Langsung ke konten utama

Ahhh... my mother...

Dering telpon mengusik soreku. Dari mana yah? Pikirku. Karena selama ini, hampir tak dapat telpon atau sms. Bahkan saya pernah update status di google + bahwa jika ada sms yang masuk, tidak usah dipertanyakan lagi dari mana. Pasti dari fans berat. TELKOMSEL. Itu menandakan bahwa hampit tak ada aktivitas di hp-ku. Tak menerima telpon atau sms dari siapapun hahaha.... paling kalau ada telpon dari sekolah atau dari my mom. Itupun jarang. Dan kalau ada sms, paling sms rapat atau undangan hehehehe...... #kentaranyo....

Kusambangi hp-ku yang tergeletak begitu saja di atas rak buku. Benar. Dari ibuku. Hmm... mungkin masalah Unanda lagi atau rambutan lagi. Ibu, meski umurku sudah segini, tetapi masih saja engkau sibuk memikirkanku. Afwan..

Dari seberang sana terdengar suara yang beda dari suaranya. Namun kemudian berganti dnegan suaranya. Tadi itu kayaknya suara adik bungsuku.
“bikin apa nak?”
“tidak adaji”
“dimana ini sekarang?”
“di rumahji”
“mana umminya ikki?”
“adaji di bawah”
“ohhh...”


Sejenak terdiam. Saya terkadang tak punya bahan untuk berbicara dengan ibuku. Entahlah. Meski dalam kondisi bagaimana pun, sedih, atau marah atau apapun, saya tidak bisa melaporkan padanya. Sejak kecil saya tidak bisa mengeluh. Paling yang bahaga yang bisa kusampaikan. Maaf ibu... semua untuk membuatmu yakin, saya selalu baik-baik saja.
“kamu yang kirim pulsa kemarin?”
“iye”
“itumi kubilang. Nabilang adekmu, : kita minta ma?. kubilang tidak”

Terdiam. Pantaskah apabila saya melarang ibuku meminta padaku? Entah anak dari mana yang akan tega bertanya kepada ibunya mengapa meminta padanya. Saya masih tidak habis pikir jika di dunia ini masih ada anak yang bertanya kenapa ibunya meminta padanya. Atau marah ketika ibunya meminta padanya. Pernahkah kita berpikir, waktu kita kecil sampai masih bergantung padanya, pernahkah ibu menghitung semua apa yang telah diberikan kepada kita? Tidak!. Ia tetap ikhlas bahkan bahagia setiap dia bisa mengabulkan permintaan kita. Maka saat kita yang berganti menghasilkan, maka sudah sepantasnyalah kita yang memberi. Apalagi jika hanya pulsa? Ibu.... saya tidak pernah berpikir, bahwa saya akan bertanya atau marah ketika engkau meminta padaku. Selagi saya bisa, mampu dan punya, saya akan berusaha memberi. Maaf, terkadang.. hal semacam itu lupa untuk kupikirkan. Meski kecil, tapi saya tahu, semua tak engkau takar dengan besar kecilnya. Sering kutangkap kebahagiaan tak terperi saat engkau diberikan sesuatu oleh anakmu. Ibu... meski.. kami berusaha membeli berlian segunung pun, mungkin takkan bisa membayar perjuanganmu membesarkanku. Hikzz.......

“bagaimana rambutan itu?”
“oh.. iye, belimi kalau mauki”
“iya, kalau tidak bisa kau yang bayar, nanti kakakmu yang bayar. Kalau mau mengirim lewat ATM-nya saja iparmu”
“iye”
“kalau cepat dikirim, cepat bisa kuambil, bagus rambutannya, besar2”
“iye, kkira mauki pinjam dulu uang untu talangi dulu. Nanti kita gati kalau sudah kukirimkanki”
“aih, ndak enakka selalu meminjam sama iparmu. Biarmi kutunggu dari kau saja”
“oh, iye..”
“ehhh... ashkdhskfhdhgosdf... resti”
“iye, apa kita bilang?”
“maumi menikah resti dia”
“resti? Resti siapa?”
“anaknya pak Jamal”
“ohhh..... iye, kenapai?”
“maumi dia menikah. Tanggal 5 bulan depan menikahmi”
“ohh.. iye, kenapa memang ma?”
“tidakji, kutanyaji. Maumi dia menikah. tinggal mako kau.”
“kenapai memang kalau maumi dia menikah?”
“tidakji, kutanyaji”
“Sudahmi pale dulu nah, mauka pergi pengajian”
“iye”
“assalamu’alaikum”
“wa’alaikumsalam”


Terdiam beberapa saat. Mungkin inti dari telpon itu ada pada bagian akhirnya. Entah kenapa saya yakin akan hal itu.

Ahhh... ibu... saya mengerti maksudmu. Saya mengerti alur pikirmu. Dan saya mengerti keresahanmu. Saya sangat maklum, dengan mempunyai anak perempuan di usianya yang seperti sekarang masih saja men-jomblo. Mungkin sudah jadi jomblo ngenes upppzz.... nggak ahh... saya mengerti bahwa, engkau akan kepikiran jika semua teman sepermainanku, bahkan adik kelasku di sekitaran rumah sudah pada menikah, menggendong anak, sedang anakmu ini masih saja seperti ini. Pernah kudengar dirimu bertanya “adajikah perasaan sukamu sama orang?”. Ahh... ibu... saya normal kok. Tentulah pernah suka sama orang. Cuma taqdir yang membawa hingga saat ini anakmu masih saja begini.

Hampir tak pernah saya membawa teman laki2 ke rumah selama saya hidup. Kala masa sekolah biasanya, anak cewek itu didatangi teman laki2nya. Maka saya malah hampir tidak pernah. Yang pernah adalah saya pernah didatangi teman laki2 tapi Cuma smapai luar pagar dan Cuma memanggil pergi kegiatan perkaderan. Kalau membawa teman laki2, seumur hidupku baru sekali. Yaitu waktu mendaftar CPNS di STAIN palopo kemarin. Saya membawa teman kuliahku di pasca jalan2 ke rumah selama 2 hari. Just it. Selebihnya tidak pernah. Maka wajarlah jika, mungkin ibuku khawatir saya ini tidak punya ketertarikan sama laki2. Hehehe.. bukan karena itu kok bu. Tapi karena saya akan berusaha menjaga diriku dari gosip2 dari tetangga. Tidak baik, jika anak ce didatangi terus atau membawa datang teman laki2nya, meski memang pada dasarnya saya jarang punya teman laki2. Hahaha... yang saya tahu, teman laki2ku ada ketika saya di IPM. Dan kalau di jejang pendidikan, saya baru cerewet sama laki2 nanti setelah kulaih di pasca. Wkwkwkwk...

Bahkan waktu wisuda pasca, ibuku yang hadir bersama tanteku terheran2 melihat teman2ku yang kebanyakan laki2 dari yang muda sampai bapak2. Begitulah kalau kuliah di pasca. Saat selesai acara wisuda, kami masih duduk2 di luar gedung bercengkrama. Ibku selalu memperhatikanku. Saat kukenalkan dnegan teman2ku yang tinggal saat itu smeuanya laki2, kembali dia memperhatikanku. Pun saat saya mengajaknya ke rumah 3 orang temanku kak Rahmah, Samba dan Ari. Saat kumpul, yang terlihat adalah kebanyakan temanku adalah laki2. Terdengar di telingaku dia berkata kepada tanteku “deng sia pale solana muane. Kusanga tae”. Artinya: adaji pale temannya laki2, kukira tidak ada”. Hahaha....

Ahhh.. ibu.... trima kasih karena masih memikirkanku dan mengkhawatirkanku. Inilah anakmu, yang mungkin bagimu anak yang masih seperti dulu, cuek dan gendeng. Kupahami kekhawatiranmu. Bersabarlah ibu... tetaplah do’akan anakmu ini smeoga bisa segera mengobati kekhawatiranmu. Semoga bisa segera dipertemukan oleh Allah seorang yang bisa mengajari dan membimbing anakmu ini menjadi lebih baik. Meski, sampai saat ini, jika ditanya saya pun tidak bisa menjawab. Karena masih gulita. Tak ada tanda apapun. Titik saja tak ada, apalagi tanda kalimat hahahhaha...... but, saya selalu yakin akan skenario dari Allah. Tetaplah berprasangka baik. Ibu... tetaplah do’akan anakmu ini. 

Dr. Bilal Phillips said: Janganlah terlalu peka, nanti perasaanmu akan terluka. Dan jangan pula terlalu cuek, nanti orang lain akan terluka karenamu.

Ada dua bagian disitu. Saya pernah terlalu peka. Juga pernah terlalu cuek. Dan saya masih saja seperti ini wkwkwkkw. Ahhh... ini bukan bahasa kegalaan kok :D.

Ibu.. telponmu hari ini, lumayan membuatku nge-galau... lebih karena dirimu mengkhawatirkanku. 

BDI. 20.30 p.m. 10 Feb. 15

Komentar

  1. wkwkkw.. setiap mengingat kejaidan ini jadi senyum sendiri menyadari kegalauan ibuku... :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap