Langsung ke konten utama

Penjahat Wanita

Ada laki2, muslim, dan seorang wanita, muslimah. Muda single. Saling tertarik. Akhirnya si laki2 mengajak si wanita menjalin hubungan. Unik karena keduanya -konon- saling menjaga, jd gak ada ceritanya berduaan makan apalagi boncengan motor,,,paling banter sms-telpon atau ketemu dlm forum besar organisasi yg sama...si wanita yg sebenernya gak segitu ketatnya, ngikut aja aturan yg dibuat si laki2,,termasuk protes si laki2 atas kegiatan2 si wanita yg sering sampe melewati maghrib...mulailah si wanita membatasi dirinya yg aktif itu,,,

Suatu ketika,,,si laki2 merasa bahwa hubungan yg mereka jalin tetap melanggar etika pergaulan islam yang ia yakini, maka diputuskanlah hubungan dgn si wanita, yg hanya bisa mengiyakan meski tak sama kehendak,,,sekuat hati ia obati harapan2 yg mendadak hancur,,,

Suatu hari,,,tersiar berita bahwa si lelaki rupanya menjalin hubungan dengan wanita lain, tapi kali ini tak ada peraturan2 seperti yg ia terapkan pada mantannya,,,mereka makan berdua bahkan berboncengan motor kemana2,,,
*penjahatwanita *kisahnyata
............................................................................

Tulisan di atas adalah salah status status teman fb hari ini. membacanya membuat termenung sejenak. ada banyak hal yang terlintas dipikiranku. hmmm..... jadilah pengen membuat tulisan lagi. kayaknya menarik, dan memang belakangan ini rasanya ingin membuat tulisan yang ada kaitannya dengan ini. ah..haa... :)

jika kita membaca tulisan di atas, maka akan banyak hal yang bisa kita simpulkan 1) ikhwan juga manusia biasa, akhwat pun manusia biasa akan merasakan juga namanya ketertarikan dengan lawan jenis. iya kan? 2) idealisme itu tidak sekedar kata, tetapi butuh perjuangan dalam sebuah lingkar konsisten, tidak mudah 3) menjadi lebih baik itu banyak penghalangnya, ada saja rayuannya, ada saja godaannya 4) terkadang kita mengambil sebuah langkah untuk memperbaiki, tetapi yang kita jalani justru malah menyakiti orang lain. let's... mari kita bahas satu persatu...

ikhwan dan akhwat juga manusia..! ya iyalah.... makhluk yang konon kaku dengan rasa itu juga manusia, bisa diterpa badai asmara, bisa ditumbangkan oleh rasa suka. namanya juga manusia. wajar. eitss... kok? menurutku memiliki rasa suka itu wajar saja, manusiawi, sudah fitrah. Allah telah menitipkan rasa suka kepada manusia. jadi tak masalah, tak berdosa. Lalu apa yang salah? yang salah adalah bagaimana mengekspresikan rasa itu. itulah yang akan dihisab kelak. dengan rasa suka yang kita miliki, kita apakan? kita bagaimanakan? apakah dengan jalan mengumbarnya? menyampaikan kepada semua orang? mengekspresikannya disetiap status sosmed yang dimiliki? langsung disampaikan pada si dia? atau dengan jalan pacaran? atau dengan diam saja memendam rasa? atau bersabar dengan rasa itu? atau dengan menyampaikannya? atau dengan serius langsung ingin ke jenjang yang legal? semua adalah pilihan setiap individu. pilihan ada di tangan anda. andalah yang menentukan ekspresi apa yang akan dipilih. dalam kebebasan memilih itu, yang perlu kita pikirkan adalah, dengan semua jalan yang mungkin ditempuh, apakah semua benar? apakah semua baik? baik di mata manusia dan lebih-lebih di mata Allah? 

Dari kisah di atas, kalau kita telisik tokoh pertama dan kedua adalah sosok ikhwan dan akhwat yang sama-sama aktif dalam kegiatan organisasi. mungkin halaqah. faham tentang agama, meski mungkin pada akhirnya khilaf dengan hubungan antara keduanya. apakah keduanya pacaran? tentu mereka akan menolak dikatakan pacaran. but,.... apakah aktivitasnya ada yang sama dengan orang pacaran? yup... maybe.. menurutku. Nah disinilah, mesti kita kaji juga makna pacaran. pacaran itu adalah istilah. dan dalam kamus bahasa arab, tidak akan kita temui istilah pacaran. dalam hukum syariat kita juga tidak menemuai istilah pacaran. lalu bagaimana kemudian? untuk menghukuminya, tentu yang menjadi patokan adalah aktivitasnya. apa saja aktivitasnya? sesuai koridorkah? bagaimana dalam hukum syara'?. kalau begitu, bukan istilah pacarannya yang kemudian jadi sorotan, tetapi aktivitas yang dilakukannya. mau mereka istilahkan pacaran, teman dekat, sahabat, TTM, atau bahkan ta'aruf pun, yang perlu dilihat adalah aktivitasnya. jangan-jangan... aktivitas orang yang tidak pacaran, jauh lebih pacaran dari orang yang terang-terangan mengatakan pacaran. (hmm... jadi ingat seminar beberapa tahun lalu di Unhas, "ketika Aktivis Jatuh Cinta". ini salah satu yang dikatakan oleh Ust. Herman saat itu). ayo kita lihat bersama diantara jalinan yang tercipta saat ini.

Yang ingin saya bahas lebih lanjut bukanlah aktivitas pacaran, tetapi aktivitas ta'aruf, atau mungkin ttm antar sesama aktifis. hehehhe..... why..?? baru-baru ini, saya memblokir teman fb. bukan karena mereka mengirimkan kata-kata kasar atau kata kotor, atau marah, atau terlibat sengketa. tetapi, karena saya geli membaca setiap status mereka. alamakk..... lebih pacaran dari orang yang pacaran. Belum menikah, mesranya lebih mesra dari oarang yang sudah menikah. dengan profil aktivis dakwah, lulusan sekolah islam, dengan foto profil yang menampakkan akhwat dan ikhwan beneran, tetapi sayang setiap statusnya membuatku geli. belum menikah sudah panggilnya sayang, dinda, kanda, habibi... oalah..... geli bingitss... bacanya. awalnya saya berpikir positif, mungkin mereka sudah menikah. namun, semakin lama statusnya mengisyaratkan bahwa mereka belum menikah, terbukti dengan kata2 mereka yang mengatakan "aku ingin kelak bersamamu, hanya ingin mendampingimu", sudah tentu mereka belum menikah kan? kok sampai segitunya? panggil sayang pula.. di media sosial yang sudah menjadi tempat umum, dibaca banyak orang. kembali lagi, meski kalian adalah aktivis dakwah, pilihan memang ada di tangan kalian, meski kalian tahu hukum, kalau kalian mau melakukan, yah.. up to u. itu urusan kalian dengan Allah.. tapi ya mbok, jangan diumbar di sosmed dong? apa memang mau dipamerin? kasihan akhwat dan ikhwan lain yang benar ingin menjaga dirinya akan dipersamakan oleh orang dengan kalian. kalau tetap saja mau berhubungan kayak begitu, ya.. tolong jangan di sosmed dong. gelii.. membaca setiap status kalian (tidak secara langsung mengetahui hubungan mereka, siapa suruh selalu update status mesra, kan jadi ketahuan). so,... maaf jika pada akhirnya saya memblokir kalian.. :D

Bukan itu saja, beberapa hari lalu, saya juga menemukan seorang ikhwan dan akhwat yang akhirnya ketahuan olehku ada hubungan. meski saya tahu kalau ditanyakan kepada keduanya akan menolak dikatakan pacaran. sosok ikhwan yang tawaddhu selama ini kukenal, entah kenapa tiba-tiba hilang. sosok akhwat yang selama ini kukenal dengan keistiqomahannya, tiba-tiba luntur. siapa suruh, mengumbar di sosmed. Tidak ingin pacaran, tetapi pasang status, selalu saling menyinggung, alias saling memberi kode halus, pakai inisial-lah, pakai kata yang disana-lah, pakai kode kata tertentulah. bahkan pernah kedapatan, enatah sengaja atau tidak sengaja memasang status dengan nama si ikhwan (oleh si akhwat). membuatku akhirnya berkata "ohhhhhh.....". huffft...... rasa suka, cinta, simpatik itu wajar. tetapi lagi-lagi, diekspresikan bagaimana? tidak ingin pacaran, tetapi apakah aktivitas itu lebih baik dari simbolisasi pacaran? saya jadi sangsi....

Apakah saya iri karena mereka semua punya pasangan? ohh.. no... tidak, saya tidak iri sama kalian, meski saya masih tetap alone, single, but i'm very happy kok hahhaa.... Maksudku, meski kita berteman di sosmed, tetapi saya akan menganggap kalian adalah penggambaran akhwat dan ikhwan yang bisa jadi panutan, tetapi lagi-lagi, saya mesti kecewa pemirsa, bukan kecewa pada seluruh yang mengatas namakan diri mereka ikhwan dan akhwat, tetapi pada mereka ikhwan dan akhwat yang lagi terbuai. oke.... saya pun terkadang atau sering mentag, mengomentari, menyapa ikhwan, maybe.. meski tidak semua, paling yang benar akrab apakah karena teman organisasi atau teman kuliah, namun tetap saja just happy, just lucu-lucuan, just ketawa-ketawaan, just ngobrol biasa, namun tidak dengan membuat status lebay bin alay dengan panggil kata sayang, habibi, atau apalah. mungkin saya pun punya rasa sama seseorang, mungkin berwujud suka, cinta, atau sekedar simpatik, tetapi apakah mesti dipublikasikan? apakah mesti diumbar? apa itu solusi? rasa itu biarkan apa adanya, mengalir apa adanya, ada apa adanya, diumbar? diumumkan di sosmed? no way...

Kalau dalam buku "Kenapa Harus Pacaran" karya Rabi'ah Al-adawiyah.. dikatakan "aktivis bukan robot, bukan manusia merobot yang tidak memiliki sensitivitas akan rasa. wajar jika mengatakan itu cantik, itu tampan, itu baik, itu sholehah. aktivis pun punya hak memiliki rasa, namun apa yang berbeda?, yang berbeda dengan manusia kebanyakan adalah bagaimana cara aktivis mengemas rasa yang dimiliki". Yah... aktivis bukanlah robot yang tidak bakalan punya sensiitifitas rasa. yang membedakan adalah ekspresi dari rasa itu. apakah akan sama dengan orang kebanyakan? atau simbol berbeda tetapi rasa yang sama?

Idealisme itu tidak sekedar kata, tetapi butuh perjuangan dalam sebuah lingkar konsisten, tidak mudah. idelaisme adalah prinsip yang kita yakini, kita jalani, dan kita aplikasikan. menjadi ikhwan/akhwat, ada prinsip-prinsip yang kita yakini. begitu pula dalam hal hubungan antara lawan jenis. tetap berada pada idealisme ukanlah hal yang mudah, butuh perjuangan keras untuk tetap bertahan di dalamnya. akan ada saja rayuan, godaan. Sama dalam kasus di fb (lihat tulisan awal). keduanya, ikhwan dan akhwat punya prinsip, mereka yakin, meski sempat khilaf dengan pada akhirnya memilih untuk mengakhiri hubungan mereka yang mereka sadari salah. artinya, mereka ingin konsisten dengan idealisme yang mereka miliki. memilih mengakhiri, bubar. Ingin menjadi lebih baik, adalah lanutan dari menjaga idealisme, tidak mudah membuatnya tetap kokoh, bisa saja akan diterpa badai lagi. dan mungkin saja badai yang menerpa kemudian lebih hebat dari sebelumnya. lihatlah, pada kisah tersebut, memilih mengahiri dengan harapan bisa jadi lebih baik, namun pada akhirnya pilihannya ditodong oleh badai yang lebih kencang. mungkin badai kedua lebih kuat hingga membuatnya tumbang. bukan hanya tumbang untuk kembali berhubungan dengan akhwat baru, tetapi tumbang dengan berubahnya aktivitas mereka. lebih berani, lebih open. hmmm.... ikhwan..ikhwan.....

Dan yang terakhir, dari kisah ini adalah : terkadang kita mengambil sebuah langkah untuk memperbaiki, tetapi yang kita jalani justru malah menyakiti orang lain. Saya kemudian teringat tulisan sebelumnya "Women remain women". silahkan dibaca hehehhe.... yang ingin saya katakan kemudian adalah, mungkin langkah si ikhwan ingin memperbaiki keadaan, ingin tetap idealis, memegang prinsip, namun pada kenyataannya diterpa badai yang lebih dahsyat dan pada akhirnya ia tumbang. entah, apakah dia mengakhiri karena memang dia sadar dengan aktivitas mereka yang khilaf, ataukah karena tidak ingin membawa si akhwat (pertama) ke keadaan yang salah. wallahu'alam. namun, dengan kenyataan pada akhirnya dia bersama orang lain, bukan hanya memiliki hubungan yang sama dengan akhwat yang pertama, melainkan hubungan yang jauh lebih open. tentu memperbaiki ini, akan menimbulkan tanda tanya besar, sekaligus menitipkan luka di hati si akhwat. yah... women remain women. meski dia adalah seorang akhwat, mungkin akan lebih bisa menguasai dirinya dalam hal perasaan, tetapi dia tetaplah wanita. kecewa, sakit, sedih, mungkin marah akan bisa hadir. berarti jalan memperbaiki itu, malah merusak. ahhh.... lelaki... memang begitukah kalian? mudah memberi harapan? mudah juga berpaling? dan mudah pula tumbang dengan yang lebih benng di matamu? meski dirimu berwujud ikhwan.

Pilihanmu untuk memperbaiki sudah benar, tetapi memperbaiki bagaimana versimu? apakah memperbaiki dengan mencari yang lebih bening? yang lebih open? menumbangkan idealisme-mu? kamu bahagia? hmmm..... mestinya kebahagiaan itu dibangun diatas kebahagiaan.

Makassar, 13 November 2014, 18.13 p.m

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap