita pun saya mesti manut dan mengikat keras-keras mimpi. Keinginan untuk idealis sangat besar, tetapi akhirnya terbantahkan dengan rasa ketidakenakan dan kepatuhan yang harus. Keras kepala dengan idealisme, namun pada akhirnya idealnya menjadi setengah-setengah. Yah, karena ada kata “patuh” membayangi. Urusan keras kepala ini juga berurusan dengan bakti. Lalu bisa apa keras kepala menandingi…?

Yaa Rabb…. Izinkan saya menuai keras kepalaku… semoga ini masih berada dalam koridor-Mu. Bagaimana pun itu, Engkau Maha Mengetahui segalanya…….
 
Sehari setelah Sumpah Pemoeda 2014.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap