Langsung ke konten utama

Saya Benci Ketidakjujuran

Hari ini, menjelang siang berganti malam, di 15 detik batas waktu yang ditentukan, saya kembali galau tingkat internasional. arrgggghhhhhhhhhhhhh.......... ingin rasanya teriak dan entahlah apa namanya. ini menyangkut CPNS. Dan pada akhirnya sampai pada kesimpulan "saya benci ketidakjujuran". Benar, betapa susahnya menjadi orang jujur, dan betapa langkanya orang idealis. sebegitu makin menakutkankah dunia? sebegitu makin kejamnyakah dunia? hingga kejujuran sudah dianggap sampah dan idealis semakin ditertawai? kenapa semua pada apatis? katanya: yah.. begitulah... yah,.. terima saja... yah, sudahlah........ oh..no.... saya paling tidak bisa menerima alasan seperti itu, jawaban seperti itu....


Saya adalah orang yang sangat menjunjung tinggi kejujuran. bagiku, jujur itu ibarat pisau yang sellau kita bawa setiap saat. dmana ada kebatilan, maka dsitulah pisau jujur mesti mengupasnya. Tapi, mengapa begitu sulit untuk jujur? saya mau semua transparan, semua apa adanya, semua benar seperti faktanya. Bukan rekayasa apalagi dibumbui oleh nepotisme dan sifat heroisme kedaerahan. bukankah kita punya hak yang sama? kenapa harus dibeda-bedakan berdasarkan daerah? kenapa mesti yang dekat api yag panas? kenapa mesti yang punya dekat dengan kasta yang berkuasa? lalu kami? apa tidak ada celah bagi kami untuk ambil bagian? 

ahhhh... apa salah nenek moyang kami dengan dilahirkan dengan garis, suku, daerah seperti ini? kalau Allah tidak membedakan hambanya berdasarkan suku, ras, kaya, bertahta, bangsawan, lalu kenapa manusia membedakannya? 

Selanjutnya, hanya bisa berusaha berpikir positif, menyemangati diri, berdo'a, tawakkal, dan menunggu keajaiban datang. mungkinkah it is my lucky...? hahha.. mari menunggunya kenyataannya...

But, again... Saya Benci KetidakJujuran...

Komentar

  1. ketidakjujuran harus di saat yang tepat :D

    BalasHapus
  2. Dan kenyataannya, masih harus menelan kegagalan lagi. jujurkah? adilkah? entahlah... Biarlah Allah yang menghakimi atas penghakiman manusia.

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap