Langsung ke konten utama

Kok dilepas?

Bepergian dan bertemu dengan orang yang dikenal dengan secara tidak langsung itu biasa. Apalagi bagi mereka yang punya banyak teman atau kenalan. Kemana-mana bakal sering ber-hai ria. Apalagi jika seorang guru atau dosen yang punya banyak siswa/mahasiswa baik yang masih diajar atau telah diajar. Sering2 aja pasang senyum dan ngobrol sana-sini meski obrolan basi. "Mau kemana?" Sudah tahu lagi di tempat yang sama. Atau dengan siapa?, padahal sudah tahu jalan sendiri atau dengan teman or keluarga. Yah, meski kadang basi tapi harus tersenyum ^_^.

Bertemu dengan orang yang dikenal tidak selalu ditempatkan sebagai orang yang dikenal. Ada yang senang hati menyapa, mendatangi. Ada yang malu2 tapi tetap saja nyapa. Adapula yang malu sampai cuma bisa senyam-senyum aja kayak lagi sakit gigi. Ada juga yang nggak suka, terbukti dengan lari terbirit2 bersembunyi atau putar arah. Adapula yang cuek bebek seolah tak kenal dan tak lihat siapa2. Jangankan mau disapa, disenyumi aja tidak. Nah. Kalau ada murid atw mahasiswa kayak begini, inilah yang kuwalat kuadrat. Apa sih susahnya nyapa? Atau senyum pun tak apa. Ehh.. malah ngeloyor aja kayak kuda. Yang lebih parah kalau ada yang disapa duluan sama guru/dosennya. Mending kalau disapa lalu dibalas manis, tapi kalau dibalas melongo "siapa ya?". Waduhhh.... belagu banget nih bocah... #pengalaman hahahhha....

Namun, kejadian kali ini bukan bertemu dengan siswaku. Tetapi bertemu dengan seorang teman, adik di organisasi. Akrab? Lumayan.. meski belum dikatakan sahabat. Teman, itu lebih cocok. Tapi yakin dia kenal dengan saya. Sekitar 3 pekan yang lalu bertemu dalam kegiatan. Awalnya saya tidak mengenalnya karena yang tampak dari belakang. Sempat sih bergumam dalam hati "so sweet banget nih di depanku. Mana mungkinlah orang berpakaian kayak gitu adalah orang pacaran, saling pegangan tangan. Itu kayaknya pasangan muda deh". Cuma bergumam begitu lalu tak memperdulikan lagi. Mau naik eskalator ternyata mereka berdua juga sama. Saya belum mengenal mereka. Ketika kulangkahkan kakiku ke pijakan eskalator, kutangkap di balik mataku dia berbalik dan melihatku. Dengan melihatku di belakangnya langsung dia kembali berbaik ke depan dan tangannya yang sedari tadi mesra bergandengan langsung dilepaskan. Hahahahaaayyy... balik sedikit tadi saya sudah mengenalnya dia siapa. Cuma yang bersama dengannya saya tidak tahu.

Kalau dipikir2, kenapa coba dia langsung melepaskan tangannya? Bukannya cuma orang yang bersalah yang biasanya takut terlihat? Dipikiranku, meski si lelaki tak kukenal tapi saya masih berpikir positif kalau dia itu adik atau kakaknya. Wallahu'alam. Tadi kelihatannya panik banget saat melihatku di belakangnya. Pokoknya lucu banget. Amel yang paling dekat denganku ternyata melihat kejadian itu dan berkata: "bu, itu orang di depan, tadi dia lihatki langsung nalepaskan gengangaman tangannya sama itu laki2. Makkala'ku". Hahahha.... saya tertawa dan berkata: "kenapa dia lepas? Karena dia kenal baik dengan saya". Kenna deh...

Tujuan kami adalah gramedia. Sesaat sebelum masuk gramed kulihat dibalik kaca, kedua sosok tadi berada di belakang kami, juga menuju arah yang sama. Kayaknya emang jodoh nih mau ketemu. Cuek aja deh. Kita lihat saja apa yang bakal terjadi. Hehehe... setahuku sejak dari eskalator mereka berdua memilih arah berputar. Mungkin supaya jejaknya hilang dari pandanganku. Entahlah. Ehhh... malah tetap saja tujuannya sama.

Gramed... tujuan utamaku selalu adalah pada novel atau cerita fiksi. Apalagi kalau bukan karya Tere Liye, Asma Nadia, Anwar Fuadi, dkk. Tapi pencarianku sebenarnya adalah buku Ahmad Rifa'i Rif'an. Sejak baca bukunya pertama kali, saya sudah jatuh cinta dengan buku2nya. Sederhana namun kaya. Dengan sibuk memperhatikan deretan buku di rak itu, kutangkap di belakangku ada orang yang berjalan mendekat. Namun saat dekat sekali langsung berbalik. Hayo.. siapa? Mereka kah? Kenapa kabur coba?.


Kaki sudah pegal. Buku yang dicari tak juga kunjung ada. Apa bukunya cuma ada di gramed MP ya? Mau beli buku DTL lagi? Trauma.. 5 buku DTL yang kubeli, semua masih baru, sampai sekarang tidak dikembalikan sama orang. Kalau ingat buku2ku jadi pengen marah. Capek beli, tapi tak dipunyai. Lebih parahnya karena belum sempat dibaca. Gimana nggak jengkel coba hahaha.... uppzzzz.....

Daripada kesana kemari nggak ada yang dibaca, mending saya baca buku herbal aja deh. Sayabkan suka baca jenis tanaman herbal dan khasiatnya. Sayangnya tak ada fasilitas tempat duduk. Asli pegal... serius baca buku, tiba2 mataku mau saja melirik plorang yang lewat di sampingku. Seorang laki2. Saya cuek saja, lha wong tak dikenal. Tunggu... ternyata dibelakangnya nyusul "dia" yang ketemu di eskalator tadi. Ohh.. dasar saya yang tidak melihat dan peduli wajah si lelakinya. Dan nggak sadar kalau itu dia. Pokoknya, kembali kutangkap wajahnya disudut mataku. Dan kulihat pula dia melihatku tetapi langsung memalingkan wajahnya dan menutupinya dengan tangan. Weleh..weleh... kalau seperti itu, siapapun akan berpikiran negatif alias curiga. Menghindar itu berarti menutupi kebenaran.

Entah sebenarnya bagaimana. Mereka itu kenapa? Saya masih tetap berharap dan berpikir mereka adalah saudara. Karena berani berpegangan tangan di wilayah publik. Setahuku, dia belum.menikah. kalau tunangan wallahu'alam. Tapi bagiku dia adalah orang yang paham bagaimana hubungan antara laki2 dan perempuan. Apakah mereka pacaran? Atau tunangan? Atau pasangan sah? Atau saudara? Entahlah.. yang menggangguku adalah.. mengapa dia terlihat panik saat tahu saya ada di belakangnya dan buru2 melepaskan genggaman tangan mereka. Bukankah kalau mereka tidak salah tidak bakal panik? Ya tinggal ngomong aja "kenalkan ini adikku/kakakku" atau "ini suamiku" kan simple. Justru dengan gelagatnya aneh membuat pikiranku juga jadi aneh. Masa iya sih? Hmm...?. Namun, meski adik atau kakak jarang juga yang di area publik pegangan tangan kayak begitu. Kalau mau sih gpp, cuma menghindarkan prasangka aja. Apalagi kalau orang yang nggak kenal dengan saudara kita. Yang biasanya asyik berpegangan tangan itu cuma dua, pasangan asli (suami-istri) atau pasangan palsu (pacaran).

Ting..tong... mereka kenapa..? Pusing amat.. mereka yang kayak nggak tenang dengan keberadaanku. Seolah takut ketemu dengan hantu xixixixixi... bagaimanapun, saya masih berharap mereka adalah saudara. Tak sanggup mengetahui jika selain itu (kalau pasangan sah sih, alhamdulillah).

Mesti selalu jalan ke mall nih.. sweeping pegangan tangan. wkwkwkwkwk....

Makassar, 28 Maret 2015

Komentar

  1. Deh ka' yaya'.... KEPO...hahahhahahahaha.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ndk kepo ja gang. Itu orang ji yang panik n kabur ketemu sm saya. Krn dia bertingkah aneh, jadilah sy kebawa berpikir aneh hahahaa..

      Hapus
  2. Deh ka' yaya'.... KEPO...hahahhahahahaha.....

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap