Langsung ke konten utama

Berkuasa Tapi Tak Punya Kuasa

Berkuasa apakah menyenangkan? Kayaknya sih. Karena kedengarannya begitu. Dengan punya kuasa, akan banyak yang bisa dilakukan. Minimal punya wewenang untuk memerintahkan sesuatu. Yah, bisa lebih dari itu, mendapat penghormatan dari banyak orang, disegani, punya banyak hak. Makanya wajar jika banyak orang yang mau jadi penguasa, atau mau menguasai sesuatu atau orang lain. 

Menjadi seorang penguasa, tentu punya senjata ampuh yaitu kekuasaan. Jika kekuasaan sudah ada di tangan, maka ibarat seorang pendekar dengan sebuah pedang di tangannya. Mampu berbuat sesuai dengan kuasa yang ada padanya. Mampu membuat skenario seperti yang ada di kepalanya. terlepas dari skenario baik atau buruk. Yang jelas, di tangannya telah ada senjata membuat skenario. tetapi, pernahkah mendengar penguasa yang tidak berkuasa?

Kedengarannya aneh, bahkan lucu. seorang yang bertindak sebagai penguasa tetapi tidak berkuasa. seperti seseorang dengan pedang di tangannya tetapi menggerakkan pedangpun ia tak mampu. "Berkuasa tapi tak punya kekuasaan". Apa yang terjadi jika seperti itu? Yang ada adalah sebuah patung yang berdiri kokoh diagungkan, namun hanya mampu terdiam. Kekuasaannya hanya halusinasi, hanya ilusi, hanya nisbi. Kekuasaannya antara ada dan tiada. betapa kasihannya jika seperti itu. 

Pertama berpikir tentang hal ini adalah ketika maraknya orang mengkritisi bapak presiden yang seolah sulit setiap mengambil keputusan. Yang terlihat oleh masyarakat bahwa presiden seakan dikendalikan oleh seseorang atau sekelompok atau sesuatu di luar dirinya, sehingga tak banyak yang bisa ia lakukan, dan tak bebas ia mengambil keputusan. Saat itu, banyak yang mencibir, banyak yang memprotes, banyak yang meneriaki, dan saya pun ikut meneriaki, meski cuma sebatas lewat sosial media. berharap presiden bisa lebih peka, lebih agresif dan lebih independen terhadap kekuasaannya dan juga keputusannya. Namun, akhirnya saya pun mengerti bagaimana rasanya memiliki kuasa tapi tak berkuasa. 

Mungkin orang banyak yang mencibir, mencaci, memaki, menekan, mendesak, meneriaki, dan kita pun panik. Ingin bertingkah seperti yang diingankan oleh yang berteriak, ingin memperbaiki keadaan, ingin bertindak sesuai yang diinginkan, namun kekuatan yang dimiliki tak bertenaga sedikitpun. Pedang yang dimiliki tak tajam sedikitpun. Orang mudah berteriak dan mengecam, tak paham kondisi yang dialami, tak melihat bahwa lilitan pada diri kita begitu kuat mencengkram, bahwa ikatan itu begitu kuat mengikat. Bagaimana bisa mudah berbuat, jika tenaga masih banyak terbuang untuk keluar dari ikatan kekuasaan orang, bagaimana bisa leluasa segera bertindak, jika setiap berbuat dibayangi. kekuasaan yang masih berbayang. Kekuasaan yang belum sepenuhnya menjadi kekuasaan. Diberi kekuasaan, namun masih diikat. Diberi kekuasaan namun tidak (mungkin) dipecaya berkuasa. Lalu bagaimana bisa berkuasa? Bagaimana bisa berbuat? 

Pak Pres, kali ini saya sedikit mengerti bagaimana berkuasa tapi tak punya kuasa.

#edisirefleksi BDI, 09-03-2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap