Langsung ke konten utama

Mantra “Jangan terlalu”

Impian selalu berbanding lurus dengan usaha. Dengan sebuah impian yang besar, akan menjadikan sosok individu menjadi seorang pejuang, bahkan petarung. Pejuang bak pendekar, petarung bak pahlawan, untuk menggapai sebuah puncak harapan. Tentu akan terbuka peluang yang besar jika dibarengi dengan usaha yang maksimal pula.

Usaha adalah jelmaan hasrat seorang manusia memenuhi keinginannya. Dengan semakin besar besar kenginannya, maka akan semakin berkobar pula hasratnya. Oleh karenanya, wajar jika orang yang punya keinginan besar akan sesuatu terlihat ambisius, (mungkin) arogan, (bahkan) egois. Mengapa? Karena dalam dirinya telah tertanam keinginan yang kuat dan mesti tercapai.

Apakah hal ini baik? Tergantung!. Bisa membawa kebaikan, namun bisa pula membawa keburukan. Kebaikan apabila keinginan yang kuat terrsebut semakin membuatnya semangat berjuang, bekerja keras, pantang menyerah, da tidak mengeluh. Juga akan menjadi baik jika dibarengi dengan pemahaman bahwa usaha yang ia lakukan, sebesar apapun, tetaplah namanya usaha. Ujungnya bisa terwujud , bisa jadi tertunda. Sehingga dengan kesadaran bahwa keterjadian tidak hanya datang dari dia, dan datang dengan mudah, namun harus terus dan terus diperjuangkan.


Keburukan. Jika hasrat tersebut membuatnya arogan dan egois. Memaksakan segala usahanya menjadi takdir baik untuknya. Jadinya, dia akan berbuat apa saja dengan jalan apa saja agar hasratnya tercapai. Disinilah kita akan menemukan orang yang dengan rela berkubang dalam kesalahan untuk sebuah ambisi. Keburukan pula bahwa dengan kearoganan dan keegoisan yang mengiringnya dalam bertindak, juga (sering) membawa dalam palung tak dapat menerima kenyataan buruk. Ketika hal ini terjadi, maka seseorang akan merasa putus asa, bersedih berkepanjangan, galau tingkat dewa, bahkan merasa tak berguna.

Oleh karena itu, ada sebuah mantra dalam kehidupan yang wajib kita ingat, kita pahami dan kita hayati. Apakah mantra itu?. Mantra bahwa: apapun dalam dunia ini “Jangan terlalu, karena terlalu itu perih!”. (Mungkin)mantra ini terlampau sederhana, bahkan sering kita dengar. Namun, tak banyak yang menyadari dan mengaplikasikan. Dunia ini banyak sodoran, banyak hiburan. Kita punya keinginan, harapan, impian, kesukaan, kecntaan, pekerjaan, harta benda, tujuan tempat. Tentu siapa pun akan berusaha mendapatkannya jika belum diraih, dan dijaga ketika telah dimiliki. Namun perlu diingat untuk tidak terlalu berharap, tidak terlalu menyukai, tidak terlalu mencintai, tidak terlalu mengejar harta benda, tidak terlalu ingin, tidak terlalu memaksakan. Ketika terlalu dalam memperlakukannya maka tenga, pikiran, perasaan akan banyak terporsir. Sehingga jika ada sesuatu yang terjadi di kemudian hari, entah impian tidak tercapai, atau yang disukai malah mengkhianati atau tidak balik menyukai, yang dicintai malah membenci, atau yang dibanggakan malah membuat kecewa, pekerjaan yang dimiliki lepas, harta yang disayangi hilang, tujuan yang diinginkan tidak tercapai, maka akan banyak energi yang akan terbuang. Telah mengeluarkan energi besar untuk memikirkan, jika hilang yang ada tinggal sisa-sisa energi. Bagamana pada akhirnya tidak menjadi perih?

So, sederhanalah sobat.....
Karena kesederhanaan bukan berarti apatis, bukan berarti tidak mau bersungguh-sungguh, bukan berarti pula berbuat biasa-biasa saja. Yang membuat beda adalah takarannya. Rasio sebuah usaha yang dibarengi dengan realistis, siap menerima kenyataan. Kualitas akan tetap sama. Apapun itu, jangan terlalu... biasa-biasa saja.. sederhana saja.. karena ingat.. terlalu itu PERIH.

BDI, 22-03-2015.  

Komentar

  1. hai say, salam kenal ya
    mau ajakin kamu jion di www.indonesian-hijabblogger.com
    ada yang regional makassar nya juga :)
    kumpul2 sama blogger hijab makassar
    ada id line? invite ya : Qiahre

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap