Langsung ke konten utama

Separuh Usiaku

Awal mulai kepikiran adalah waktu PK TM II di ummul. Saat itu hera bertanya “kak, berapa tahunmaki di IPM sampai sekarang?”. Barulah saya berpikir dan menghitung sudah berapa lama saya bergelut di IPM. Itu saat bulan November tahun lalu. Saya Cuma tersenyum saat itu, dan berkata “iya, yah.. sudah lama”. Saat pelatihan da’i ipm se-kota makassar, kembali pertanyaan it hadir. Dan kembali saya berkata “wah.. tidak terasa sudah lama”. Dan saat follow up PKTM III pare-pare di pusdam beberapa waktu lalu, kembali pertanyaan itu terulang. Benar.. saya sudah sangat lama di sini. Sejak 2001 yang lalu, itu artinya sudah seperdua dari usiaku saat ini kuhabiskan dalam kegiatan IPM. Meski tidak setiap hari, tetapi dari selang waktu itu, telah ku lalui dengan berbagai kegiatan IPM. Tak terasa.... separuh usiaku bersamanya... IPM....

Waktu pelatihan da’i IPM kota Makassar. Saat Fira ke rumah salah satu kakak senior yang berlokasi di Ta;mirul, dia bertanya siapa fasilitatornya. Fira pun menjawab, bahwa yaya. Kak Ana pun berkata lagi, yaya yang kecil2 itu? Masih di IPM? Deh.. lamanya.. masih di IPM juga..?. saat Fira menceritakan itu, membuat saya berpikir, apa saya kelihatan egois ya, selalu ada di forum IPM? Atau apa tidak ada regenerasi? Kok saya lagi? Tapi saya tidak mengajukan diri kok. Saya pure dipanggil menjadi fasilitator. Hmm.. mungkin selanjutny saya akan berpikir untuk terjun lagi. Bukan karena apa, jangan sampai saya terkesan egois ingin berada disini, atau terjajah dengan romantisme, atau saya menghalangi regenerasi. Mungkin... nanti saya akan banyak memilah.. bukan karena saya tak menyayanginya, Cuma menghindari prasangka. Pernah juga, balik dari sekolah, ditanya sama teman, mau kemana? Saya menjawab, mau rapat fasilitator TM III IPM. Dia pun langsung menimpali: “lagi..? IPM lagi..? sudah2mi itu... kamu bukan pelajar atau remaja lagi”. Arghhhh..... apa mesti berhenti sepenuhnya?

Terlepas dari semua it, adalah benar bahwa separuh usiaku telah kuhabiskan di IPM. Sudah lumayan lama. Tak terasa. Namun, saat pertama kali berada di komunitas itu, masih seperti baru kemarin. Saat mau bergabung hanya karena keren2an mendengar kata “tarining Center”, berpikir di dalamnya adalah kegiatan yang hebat. Dan saat usai pembukaan sampai sebelum malam terakhir, semua kuanggap sebuah bencana. Karena tak sedikitpun yang kudapatkan penuh kelembutan. Yang ada adalah bentakan, kekangan, dan terpaksa. Tetapi, mulai malam terakhir setelah malam secrening, semuanya berbalik kuanggap menjadi sebuah anugerah hingga saat ini. Alhamdulillah.. banyak pengalaman, banyak ilmu, banyak teman, banyak persaudaraan, banyak kampung, banyak kegiatan yang kuikuti melaluinya. Syukran ya Rabb, Engkau menjadikannya wasilah buatku mendapatkan banyak hal. Dan hingga saat ini, seakan tak putus rasa syukurku tuk kupersembahkan untuknya dan berbuat untuknya.

IPM... IRM... i love you.... kisahku, seperduanya adalah bersamamu...

Nuun walqalami wamaa yasthuruun....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap