Keceriaan bersama mereka dalam kelas akhirnya buyar dengan suasana di ruang makan hari ini. selagi enak-enaknya makan, muncul dengan wajah datar tanpa ekspresi meski dengan senyum termanis yang kusunggingkan kepadanya. Apa saya salah orang ya..?? ahh.. rasanya tidak. Tapi kok..??? pusing amat…. (meski kepikiran juga), lanjut makan………….
Di detik-detik makanku, dimulailah babak badmoodku hari ini. OMG……..
“kenapa bisa pengumuman kelulusan lomba tidak ditahu?”
“#$@%^&*???” bengong sejenak. Nggak nyangka disalip dengan pertanyaan begitu
“ohh… (baru ngeh), karena memang tidak ditahu kapan pengumumannya, katanya nanti lewat web. Jadi saya tidak tahu. Yang lihat pertama kali ada siswa”
“mestinya, tahu pengumumannya supaya langsung tanyakan kepada pihak SMA, supaya cepat tangani, janganmi SMP lagi”
“……??? Saya juga tidak tahu kapan pengumumannya, apalagi hari itu masih libur lebaran, jadi penyampaian infonya juga terlambat. Jadwal lomba juga mepet dengan pengumuman”
“itu hari, pak *** yang tahu pengumumannya, makanya dia langsung bilang saja sama bu ***, cobanya kita tahu pengumumannya langsung saja tanyakan ke pihak sekolah”
“……??? Kalau masalah itu saya tidak tahu, yang jelas saya beri tahu ke pihak SMA.”
“saya sudah bilang sama bu *** kenapa bisa laporan masuk ke SMP, padahal yang lolos SMA, coba saja langsung SMA tahu pegumumannya, kan langsung saja SMA yang proses, tidak perlu SMP terlibat”
“……..??? #glekkkkk…..”
“itulah juga karena pak *** yang dikenal, makanya dia yang dihubungi sama siswa”
“memang yang dia tahu omor telponya Cuma pak ***, sa…..”
“ohh… tidak memberikan nomor HP sama siswa ya?”
“memang yang ditelpon ortu siswa itu pak***, kalau nomor…..”
“itulah.. makanya pak *** yang dihubungi”
“…???? #glekk….”
“bagusnya itu, SMA juga ada bimbingan olympiade kan? Supaya kalau ada lomba sudah jelas siapa yang bisa dihubungi”
“iya bu”
“apakah yang dikatakan bu *** waktu ketemu di bandara tentang KTP?”
“saya awalnya tidak ketemu langsung, pembicaraan awal itu Cuma lewat telpon, dan yang dia bilang katanya dia tidak bersedia kalau ada yang berangkat atas nama dia di tiket, karena ini masalah tanggung jawab di laporan”
“ohhh… dia bilang begitu..?, tapi memang begitu karena ini masalah tanggung jawab, harus sesuai prosedur, dan kalau berangkat dengan KTPnya dia, itu sudah melanggar kode etik”
“……?? #gleeekkkkk….”
“jadi itu alasannya tentang KTP?”
“iya bu”
“tapi bahasanya pada saya adalah karena dia selalu bawa mobil kesana kemari, jadi perlu KTP. Dia sekarang yang sering bawa mobil mengantar keluarganya, karena kakaknya lanjut kuliah di Bogor. Meski begitu, tapi memang sih alasannya (to me) masuk akal juga”
“…………..#gleekkk….”
“jadi pada akhirnya beli 6 tiket?
“tidak, ada 5. Tiket yang kesana ada 3 karena yang satunya batal jadi yang saya ganti adalah seperduanya ke wali siswa, sedangkan baliknya tetap tiket yang sama”
Tenang saja… saya nggak pakai tuk hambur-hamburkan beli tiket.. justru saya usahakan tetap pakai tiket yang sudah ada sebelumna karena saya berpikir tuk eminimalkan pengeluaran. Saya sempat berpikir tidak usah pergi.. kaena apa..? karena saya tahum tiket yang akan saya beli jauh lebih mahal… rasanya saya tidak rela uang sekolah dipakai hanya untuk membeli tiket untuk saya. Saya belum layak untuk itu. Dan masih banyak hal yang bisa dibeli sekolah daripada saya keluarkan Cuma tuk biasa keberangkatan saya. Tenang… saya juga berpikir penghematan kok
“itu fotocopy KTP-nya, kukira tidak ada yang dikirim, ternyata setelah ddesak dia mengirim ke fb anakku. Saya juga tidak tahu kalau ternyata jadi dia kirim”
“#glekk…. “
Ehhh… didesak baru sadar ya dia… kalau dia sebaiknya legowo memberikan KTP-nya. Ehh.. salah ding yang dia kirimkan itu just file foto KTP-nya. Hehhe…. Meski dia kirim pun, bagaimana bisa membuatnya jadi KTP abal-abal yang mirip? Mana mungkin diterima fotocopy KTP (jika saya print) oleh pihak bandara? Hahhaha…………………………. Just wanna laugh…………….. ukhti…ukhti………………
Aigoooooo…………………………………………………
Saya merasa dan menganggap masalah ini sudah kelar. Saya tidak mau memperpanjang lagi masalah. Tidak mau mengungkit2. Biarlah jadi pelajaran untuk lebih memperbaiki perencanaan dalam kasus seperti kemarin. Dan juga saya bisa balik dengan selamat itu sudah cukup bagi saya. Tapi kok….??? Dari perbncangan itu, yang saya tangkap adalah 1) lain cerita di markas sana tentang kejadian itu, terutama mengenai saya 2) ada rasa kecewa atau apalah kepada saya yang tidak langsung mengetahui info pengumuman yang akhirnya berakibat pada munculnya banyak masalah 3) perbincangan di level atas tdak harmonis mengenai masalah ini 4) ada dua wajah dalam hal ini.
Sakitnya tuh disini……………………..
Tahu tidak, sayalah yang jadi korban. Saya adalah orang yang baru, tidak mengerti apa-apa, apalagi masalah jalur birokrasi, tidak tahu kondisi di dalam, eh.. malah saya yang tercebur, mungkin juga dicebur. Saya sudah mengorbankan waktuku untuk pergi. Waktu yang seharusnya orang belajar tuk menghadapi tes, malah saya kelayapan ke ampung orang. Waktu yang harusnya saya gunakan beristirahat dengan baik agar bisa ikut tes dengan tenang akhirnya terenggut. Dan juga jam mengajar saya pun akhirnya hilang. Siswa jadi terlambat materi, tidak ada yang menggantikan ngajar, dan….. (ahh.. tidak usah mengatakannya.. cukup saya yang tahu. Tapi mengapa seolah saya yang salah? Mengapa saya salah karena tidak tahu pengumuman itu? Memangnya saya harus mematroni web setiap hari? Webnya saja saya tidak tahu? Lagian mana tahu kapan wkatunya? Ketika saya tahu pun, saya langsung confirm ke pihak sekolah yang saya tahu (karena saya orang baru), dannnn…………. Saat itu libur, saya tahu jalur birokrasi tidak akan semulus biasanya. Lalu apakah saya masih tetap salah…??? Ingat….. saya tidak kepikiranuntuk pergi, atau menyambangi hak orang, atau merusak keinginan orang. Tidak….!!! Karena saya tahu, 1) saya orang baru 2) orang baru jarang mudah langsung diberi amanah seperti itu 3) saya juga mengajar, sapa yang menggantikan? Yang terpikirkan adalah.. yang pergi paling pimpinan.. so, kalau ada pemikiran bahwa saya makso tuk pergi.. NO WAY……………
Itu juga bu *** yang baik hati dan tidak sombong…. Kok bahasanya beda ya kepadaku dan kepada mereka? Kenapa…? Kalau saja hari itu saya merekam apa yang dia katakana? Dan sekaligus merekam bagaimana lagaknya ketika di bandara…. Kemarin saya berusaha menepis rasa kesal, marah kepada anda… tapi maaf, kali ini.. marahku hinggap…. Biarlah Allah yang jadi penimbangnya….
Hufffftttt…………………………. Hari ini, temanya adalah bad mood……. Efeknya… enjoy yang perlahan kubangun sedikit demi sedikit runtuh… wajah..wajah yang kuanggap semua ramah… seakan kulihat pada bertopeng… ahhh…….. maaf jika pada akhirnya kukatakan seperti itu…………
Di detik-detik makanku, dimulailah babak badmoodku hari ini. OMG……..
“kenapa bisa pengumuman kelulusan lomba tidak ditahu?”
“#$@%^&*???” bengong sejenak. Nggak nyangka disalip dengan pertanyaan begitu
“ohh… (baru ngeh), karena memang tidak ditahu kapan pengumumannya, katanya nanti lewat web. Jadi saya tidak tahu. Yang lihat pertama kali ada siswa”
“mestinya, tahu pengumumannya supaya langsung tanyakan kepada pihak SMA, supaya cepat tangani, janganmi SMP lagi”
“……??? Saya juga tidak tahu kapan pengumumannya, apalagi hari itu masih libur lebaran, jadi penyampaian infonya juga terlambat. Jadwal lomba juga mepet dengan pengumuman”
“itu hari, pak *** yang tahu pengumumannya, makanya dia langsung bilang saja sama bu ***, cobanya kita tahu pengumumannya langsung saja tanyakan ke pihak sekolah”
“……??? Kalau masalah itu saya tidak tahu, yang jelas saya beri tahu ke pihak SMA.”
“saya sudah bilang sama bu *** kenapa bisa laporan masuk ke SMP, padahal yang lolos SMA, coba saja langsung SMA tahu pegumumannya, kan langsung saja SMA yang proses, tidak perlu SMP terlibat”
“……..??? #glekkkkk…..”
“itulah juga karena pak *** yang dikenal, makanya dia yang dihubungi sama siswa”
“memang yang dia tahu omor telponya Cuma pak ***, sa…..”
“ohh… tidak memberikan nomor HP sama siswa ya?”
“memang yang ditelpon ortu siswa itu pak***, kalau nomor…..”
“itulah.. makanya pak *** yang dihubungi”
“…???? #glekk….”
“bagusnya itu, SMA juga ada bimbingan olympiade kan? Supaya kalau ada lomba sudah jelas siapa yang bisa dihubungi”
“iya bu”
“apakah yang dikatakan bu *** waktu ketemu di bandara tentang KTP?”
“saya awalnya tidak ketemu langsung, pembicaraan awal itu Cuma lewat telpon, dan yang dia bilang katanya dia tidak bersedia kalau ada yang berangkat atas nama dia di tiket, karena ini masalah tanggung jawab di laporan”
“ohhh… dia bilang begitu..?, tapi memang begitu karena ini masalah tanggung jawab, harus sesuai prosedur, dan kalau berangkat dengan KTPnya dia, itu sudah melanggar kode etik”
“……?? #gleeekkkkk….”
“jadi itu alasannya tentang KTP?”
“iya bu”
“tapi bahasanya pada saya adalah karena dia selalu bawa mobil kesana kemari, jadi perlu KTP. Dia sekarang yang sering bawa mobil mengantar keluarganya, karena kakaknya lanjut kuliah di Bogor. Meski begitu, tapi memang sih alasannya (to me) masuk akal juga”
“…………..#gleekkk….”
“jadi pada akhirnya beli 6 tiket?
“tidak, ada 5. Tiket yang kesana ada 3 karena yang satunya batal jadi yang saya ganti adalah seperduanya ke wali siswa, sedangkan baliknya tetap tiket yang sama”
Tenang saja… saya nggak pakai tuk hambur-hamburkan beli tiket.. justru saya usahakan tetap pakai tiket yang sudah ada sebelumna karena saya berpikir tuk eminimalkan pengeluaran. Saya sempat berpikir tidak usah pergi.. kaena apa..? karena saya tahum tiket yang akan saya beli jauh lebih mahal… rasanya saya tidak rela uang sekolah dipakai hanya untuk membeli tiket untuk saya. Saya belum layak untuk itu. Dan masih banyak hal yang bisa dibeli sekolah daripada saya keluarkan Cuma tuk biasa keberangkatan saya. Tenang… saya juga berpikir penghematan kok
“itu fotocopy KTP-nya, kukira tidak ada yang dikirim, ternyata setelah ddesak dia mengirim ke fb anakku. Saya juga tidak tahu kalau ternyata jadi dia kirim”
“#glekk…. “
Ehhh… didesak baru sadar ya dia… kalau dia sebaiknya legowo memberikan KTP-nya. Ehh.. salah ding yang dia kirimkan itu just file foto KTP-nya. Hehhe…. Meski dia kirim pun, bagaimana bisa membuatnya jadi KTP abal-abal yang mirip? Mana mungkin diterima fotocopy KTP (jika saya print) oleh pihak bandara? Hahhaha…………………………. Just wanna laugh…………….. ukhti…ukhti………………
Aigoooooo…………………………………………………
Saya merasa dan menganggap masalah ini sudah kelar. Saya tidak mau memperpanjang lagi masalah. Tidak mau mengungkit2. Biarlah jadi pelajaran untuk lebih memperbaiki perencanaan dalam kasus seperti kemarin. Dan juga saya bisa balik dengan selamat itu sudah cukup bagi saya. Tapi kok….??? Dari perbncangan itu, yang saya tangkap adalah 1) lain cerita di markas sana tentang kejadian itu, terutama mengenai saya 2) ada rasa kecewa atau apalah kepada saya yang tidak langsung mengetahui info pengumuman yang akhirnya berakibat pada munculnya banyak masalah 3) perbincangan di level atas tdak harmonis mengenai masalah ini 4) ada dua wajah dalam hal ini.
Sakitnya tuh disini……………………..
Tahu tidak, sayalah yang jadi korban. Saya adalah orang yang baru, tidak mengerti apa-apa, apalagi masalah jalur birokrasi, tidak tahu kondisi di dalam, eh.. malah saya yang tercebur, mungkin juga dicebur. Saya sudah mengorbankan waktuku untuk pergi. Waktu yang seharusnya orang belajar tuk menghadapi tes, malah saya kelayapan ke ampung orang. Waktu yang harusnya saya gunakan beristirahat dengan baik agar bisa ikut tes dengan tenang akhirnya terenggut. Dan juga jam mengajar saya pun akhirnya hilang. Siswa jadi terlambat materi, tidak ada yang menggantikan ngajar, dan….. (ahh.. tidak usah mengatakannya.. cukup saya yang tahu. Tapi mengapa seolah saya yang salah? Mengapa saya salah karena tidak tahu pengumuman itu? Memangnya saya harus mematroni web setiap hari? Webnya saja saya tidak tahu? Lagian mana tahu kapan wkatunya? Ketika saya tahu pun, saya langsung confirm ke pihak sekolah yang saya tahu (karena saya orang baru), dannnn…………. Saat itu libur, saya tahu jalur birokrasi tidak akan semulus biasanya. Lalu apakah saya masih tetap salah…??? Ingat….. saya tidak kepikiranuntuk pergi, atau menyambangi hak orang, atau merusak keinginan orang. Tidak….!!! Karena saya tahu, 1) saya orang baru 2) orang baru jarang mudah langsung diberi amanah seperti itu 3) saya juga mengajar, sapa yang menggantikan? Yang terpikirkan adalah.. yang pergi paling pimpinan.. so, kalau ada pemikiran bahwa saya makso tuk pergi.. NO WAY……………
Itu juga bu *** yang baik hati dan tidak sombong…. Kok bahasanya beda ya kepadaku dan kepada mereka? Kenapa…? Kalau saja hari itu saya merekam apa yang dia katakana? Dan sekaligus merekam bagaimana lagaknya ketika di bandara…. Kemarin saya berusaha menepis rasa kesal, marah kepada anda… tapi maaf, kali ini.. marahku hinggap…. Biarlah Allah yang jadi penimbangnya….
Hufffftttt…………………………. Hari ini, temanya adalah bad mood……. Efeknya… enjoy yang perlahan kubangun sedikit demi sedikit runtuh… wajah..wajah yang kuanggap semua ramah… seakan kulihat pada bertopeng… ahhh…….. maaf jika pada akhirnya kukatakan seperti itu…………
#lainpadanglaintantangan #ishbir
Makassar, 29 Oktober 2014
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar