Langsung ke konten utama

Follow up PKTM 3 Pare-pare

Benar-benar, inilah durasi follow up terlama yang pernah kusaksikan. Kembali, meski sudah berlalu setahun lebih, masih juga menggeluti follow up ini. Bukan hanya agenda folllow up-nya, tapi juga agenda silaturrahimnya. Rindu dengan kebersamaan. Andai saja, semuanya bisa datang..

Menjelang maghrib, barulah saya tiba di Pusdamwil. Lumayan, lama juga baru berkunjung lagi. Maklum, sudah domisili di pinggir kota. Bawaannya malas ke kota kala tidak ada keperluan penting. Dan hampir saja saya menjadi orang paling cantik, untung ada fitri dr pd ipm makassar yang datang berbasah2an. Kehujanan dalam perjalanan dari Ta’mirul rapat pd ipm makassar menuju pusdamwil. Fighting... perlu diapresiasi semangatnya.

Yang hadir, fasilitator ada 3 orang pak master Basri Mattayang, lalu bapak filsafat Asratillah, dan saya sendiri penggenap fasilitator. Dan peserta tersebutlah fitriyah, faisal, habib, rahmad, furqan, sabar, arf indra, rahman, isman, ihsan islami, zulfadli. Follow up dilakukan dengan mengajak peserta membincang 4 tema penting. Olehnya itu peserta dibagi menjadi beberpa kelompok. Pendidikan partisipatif vs pendidikan konservatif, bedah SPI berkemajuan, dan Gerakan pelajar berkemajuan. Diskusinya berjalan alot. Dengan masing-masing elompok mempresentasikan hasil diskusinya, dan ditanggapi oleh peserta dan fasilitator yang lain. Bangga dengan mereka. Bangga dengan semangatnya untuk tetap datang, bangga dengan pengetahuannya, dan juga bangga dengan loyalitas ber-IPM-nya. Dan lebih bangga lagi dengan kedua fasilitator ada kak Basri dan Asra. Keduanya memberikan pengetahuan yang mumpuni bagi peserta termasuk saya. Tanpa saya berkata2 dan mengucapkan apa2, sema sudah disampaikan oleh keduanya. Saya termangut2 dan menalar setiap yang diucapkan keduanya. Membuat saya berpikir yang mungkin akan saya katakan sudah dikatakan oleh keduanya. So. Keep calm. Hehehhe....

Perbicangan selesai tepat pukul 00.00 wita. Beberpa akhirnya berbenah balik dan beberapa masih santai, itu artinya akan nginap. Saya juga tidak berpindah dari tempat dudukku, malah makin lama, terbentuklah lingkaran kecil dan mengalirlah berbagai cerita. Entah mulai dari cerita yang mana. Semuanya mengalir apa adanya bagai air. Tentang dinamika di ummul, tentang perkaderan di daerah masing-masing, tentang kisah perjuangan ber-ipm masing2, tentang malam epi, malam secrening, malam bai’at yang penuh dengan cerita lucu dan haru. Serasa malam itu, lagi turba ke seluruh daerah sulsel sampai sulbar malah. Ada banyak cerita yang mengalir, ada tawa yang terderai, dan ada keakraban yang tersimpul. Tak terasa malam makin beranjak subuh, kami tetap saja bercerita dari satu tema ke tema yang lain. Ada saja bahannya. Dan sau persatu sudah ada yang tumbang tertidur, yang tetap terjaga sampai benar2 waktu sholat subuh datang adalah saya, fitri, furqan, dan ame.

Kelak, kuharap, ini akan tetap kita kenang. Inilah sebuah kenangan yang kembali kita goreskan. Kita berjumpa, berkumpul, berbagi, dan bercerita bersama dalam payung ikatan ini. Kuharap akan tetap begini, kebersamaan yang tetap tercipta, dan keakraban yang tetap terjalin. Tetaplah kenang saat ini, meski kelak kita semua akan meninggalkan ikatan ini. Kuharap ini tetap jadi sejarah sepanjang masa untuk kita semua.

Mksr. 08 Feb 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap