Malam tetap saja sama
Disapu angin bersama deburan dingin menusuk tulang
Meski siang, panas mengguyur
Malam akan tetap sama menawarkan dingin dan gelapnya
Mungkin sama saja
Berdiri dan terpekur menimbang rasa
Nafas panjang mendera
Menyerah……..
Pada akhirnya akan seperti itu
Meski kuperjuangkan dan kudefenisikan
Tetap saja, titik yang tampak adalah titik kulmunasi “menyerah”
Bagai cadas, tak goyah sedikitpun
Tak bergeser sedikitpun dan tak bernurani sedikitpun
Kuperjuangkan... Kujelaskan... Kuusahakan…
Tetap saja sama
Maka, pada akhirnya...
Saya pun menyerah
Pada kekejaman dan kebekuan
Jangan pernah sesali kekejaman itu
Karena kini…
Kanvas kembali putih
Disapu angin bersama deburan dingin menusuk tulang
Meski siang, panas mengguyur
Malam akan tetap sama menawarkan dingin dan gelapnya
Mungkin sama saja
Berdiri dan terpekur menimbang rasa
Nafas panjang mendera
Menyerah……..
Pada akhirnya akan seperti itu
Meski kuperjuangkan dan kudefenisikan
Tetap saja, titik yang tampak adalah titik kulmunasi “menyerah”
Bagai cadas, tak goyah sedikitpun
Tak bergeser sedikitpun dan tak bernurani sedikitpun
Kuperjuangkan... Kujelaskan... Kuusahakan…
Tetap saja sama
Maka, pada akhirnya...
Saya pun menyerah
Pada kekejaman dan kebekuan
Jangan pernah sesali kekejaman itu
Karena kini…
Kanvas kembali putih
Makassar, 21 Oktober 2014 “Tempat Terindah”
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar