Langsung ke konten utama

I'm Not Stupid

Apakah anda pernah memuji? apakah anda pernah dipuji? kapankah terakhir anda memuji? kapan terakhir anda dipuji? apa yang salah dengan pujian? kenapa begitu sulit cuma sekedar memberikan pujian kecil pada orang lain?

Dalam hal ini bukan berarti kita ingin berbuat karena pujian orang. Bukan.. bukan karena itu. Atau berbuat karena ingin dipuji. Juga bukan karena itu. Dan pula, bukan kita selalu saja ingin berspekulasi dengan kenyataan, memuji padahal tidak layak untuk kita puji. Pujian itu mungkin akan berkonotasi negatif atau positif, namun yang perlu kita perhatikan bahwa pujian itu mampu membawa sebuah atom semangat yang akan berkobar membakar motivasi seseorang. Meski kecil, pujian itu akan bermakna bahwa seseorang dipercaya, dihargai, diperhatikan dan tidak dipandang remeh. Mungkin, yang dihasilkan belumlah sempurna, namun dengan sedikit sentuhan pujian dapat membuat harapan akan semakin meninggi. Coba saja kalau kita mendapatkan hasil yang belum sempurna, terus dicaci-maki, dimarahi. Yang ada malah kehilangan semangat, dan frustasi, menganggap diri tak berguna dan yang dilakukan tak bernilai. Bisa jadi, ada yang menjadikannya sebagai cambukan, jika semua orang langsung berpikiran seperti itu, atau paham bahwa cacian itu adalah cambukan untuk membuatnya makin maju. Namun apakah semua orang paham?

Seseorang itu punya kunci dalam dirinya. saat kita masih kecil ada banyak pujian dan dukungan untuk melewati berbagai rintangan. seiring waktu berlalu, dukungan dan pujian itu berubah seiring kita beranjak dewasa. semua jadi berbeda. berikanlah lebih banyak pujian. lihatlah sisi baik seseorang. apa itu sulit? semua orang butuh pujian. tetapi, kenapa kita sering ragu untuk sekedar memberikan pujian. dalam diri setiap orang ada sisi gelap dan ada sisi terang. carilah sisi terang.dan semua yang baik akan muncul.ada pepatah yang berbunyi:

"Barang berguna dipakai dengan cara salah akan tidak berguna. barang tidak berguna dipakai dengan benar akan jadi berguna".

Coba kita ingat masa kecil kita. Apakah dulu kita sering dimarahi jika berbuat salah? mungkin iyya akan dimarahi, tetapi kuantitas marah akan lebih sedikit dan masih dinamis. Atau lihatlah anak kecil di sekeliling kita, entah adik, ponakan, sepupu, anak teman, anak tetangga. Saat belajar berjalan, meski jatuh berkali-kali, terpeleset berkali-kali bahkan sambil menabrak barang sana-sini, yang terlihat malah guratan tawa penuh kebahagiaan bagi yang melihatnya, tepuk tangan, senyum, derai tawa dan juga ungkapan bahagia dan semangat lainnya. "pintar", "hebat", "ayo..bisa..", "tidak apa-apa", "hore...". saat lantai, dinding, buku, kertas dicoret, masih juga tertawa melihatnya, dan berkata bahwa dia sudah mulai pintar menulis atau memegang spidol. Betapa banyak kesalahan yang dilakukan, betapa banyak hal yang tidak sempurnah dilakukan, dan betapa banyak ketidakmampuan yang kita tampakkan. Namun, semuanya disambut dengan senyum dan derai tawa. Banyak dukungan yang diperoleh.

Saat masa pelan-pelan beranjak, dukungan itu seolah menjadi kungkungan. Orang dewasa menuntut banyak hal, dan kesalahan sedikit, ketidakmampuan pada satu bagian akan membuat amarah menyulut bagai kobaran api. Tak pintar Bahasa Inggris akan dicela, tak pintar Matematika akan dikatakan bodoh, tak pandai bermain drama, membaca puisi dianggap tak punya bakat apapun. kemana semua dorongan yang dulu ada? kemana semua pemakluman atas kesalahan atau ketidakmampuan yang diberikan? apakah semakin menanjak usia maka seorang manusia juga mesti sempurnah dalam segala hal? mesti pintar berhitung, pintar bahasa, pintar pentas, basket, menyanyi, memasak, dsb?

Bukankah Manusia diciptakan dengan aneka kemampuannya masing-masing. Pada mereka ada bakat yang terpendam. Dan benarlah bahwa tidak ada manusia di muka bumi ini yang bodoh, yang ada adalah manusia yang malas. kenapa? karena setiap manusia punya keahlian masing-masing. tidak selalu semua keahlian, tidak selalu satu keahlian, tidak selalu sama dengan keahlian orang lain. Mungkin, kita belum menyadarinya, atau orang lain yang tidak menyadarinya, atau orang lain tidak bersedia mengakuinya. Dalam hubungan kekerabatan pun tak selalu sama. Bahkan anak kembar sekalipun tak mesti punya bakat yang sama. olehnya, karena bakat tiap orang berbeda, terimalah sebagai hal yang unik pada setiap individu. Bakat itu hanya menunggu batu asah untuk dipertajam. bagaimanapun melakukan sesuatu yang tak sesuati jalaurnya akan membuahkan hasil yang kurang memuaskan. Menggunakan pisau untuk menyendok, mungkin bisa tetapi fungsinya tidak maksimal. menggunakan buku sebagai mistar juga bisa, tetapi bagaimana hasilnya?

Begitu pulalah dengan manusia. Setiap manusia akan punya keunikan tersendiri. Dan tak ada keunikan tersendiri yang dijust sebagai sesuatu yang paling. Pintar menyanyi, tidak bisa dijust bahwa dia lebih hebat daripada yang pintar melukis. Yang pandai matematika, tidak berarti lebih pandai dari mereka yang pandai bermain basket. Karena jika dipertukarkan untuk melakukannya, akan dipahami bahwa pandai matematika tak selalu pandai basket, dan sebaliknya. artinya, kepandaian itu relatif, keahlian itu unik. Elang akan hebat ketika diuji terbang. Ikan akan hebat jika diuji berenang. Kancil akan hebat jika diuji berlari. bagaimana bisa elang akan hebat di dalam air, kancil hebat di udara? Jangan mengukur kehebatan elang pada bukan keahliannya, pun jangan mengukur kehebatan seseorang pada bukan keahliannya. Pak Habibie yang dikenar cerdas, mampu membuat pesawat terbang, hebat? yah beliau hebat. hebat dalam membuat pesawat, tetapi jika diberikan lembing, berenang, juga masih hebat? belum tentu.

Maka terimalah keunikan seseorang. berikanlah kesempatan baginya membuktikan bakatnya, memperlihatkan pada dunia bahwa keunikannya pun bisa diterima dan dihargai. Hargailah.. berikanlah dukungan.. berikan pujian, agar mereka bisa lebih semangat mengasah keunikannya. Karena dengan sepatah kata semangat pun, mampu merubah pesimisnya menjadi sebuah bongkahan optimis.

Pengakuan terhadap seseorang adalah sumber kekuatan. Ekspresi atau tindakan yang paling sekecil pun, kita tidak pernah tahu apa yang bisa kita ubah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap