Ahhh... bang Tere.... ini tema yang ingin kutuliskan tapi belum kesampaian. But, tidak apalah. Kutipan tulisanmu ini bisa menginspirasiku. semoga kelak tulisanku bisa selesai. aamiin....
Waiting my notes..... :-)
“Biarkanlah waktu mengobati seluruh kesedihan. Ketika kita tidak tahu mau melakukan apa lagi, ketika kita merasa semua sudah hilang, musnah, habis sudah, maka itulah saatnya untuk membiarkan waktu menjadi obat terbaik. Hari demi hari akan menghapus selembar demi selembar kesedihan. Minggu demi minggu akan melepas sepapan demi sepapan kegelisahan, bulan, tahun, maka rontok sudahlah bangunan kesedihan di dalam hati. Biarkanlah waktu mengobatinya, maka semoga kita mulai lapang hati menerimanya. Sambil terus mengisi hari-hari dengan baik dan positif.”
“Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia besarnya, apakah rasa suka itu semakin besar, atau semakin memudar.”
--Tere Liye, novel "Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah"
“Hidup harus terus berlanjut,tidak peduli seberapa menyakitkan atau membahagiakan, biar waktu yang menjadi obat”
― Tere Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong
“Sebenarnya, apakah itu perasaan? Keinginan? Rasa memiliki? Rasa sakit, gelisah, sesak, tidak bisa tidur, kerinduan, kebencian? Bukankan dengan berlalunya waktu, semuanya seperti gelas kosong yang berdebu, begitu-begitu saja, tidak istimewa. Malah lucu serta gemas saat dikenang."
--Novel "Sunset Bersama Rosie", Tere Liye
“Hidup harus terus berlanjut,tidak peduli seberapa menyakitkan atau membahagiakan, biar waktu yang menjadi obat”
― Tere Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong
“Sebenarnya, apakah itu perasaan? Keinginan? Rasa memiliki? Rasa sakit, gelisah, sesak, tidak bisa tidur, kerinduan, kebencian? Bukankan dengan berlalunya waktu, semuanya seperti gelas kosong yang berdebu, begitu-begitu saja, tidak istimewa. Malah lucu serta gemas saat dikenang."
--Novel "Sunset Bersama Rosie", Tere Liye
Maaf kak mau nanya,ini yg kutipan halaman brp ya,makasih^^
BalasHapus