Hari ini, kembali seorang yang kukenali pergi meninggalkan
dunia menuju peristirhatan terakhir. Dia bukan keluargaku, tetapi seakan
seperti keluarga sendiri. Bagaikan ibu sendiri ketika bersamanya. Jarang
bertemu dengannya, tetapi beliau tetap dikenang dan diingat, kebaikannya pun
selalu dirindukan oleh siapa pun. Dialah guruku. Sejak SMA, beliau selalu
mengikuti kami setiap kenaikan kelas. Jadi bagiku hanya satu guru bahasa
Indonesiaku di SMA, tak pernah berganti. Apa istimewanya beliau?
Seingatku, beliau mulai kenal dan akrab ketika kelas 1 SMA,
mengetahui bahwa bapakku juga guru bahasa indonesia. Seniornya. Beliau lalu
mengisahkan kalau bapakku adalah guru bahasa Idonesia senior di Palopo.
Keakraban bertambah ketika roling kelas saat cawu kedua, dan dengan nilai yang
kuperoleh, saya akhirnya naik ke kelas 1.2, beliau-lah wali kelasku saat itu.
Sebagai wali kelas, beliau tak pernah memarahi kami dengan begitu marahnya,
yang kami saksikan bahwa ia selalu saja baik pada siapapun, lembut pada
siapapun, dan diterima oleh siapa pun. Bersyukurnya kami mempunyai wali kelas
seperti beliau.
Naik kelas 2, meski beliau bukan wali kelasku lagi, tetapi
masih setia mengajar untuk angkatanku. Lagi-lagi, dialah guru bahasa
Indonesiaku kembali. Dengan kebaikannya pada kami, tidak membuat kami canggung
lagi ketika beliau mengajar. Dan keakraban pun semakin terasa ketika, saya ikut
pelatihan Kader Taruna Melati 1. Suami beliau adalah kader muhammadiyah, dulu
pernah jadi pengurus cabang IMM kota makassar. Meski ia bukanlah kader
muhammadiyah, tetapi kader HMI sewaktu kuliah, tetapi tetap saja peduli pada
kami, bukan hanya kami tetapi juga pergerakan atau kajian keislaman dari
halaqoh lainnya. Terkadang kami sedikit dimarahi, atau lebih tepatnya
dinasehati saat kami banyak sibuk dengan kegiatan organisasi dan terlihat
jarang fokus pada pelajaran. Juga menasehati kami jika ketahuan terlambat
datang dan harus dihukum berdiri atau membersihkan halaman atau mencabut
rumput. Kata beliau saat itu adalah “Kalian adalah aktivis sekolah, aktivis
dakwah, berbeda dari siswa yang lain. Maka tunjukkan kalau kalian juga berbeda.
Malu dong, kalau aktivis sekolah baru sering dihukum karena terlambat”. Meski
kata-kata itu pada saat itu sedikit membuat malu dan kehilangan muka, tetapi
memang benar adanya. Kata itu sampai sekarang masih kuingat.
Slamat jalan Ummy.. hari ini saya
melihatmu untuk yang terakhir kali dan mengantarmu di tempat peristirahatan
terakhir. Semoga Allah melapangkan dan menerangi kuburmu, menerima segala amal
ibadahmu, menempatkanmu pada tempat yg terbaik disisi_Nya, menagmpuni segala
dosa2mu dan memberikan ganjaran jannah untukmu. Semoga keluarga ummy, terutama
anak2 ummy yang tadi terlihat begitu tegar dapat menerima dengan lapang dada.
Ummy.. engkau telah mewariskan anak-anak yang hebat, melihat mereka hari ini
membuat pilu dan bangga padamu, bahwa mereka punya ibu yang hebat sepertimu.
Segala yang berasal dari Allah akan kembali jua pada-Nya. Dengan menyaksikan
prosesi peristirahatanmu hari ini semakin menyadarkanku bahwa hidup tidaklah
abadi, kematian selalu mengintai dan dapat hadir kapan saja, mau dalam keadaan
sakit, duduk, tertawa sekalipun. cukuplah kematian menjadi nasehat untuk sadar
bahwa kita pun saat ini telah berjalan ke arahnya. Ummy... selamat jalan.. kami
menyayangimu.. mengenangmu..
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar