Idul Adha 1434 H. Rasanya kali ini, dari semua lebaran yang kulalui selama hidupku, inilah yang paling kelabu.. inilah paling kelam, inilah paling menyedikan. Lebaran kali ini terasa sangat berbeda, sunyi, sepi, tak ada tanda-tanda bahwa akan lebaran, tidak ada siapa-siapa, mungkin juga menjadi lebaran paling gelap bagiku. arggghhhhhhh............ konsekuensi dari sebiah pilihan dan tindakan. Si keras kepala kembali beraksi, kembali berkutat pada pilihannya, dan kembali berdiam diri, kembali melawan arus dan mencoba anti mainstream. Maka dengan begitu, nikmatilah lebaran yang penuh kelabu. lebaran sendiri, lebaran di tempat yang jauh dari keluarga, dan lebaran tak menikmati kebersamaan. hahahha... dasar yaya.....
Menjelang Sabtu, 4 Oktober 2014 sebagai waktu yang kupilih dan kuyakini sebagai 10 Dzulhijjah, berbeda dengan pemerintah. Semenjak aktif di Muhammadiyah, saya selalu memilih lebaran dengan waktu yang sama dengan organisasi itu. meski terkadang berbeda dengan keluarga, tetapi saya enjoy saja melakukannya. mereka tidak pernah protes dengan pilihan saya. Berbeda dengan idul fitri yang lalu, sempat beradu pendapat dengan teman fb, just about lebaran. hehhehe........ Namun kali ini, bukan masalah perbedaan hari raya yang menjadi masalah, tetapi keadaan yang menjadi masalah. keadaan sebagai imbas dari pilihan. memilih untuk mengikuti pilihan sendiri, memilih untuk tetap mempertahankan prinsip. rasanya lucu, tapi yah begitulah...... mungkin aneh.. yah, memang aneh.. memang misterius.... memang tak bisa ditebak. itulah saya... teradang bertanya, apa mauku? apa keinginanku? kenapa saya memilih jalan yang selalu berbeda dari kebanyakan orang? ketika orang akan cenderung memilih jalan yang mulus, jalan penuh peluang, jalan yang disarankan orang terdekat, jalan yang dekat dengan keberhasilan yang pintas. Justru saya berbalik memilih jalan yang berbeda. berlawanan.. keras.. dan tetap.. (bingung kan...?? :D).
Saya yakin, Allah mengetahui apa yang ada dalam hati dan pikiranku. semoga itu bukanlah kepisikan atau keegoisan. Bukannya tidak ingin mengukir senyum bagi mereka, tetapi saya ingin mengukir senyum itu dengan caraku sendiri, dengan usahaku sendiri, dengan jalanku sendiri. Ini prinsipku, ini idealismeku. menggelikan mungkin bagi orang, denga dunia seperti sekarang orang justru akan tersenyum lebar jika mendapat peluang yang sama denganku, tetapi tidak jika pilihan itu diberikan kepadaku. Dan semoga bukan keegoisan, saya tetap menghormati, menyayangi, menghargai pilihan dan saran untukku, saya yakin orangtuaku pasti sangat..sangat..sangat.. berharap banyak untuk itu. tetapi,... please.... izinkan saya berbuat dengan caraku, mengukir dengan jalanku, dan berhasl dengan pilihanku. Picik...??? semoga ini bukan kepicikan, semoga bukan argumenku saja, bukan alasanku saja, bukan piti-piti, bukan sensasi. Ini benar ingin berada di zona yang aman dan nyaman untukku, ingin mengubur hipotesis-hipotesis yang sejak dulu signifikan di kepalaku. Mungkin menghindari konflik. satu hal lagi, saya punya harapan... Mungkin terlalu muluk, tapi saya masih belum kapok tuk menggapainya. Ya Rabb... engkau mengetahui segala yang ada dalam hati manusia.
Dengan begitu, lebaran kali ini kulalui sendiri, menyendiri, menyepi, berteman denting jam di dinding dan juga laptop dan TV. Tak ada lebaran bersama keluarga. tak ada makan bersama. Tidak ada ceremony jabatan tangan dengan keluarga. tak ada ketupat, tak ada rendang, tak ada buras, tak ada bakso, tak ada sup, tak ada suguhan lebaran dan tidak ada gelak tawa. Asli sepi... dan kelam. Di tempat teman, sendiri, menyendiri, merenung, dan tentu menangis. argghhhhh...... kuharap, Allah mendengarkan permohonanku, dan saya yakin, Allah tahu jalan pkiranku meski tak terlihat oleh orang lain. Mungkin inilah hukuman bagi pilihanku. ahhh... tidak.. ini bukan hukuman, tapi ini adalah konsekuensi.
SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1434 H. Taqabbalallahu Minna Wa Minkum. Semoga Allah meridhoi setiap jalan kita, setiap pilihan kita. dan semoga Allah menghapuskan dosa-dosa kita, kekhilafan kita, dan juga kemaksiatan yang pernah kita lakukan. Karena kita adalah manusia, tak pernah lepas dari kesalahan. Dengan lebaran kali ini, semoga keteladanan Ibrhim dan Ismail bisa menjadi pelajaran bagi kita agar bisa berbuat dengan ikhlas, dan juga denga moment lebaran ini, mar kita menyembelih sifat kebinatangan yang mungkin masih sering muncul dalam kehidupan kita. Aamiin ya Rabb...... Terakhir, kepada seluruh keluarga, sahabat, teman, dan kenalan. Mohon maaf jika saya punya kesalahan kepada kalian. terutama buat keluargaku, terkhusus orang tuaku. Maaf jika anakmu ini masih sering gendeng. Masih mau berbuat dengan jalan pilihannya sendiri sampai taqdir membawaku pada titik klimaks tuk mengalah pada fakta. miss u my family... i hope u know me. i hope u know my hope ^_^ :'(
Makassar, 04 Oktober 2014
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar