Langsung ke konten utama

Traveling to Malang (Math Vektor 2014)

Alhamdulillah sekitar pukul 21.00 tiba juga di penginapan, kost milik bu Hamsia, tante Suci di bilangan gang Dinoyo, jl. MT. Haryono. Lumayan juga sih, menemukan alamatnya membuat emosi pak sopir naik juga. Selain bingung alamatnya, juga bingung dengar orang sulsel ngomong. Katamya epat banget.. heheh… belum tahu dia.. orang sulsel katanya kalau ngomong kayak kereta api hehhe….. sabar pak… woles pak…. :D

Tiba di jam segitu artinya sekitar 14 jam dari Makassar barulah tiba di Malang. Bukan jarak tempuh yang membuat begitu lama, tetapi.. seperti pada tulisan sebelumnya, banyak masalah… dari tiket, KTP, sampai pada bingung karena kehabisan tiket siang, mosok iya menunggu 12 jam di bandara baru berangkat. Ini saja suaraku sudah parau. Begitulah kalau saya kecapean, plus banyak nelpon sana-sini akibat masalah tiket, jadinya yah begitulah… sampai hari ke-5 pun, setelah balik dari malang, suara masih parau juga, plus batuk, dan badan rasanya mau rontok. But, never mind, inilah jalannya. Yakin, ada pelajaran yang mesti kulewati melalui kejadian ini. Terutama pelajaran sabar. ishbir..ishbir….

Pagi pertama di Malang, segera bersiap-siap menuju UM Malang untuk mengantar siswa ikut lomba. Semoga, bisa berjalan baik dan Suci bisa konsentrasi dan tenang mengerjakan soal. But, lagi-lagi saya selalu mengatakan, semua orang berharap juara, tetapi bukan itu yang mesti ita jadikan pijakan. Paling penting dari semua itu adalah proses. Setiap kita berproses, tidak ada orang yang sekali berproses langsung berhasil, mungkin ada tetapi tidak berlaku umu. Oleh karena itu, keep calm.. prose situ penting, pengalaman itu penting. Pelaut yang ulung dihasilkan dari ombak yang besar, begitu pun kberhasilan dalam belajar atau lomba. Untuk berhasil, terkadang kita mesti jatuh dulu, kalah, tertatih, mungkin merangkak. Itulah proses. Ketika kita bersabar, yakin dan bersungguh-sungguh, maka proses itu akan membuahkan hasil insya Allah. Saya pun mengtakan kepada Sucidan Tantenya, bahwa jika yang lain berhasil, wajar karena memang mereka sudah banyak pengalaman, banyak, latihan dan bimbingan. Tetapi kalau suci lolos ke semifinal padahal belum mendapatkan bimbingan, mungkin hanya belajar semalam sebeum lomba, maka itu luar biasa menurutku, langkah awal yang bagus. Bukan kebetulan bagiku. Karena, tidak ada yang kebetulan d dunia ini, karena semua telah tercatat di Lauhul Mahfudz, dan sesuai dengan proses kita, usaha kita. Bukankah Allah mengatakan bahwa “Allah tidak akan merubah suatu kaum sampai kaum tersebt merubah sendiri keadaan yang ada padanya”. Dari sini menunjukkan bahka, sesuatu itu tidak akan berhasil, tidak akan berubah, jika kita sendiri tidak mau berusaha, tidak mau berproses. Bukankah memang “ilmu pengetahuan itu pahit pada awalnya dan manis seperti madu pada akhirnya?”, dan juga Imam syafi’I mengatakan “jika kamu tidak tahan dengan lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung pedihnya kebodohan”. So, tidak mengapa dengan hasilnya, yang pntig kita sudah berusaha, berdoa, dan perproses. Utuk hasil, serahkan pada Allah. J

Bersumbang………….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap