Langsung ke konten utama

Walking to "Pasar Ahad Pagi Malang"

Ahad pagi di Malang. Sesuai kesepakatan semalam, kami akan mengunjungi pasar ahad pagi bersama rombongan sebelumnya. Tersebutlah, myself, suci, bu Hamsia, kak Dila, kak Ila, plus rombongan Takalar. Namun, sayang karena waktu kembali molor, salah satu penyebabnya adalah saya telat beres2 akibat tidak tahan dingin. Begitulah kalau jadi orang kurus, apalagi sebelumnya sempat menimbang berat badan dan OMG… rasanya tidak percaya dan berkali-kali mengulang nimbang berat badan tapi tetap saja sama 36 kg hahahhaha…. Berat anak-anak, pantesan serasa badan makin ringan saja. Ternyata..oh.. ternyata…..

Setelah beres, kami pun berangkat. Berjalan keluar gang Dinoyo Permai menunggu angkot. Kali ini kembali menunggu angkot AL. disini, meski baru 2 hari tapi luayan sudah ngerti dikit tentang angkutan kota. Disini ada angkot AL, GL, ADL, dll… semua menunjukkan terminal tujuan. Tak lama menunggu, akhirnya angkot AL-nya nongol juga. Rencana ngambil angkot kosong supaya rombongn lain tinggal diangkut aja di tempatnya masing2, tapi Karena belum pada siap, jadilah berangkat duluan ke Pasar Pagi. Lumayan berkelok2 juga. Jalanan di Malang ini, lumayan ramai, banyak angkot, jalan muter2, tetapi banyak yang kulihat jalanannya sempit. Perjalanan pagi itu kembali melewati UM Malang, Unisma, UB, dan berujung di dekat Perpus Daerah. Dari situ kami berfoto sejenak sambil menyaksikan orang yang lalu lalang plus yang ikutan senam. Eitss… banyak hewan peliharaan juga berkeliaran. Katanya saat ahad pagi begini banyak yang suka membawa hewan peliharaan untuk jalan-jalan, ada yang bawa anjing, monyet, kelinci, kucing, bahkan ada yang bawa kambing katanya. Wooww….  
Sambil menunggu rombongan Takalar datang, kami pun berjalan menuju pusat keramaian pasar sambil melihat-lihat sekeliling. Aneka jualan dari pakaian dan kuliner disajikan memanjakan mata dan lidah. Eitss… awas.. kantong bocor… tahan..tahan…. kami sempat duduk di pinggir jalan sambil menikmati jajanan. Saya dengan kue serabi, kak Dila dan kak Ina dengan krupuknya, sedangkan Suci dan tantenya dengan jagung manisnya. Malang ini benar-benar ramai… banyak terlihat wajah muda menandakan memang kota Malang menjadi kota pelajar dan salah satu tujuan favorit untuk kuliah. Beberapa waktu kami melanjutkan perjalnan kembali sambil nelpon rombongan Takalar, dan ternyata mereka sudah masuk duluan ke dalam pasar. Okelah.. kami pun juga masuk dan berusaha menemukannya, namun karena emang orang sudah banyak dan berdesakan, jadilah aksi cari-mencari terjadi. Dan rombongan kembali terpecah dua. Namanya nunggu-menunggu maka begitulah, susah mempertemukan. Apalagi kalau dalam keadaan ramai seperti itu. Karena memang sudah sama-sama terpisah, jadilah saya pun akan memisahkan diri tuk berkeliling, mungkin kalau saling berpisah bisa bebas berkeliling kemana saja, dan juga bebas melihat-lihat apa saja. Saya Cuma mengatakan, “nanti ketemunya di ujung jalan Tennes aja”. Let’s go… let’s around alone hi..hi….

Kayaknya dompet akan berteriak ketakutan nih. Soalnya mata disuguhi jajanan yang banyak. Wuih.. rasanya pengen beli ini-itu. Pengen beli rok, beli tas, beli jilbab, uhhh…. Sadar euy…. Kantong sudah sangat tipis…. Tapi yah.. gitu deh…. Mataku tertatrik dengan rok sifon, sederhana tapi cantik kelihatan dengan aneka warna. Ckckkc…. Bingung milih jadinya. Eh.. asyik milih mata menangkap rok lain yang tak kalah cantiknya. Rok satin.. cantik bener… sangat cocok jadi rok pesta. Wah… cantik rek… pengen…. Tapi…. Akhirnya setelah lama nimbang, saya cuma membeli 2 rok sifon warna coklat dan biru (meski pada akhirnya menyesal ngambil warna biru, terlalu ngejreng. Coba warna hijau atau abu2 hikzzz ). Setelah itu berkeliling dan tibalah di tempat jual baju batik. Kali ini teringat jagoan2ku. Tapi yang mungkin bisa saya belikan adalah Fadhil dan Ikki. Beginilah jadi tante yang baik hehehe… setelahnya kembali mata melirik tas doraemon. Iseng sih, tapi keenakan nawar.. eh.. harga yang ditawar pada akhirnya disetujui, berarti harus beli deh…. Wah, kalau semakin jauh berkeliling, alamat nggak bisa pulang lagi ih,, coz uangnya habis belanja. Hm…. Harus berhenti nih kayaknya…

Akhirnya saya memutuskan tuk bergabung bersama orang-orang yang duduk di tangga aula (lupa namanya) yang persis di sudut keramaian pasar. Kayak seru tuh. Saya pun dengan PD saja mengambil bagian dan duduk di anak tangga tengah. Meletakkan belajaan dan tas lalu minum karena emang sudah kehausan keliling dan untungnya juga masih ada kue serabi yang tersisa. Lapar + haus… nyamanna…. Sambil menikmati menu sederhanaku, pandanganku tertuju pada keramaian pasar, hilir mudik masih saja terlihat. Transaksi tawar-menawar, aneka barang dan kuliner, dan juga aneka gaya pengunjung. Barulah saya sadar beberapa saat melirik kanan-kiri, depan-belakang, ternyata Cuma saya yang berada di tempat ini sendiri. Yang lain pada punya teman atau gandengan hahahha…. Terlihat, semua pada bercengkrama, ada yang robongan dengan teman-teman mereka yang kulihat mereka kayaknya anak sekolahan, trus tak kalah banyak yang duduk adalah mereka yang pasangan, ada yang pasangan karena emang suami istri dan ada juga yang pacaran (jelas kok bedanya). Kalau yang pasangan sah, mesranya tuh alami, nggak alay dan kita yang melihatnya nggak merasa geli, tapi kalau yang pasangan pacar, kelihatan lebay-nya. Saling berpelukan, pegangan tangan, suapan malah, dan cekikikan. Pokoknya terlihat alay dan menggelikan plus malu-maluin bagiku. Eitss… bukannya saya iri loh sama mereka.

Iya sih, ada perasaan bahwa mungkin jika saya sudah punya pasangan (yang sah loh yah), mungkin saya pun akan berjalan bersama seseorang dan duduk di tempat ini berdua menikmati hilir-mudik. Yah, mungkin cemburu, tapi cemburu pada mereka yang bersama pasangan sahnya. Kalau dengan yang pacaran, nggak lah yaw…. Say no to pacaran… saya tidak bakal iri dengan yang pacaran. Justru jika dipilih anatara berjalan sendirian atau berjalan mesra dengan pacar, maka saya akan memilih berjalan sendirian. Saya cuma senang, tersenyum, bahagia, pengen juga, iya ada cemburunya.. melihat pasangan yang sah berduaan di tangga ini. Ada yang pasangan muda, ada pula pasangan tua, tetapi kemesraan mereka masih sama dan terlihat lebih santun. Beda dengan yang pacaran. Astaghfirullah….. duduk disini menikmati banyak kemesraan orang, meski kemesraan yang terlihat ada yang legal dan ada yang illegal. Mungkin dengan pemandangan itu membuatku bertanya pada diriku sendiri “kapan yah saya bisa berjalan mesra juga?”, “kapan ya saya bisa duduk berduaan juga”, “kapan yah saya bisa menikmati weekend berdua juga?”. Hahahha…… setelah bertanya pada diri sendiri, saya pun tertawa sendiri.. menertawai pertanyaanku… kapan…? Hahaha.. saya hanya bisa berkata wallahu’alam. Dan kembali teringat kisah percakapan dengan ibu dari Madura kemarin. Please… don’t u ask me, coz I don’t know when. I believe all is well…

Tersenyum meyaksikan kemesraan di sekelilingku. Tersenyum menemukan bahwa Cuma diriku yang PD sendirian di tengah orang bermesraan, terseyum bahwa diriku jadi berpikir when, tersenyum bahwa saya tidak bisa menjawab pertanyaanku sendiri, bahkan memprediksinya pun tidak bisa. Lagi-lagi.. saya Cuma bisa ersenyum… sendiri, bermesraan dengan diri sendiri, bermesraan dengan alam pikiranku, bermesraan dengan alam kebebasanku, bermesraan dengan ketenangan kesendirian dalam kunjunganku. Ahhh….. meski sendiri, tetapi saya masih bisa tersenyum… saya menikmati sekelilingku, saya menikmati kebahagiaanku, menikmati perjalananku, menikmati alam pikiranku, dan paling penting kesendirianku lebih berguna daripada kebersamaan dalam hubungan yang illegal.

Kulangkahkan kaki menuruni anak tangga. Yah.. saya akan balik ke penginapan. Meski mungkin saya sudah ditinggalkan oleh rombongan yang lain (dan benar emang ditinggalkan), tetapi saya puas dengan perjalanan ini, juga puas dengan renungan singkatku di tangga aula ini. Karena memang sudah ditinggalkan rombongan, jadilah saya mesti memberanikan diri naik angkot sendiri berbekal feeling, naik angkot AL, meski tidak tahu arahnya adalah bener arah balik ke UM Malang atau tidak, bismillah.. saya akan beranikan diri berjalan dan berkeliling sendirian. Untung sudah pengalaman jalan sendirian… don’t affraid.. I’m ok…. Malang…. Meski mendatangimu cuma 2 hari, tetapi kenangan tentangmu sudah lebih dari cukup. Dari awal keberangkatan sampai pulang, banyak pelajaran, dan pengalaman yang kudapatkan. Meski ada hal lain yang tidak sempat yaitu temu kangen dengan teman di malang dan juga pergi ke kebun Apel, tetapi semoga suatu saat saya bisa kembali melangkahkan kakiku ke tempat ini lagi. Semoga dengan perjalanan dan suasana yang lebih menyenangkan. Aamiin…. Malang.. wait me back ^_^

Makassar, 12 Oktober 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap