Kalau dulu saya punya 7 kurcaci, maka sekarang semuanya telah pergi. Entah semuanya ada dimana. Jadi rindu mereka. Apakah mereka masih mengingatku?
Tak ada lagi 7 kurcaci itu. Tempat, keadaan dan waktu tidak bisa mengumpulkan kami lagi kembali. Mungkin di masa mendatang. Hope.... rasanya, tersadar ada kurcaci baru terbentuk. Bukan dari mereka yang 7 itu tetapi orang berbeda, tempat berbeda, dan waktu berbeda. Kalau dulu semua kurcaciku putra maka kali ini semuanya putri. Yah... saya baru memikirkannya dan saya baru menobatkannya. Merekalah 3 kurcaci baru: Suci, Anis dan Amel. Siapa lagi... merekalah yang selalu semangat dengan pelajaran math, suka dengan lomba math, dan paling akrab denganku. Mirip dengan 7 kurcaci sebelumnya.
Tak ada lagi 7 kurcaci itu. Tempat, keadaan dan waktu tidak bisa mengumpulkan kami lagi kembali. Mungkin di masa mendatang. Hope.... rasanya, tersadar ada kurcaci baru terbentuk. Bukan dari mereka yang 7 itu tetapi orang berbeda, tempat berbeda, dan waktu berbeda. Kalau dulu semua kurcaciku putra maka kali ini semuanya putri. Yah... saya baru memikirkannya dan saya baru menobatkannya. Merekalah 3 kurcaci baru: Suci, Anis dan Amel. Siapa lagi... merekalah yang selalu semangat dengan pelajaran math, suka dengan lomba math, dan paling akrab denganku. Mirip dengan 7 kurcaci sebelumnya.
Ini petualangan kali ketiga bersama mereka. Petualangan pertama di IMMIM seleksi regional olympiade math vektor, diikuti 8 orang termasuk ketiganya. Kemudian lanjutannya di malang yang meloloskan salah satu dari ketiganya (Suci) dan petualangan ketiga adalah kemarin. Inilah petualangan pertama yang benar2 cuma bersama dengan ketiganya mengikuti seleksi "Canadian Math Kangaroo Contest" yang dilaksanakan di Athirah oleh Surya Institute. Siapa sih tidak kenal bapak Yohanes Surya? Memiliki banyak institusi termasuk KMR dan CMKC.
Saya tidak.menganggap mereka hanya murid, tetapi lebih menganggap mereka adalah teman, adik. Maka ketika belajar, saya tidak.merasa mengajar mereka tetapi menemani mereka belajar. Lebih sharing pendapat. Ketika bersama pun, tak kuanggap bahwa saya mesti terlihat bagaimana diantara kami.
Mungkin karena keakraban kamilah dan juga tak dapat dibedakan mana murid mana guru juga karena mereka lebih besar dibandingkan gurunya hingga 3 kejadian membuatku tersenyum. ^_^
Menunggu waktu masuk ruangan, kami berempat duduk dengan santai di depan ruangan yang akan menjadi tempat tes. Lumayan lama menunggu. Dari lembar nama peserta yang registrasi setahuku cum sedikit yang ikut. Apakah karena info yang tidak sampai ke setiap sekolah ataukah karena waktu yang tidak tepat dengan kondisi masih MID atau ujian sekolah, ataukah karena biaya registrasinya yang tinggi. Lumayan.. 175/orang. Dari sekian lomba yang kuikuti baru kali ini yang biayanya sebegitu. Kami membawa 3 orang berarti registrasi sudah 525 ribu. Jumlah yang lumayan. Apalagi kalau sekolah banyak hitung2an kalau mau mengeluarkan uang. Saat sudah mulai capek menunggu, akhirnya panitia yang sedari tadi lalu lalang lewat, melihat kami, dan menunjuk kami berempat lalu berkata "ini semuanya ikut lomba ya? Silahkan masuk, lomba akan segera dimulai". Saya cuma tersenyum, kok saya ikutan ditunjuk hahaha.. gpp lah... setelah dia keluar dan melihat saya duduk santai di luar barulah ngeh kalau saya bukan siswa hahahah...
Setelah test, kebiasaan adalah mengecek jawaban, berdiskusi kemungkinan benar atau salahnya. Setelah puas, barulah melangkah ke mushallah sekolah untuk sholat. Karena mukena di mushollah tidak ada dan yang bawa cuma Amel, jadinya mesti antri. Ada 2 orang juga yang ngantri karena mau tes untuk jadi peserta sebuah proyek dari yayasan. Ketika giliranku sholat, lewat di sampingku seseorang. Mungkin mencari mukena. Setelah salam, saya tidak langsung beranjak. Dan menerka orang tadi ada di belakangku. Dengan sudut mataku kutangkap dia berdiri di belakangku mengawasiku. Kayaknya mau pinjam mukena nih, pikirku. Benar saja, setelah menyelesaikan rangkaian sholat, dia langsung menghampiri lalu berkata "pinjam dulu mukenanya dek". Saya yang mendengarnya tersenyum dalam hati. Kenna lagi nih kayakx hahaha... buru2 kuberikan mukena. Dari raut wajahnya kayaknya dia lebih muda dariku. Tetapi raut wajah yang kulihat seperti biasanya raut wajah yang bertemu dengan orang lebih muda darinya, (agak) menempatkn diri lebih, juga dari nada suaranya. Ahh.. biarkan saja. Sambil menunggunya sholat. Kami berempat bercerita lagi. Sampai tak kusadari dia telah selesai sholat. Dia pun berkata "sudah selesai dek". Sambil berniat melipat atasan mukena. Saat itu Anis langsung bersuara dan memanggil "bu", entah kedengaran jelas atau samar2 baginya hingga lipatannya sedikit mengendur lalu pergi. Wkwkwkwk....
Setelah berpusing ria mengikuti test, saatx refreshing.. go... sasaran kali ini adalah MARI.. ibaratnya anak dari kampung ke mall. Bukan karena gaya kami. Tapi karena saya merasa sudah luamaaaa tidak menginjakkan kaki ke mall. Maklum.. paling aktivitas rumah-skul-rumah. Langkah gontai dan bercanda mngiringi kami. Soalnya sedari tadi ingin berfoto tapi sayang hp ketinggalan di skul. Yah.... cuma bisa gigit jari melihat orang berfoto hehehe.. (bukan saya yang paling pengen foto loh ya).
Memasuki gerbang, ada penjaga di pintu masuk. Tapi dengan santai kami masuk. Meski sempat Anis bergumam “ndk masalahkah kalau anak sekolah masuk mall jam segini?”. Ahh.. cuek saja. Lagian sudah jam 2. Masak masih dilarang anak skul masuk? Kita juga tujuannya ke gramed kok. Ehh... pas naik eskalator dikode dan ditanya sama seorang bapak2 yang kayaknya satuan keamanan mall. Katanya: anak sekolah ya? Saya pun menjawab: bukan pak. Lha iya to. Saya yang ngomong. Dan saya emang bukan anak sekolah. Ah.. cuek aja lagi. Tapi tak sampai disitu. Di depan kami kembali ada satuan pengaman yang sibuk komunikasi sesama mereka. Dari lirikan matanya kelihatan mengawasi kami. Saya mah cuek, jalan terus tetapi ternyata Suci dan Anis yang jalan beriringan ditahan dan diintrogasi. Katanya ditanya dari mana dsb. Lumyan lama mereka ditanya. Sambil berjalan lambat menunggu Suci dan Anis kembali di depan ada satuan pengamanan lagi. Amel pun berucap : bu, pulang.. menakutkan. Kita kayak buronan saja”. Benar saja pandangannya tertuju pada kami lagi. Setelah selesai ngomong via alatnya, dia kemudian menegur kami. "Mau kemana? Siapa?" . Lumayan mulai malas juga dari tadi dihadang. Saya pun menjawab "saya gurunya pak". Barulah berhenti bertanya lalu mengkonfirmasi lagi pada teman2nya. Yes.. ampuh nih.. dia pun pergi.
Ihh.... apa karena saya tidak kelihatan seperti guru bagi mereka ya? Ataukah memang aturan nggak boleh anak sekolah keliaran jam segini? Ini kan sudah hampir ashar. Sudah banyak sekolah yang pulang. Juga tujuan kami cuma ke gramed. Tapi.. bagus sih aturan pendisiplinan anak sekolah masuk mall. Semoga bisa dipertahankan. Cuma jangan pilih2. But, berlakunya sampai jam berapa ya? Jangan sampai saya ke mall dihadang juga hahahaaa....
Ke gramed seperti buronan. #bersama3kurcaci
Saya tidak.menganggap mereka hanya murid, tetapi lebih menganggap mereka adalah teman, adik. Maka ketika belajar, saya tidak.merasa mengajar mereka tetapi menemani mereka belajar. Lebih sharing pendapat. Ketika bersama pun, tak kuanggap bahwa saya mesti terlihat bagaimana diantara kami.
Mungkin karena keakraban kamilah dan juga tak dapat dibedakan mana murid mana guru juga karena mereka lebih besar dibandingkan gurunya hingga 3 kejadian membuatku tersenyum. ^_^
Menunggu waktu masuk ruangan, kami berempat duduk dengan santai di depan ruangan yang akan menjadi tempat tes. Lumayan lama menunggu. Dari lembar nama peserta yang registrasi setahuku cum sedikit yang ikut. Apakah karena info yang tidak sampai ke setiap sekolah ataukah karena waktu yang tidak tepat dengan kondisi masih MID atau ujian sekolah, ataukah karena biaya registrasinya yang tinggi. Lumayan.. 175/orang. Dari sekian lomba yang kuikuti baru kali ini yang biayanya sebegitu. Kami membawa 3 orang berarti registrasi sudah 525 ribu. Jumlah yang lumayan. Apalagi kalau sekolah banyak hitung2an kalau mau mengeluarkan uang. Saat sudah mulai capek menunggu, akhirnya panitia yang sedari tadi lalu lalang lewat, melihat kami, dan menunjuk kami berempat lalu berkata "ini semuanya ikut lomba ya? Silahkan masuk, lomba akan segera dimulai". Saya cuma tersenyum, kok saya ikutan ditunjuk hahaha.. gpp lah... setelah dia keluar dan melihat saya duduk santai di luar barulah ngeh kalau saya bukan siswa hahahah...
Setelah test, kebiasaan adalah mengecek jawaban, berdiskusi kemungkinan benar atau salahnya. Setelah puas, barulah melangkah ke mushallah sekolah untuk sholat. Karena mukena di mushollah tidak ada dan yang bawa cuma Amel, jadinya mesti antri. Ada 2 orang juga yang ngantri karena mau tes untuk jadi peserta sebuah proyek dari yayasan. Ketika giliranku sholat, lewat di sampingku seseorang. Mungkin mencari mukena. Setelah salam, saya tidak langsung beranjak. Dan menerka orang tadi ada di belakangku. Dengan sudut mataku kutangkap dia berdiri di belakangku mengawasiku. Kayaknya mau pinjam mukena nih, pikirku. Benar saja, setelah menyelesaikan rangkaian sholat, dia langsung menghampiri lalu berkata "pinjam dulu mukenanya dek". Saya yang mendengarnya tersenyum dalam hati. Kenna lagi nih kayakx hahaha... buru2 kuberikan mukena. Dari raut wajahnya kayaknya dia lebih muda dariku. Tetapi raut wajah yang kulihat seperti biasanya raut wajah yang bertemu dengan orang lebih muda darinya, (agak) menempatkn diri lebih, juga dari nada suaranya. Ahh.. biarkan saja. Sambil menunggunya sholat. Kami berempat bercerita lagi. Sampai tak kusadari dia telah selesai sholat. Dia pun berkata "sudah selesai dek". Sambil berniat melipat atasan mukena. Saat itu Anis langsung bersuara dan memanggil "bu", entah kedengaran jelas atau samar2 baginya hingga lipatannya sedikit mengendur lalu pergi. Wkwkwkwk....
Setelah berpusing ria mengikuti test, saatx refreshing.. go... sasaran kali ini adalah MARI.. ibaratnya anak dari kampung ke mall. Bukan karena gaya kami. Tapi karena saya merasa sudah luamaaaa tidak menginjakkan kaki ke mall. Maklum.. paling aktivitas rumah-skul-rumah. Langkah gontai dan bercanda mngiringi kami. Soalnya sedari tadi ingin berfoto tapi sayang hp ketinggalan di skul. Yah.... cuma bisa gigit jari melihat orang berfoto hehehe.. (bukan saya yang paling pengen foto loh ya).
Memasuki gerbang, ada penjaga di pintu masuk. Tapi dengan santai kami masuk. Meski sempat Anis bergumam “ndk masalahkah kalau anak sekolah masuk mall jam segini?”. Ahh.. cuek saja. Lagian sudah jam 2. Masak masih dilarang anak skul masuk? Kita juga tujuannya ke gramed kok. Ehh... pas naik eskalator dikode dan ditanya sama seorang bapak2 yang kayaknya satuan keamanan mall. Katanya: anak sekolah ya? Saya pun menjawab: bukan pak. Lha iya to. Saya yang ngomong. Dan saya emang bukan anak sekolah. Ah.. cuek aja lagi. Tapi tak sampai disitu. Di depan kami kembali ada satuan pengaman yang sibuk komunikasi sesama mereka. Dari lirikan matanya kelihatan mengawasi kami. Saya mah cuek, jalan terus tetapi ternyata Suci dan Anis yang jalan beriringan ditahan dan diintrogasi. Katanya ditanya dari mana dsb. Lumyan lama mereka ditanya. Sambil berjalan lambat menunggu Suci dan Anis kembali di depan ada satuan pengamanan lagi. Amel pun berucap : bu, pulang.. menakutkan. Kita kayak buronan saja”. Benar saja pandangannya tertuju pada kami lagi. Setelah selesai ngomong via alatnya, dia kemudian menegur kami. "Mau kemana? Siapa?" . Lumayan mulai malas juga dari tadi dihadang. Saya pun menjawab "saya gurunya pak". Barulah berhenti bertanya lalu mengkonfirmasi lagi pada teman2nya. Yes.. ampuh nih.. dia pun pergi.
Ihh.... apa karena saya tidak kelihatan seperti guru bagi mereka ya? Ataukah memang aturan nggak boleh anak sekolah keliaran jam segini? Ini kan sudah hampir ashar. Sudah banyak sekolah yang pulang. Juga tujuan kami cuma ke gramed. Tapi.. bagus sih aturan pendisiplinan anak sekolah masuk mall. Semoga bisa dipertahankan. Cuma jangan pilih2. But, berlakunya sampai jam berapa ya? Jangan sampai saya ke mall dihadang juga hahahaaa....
Ke gramed seperti buronan. #bersama3kurcaci
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar