Langsung ke konten utama

Nostalgia 6 Tahun Lalu

Hari ini judulnya nostalgia jika versiku dan flashback jika versinya suci dkk. 28 Maret 2015, kembali menginjakkan kaki di sekolah ini. Sekolah yang sudah hampir 2 tahun tidak lagi bagian di dalamnya. Akibat dari keputusan lalu dengan prinsip, "memang akan slalu ada yang dikorbankan". Meski saat itu bisa saya tidak mengorbankan pekerjaanku, mungkin kekecewaan dan kemarahan yang membuat keputusan itu akhirnya kuambil. Kalau sebelumnya saya mengorbankan kuliah S1 keduaku untuk pekerjaanku, maka pada akhirnya saya mengorbankankan pekerjaanku untuk kuliah S2-ku.

Banyak yang menyayangkan. Banyak yang bertanya. Tentu banyak yang menyesalkan atas tindakanku. Katanya... susah dapat pekerjaanlah. Katanya.. disitu sudah sejahteralah.. katanya.. disitu gaji sudah lumayanlah. Hm... awalnya saya tidak peduli dengan setiap omongan orang. Yang saya ingat bahwa itulah keputusanku. Dan apapun keputusanku saya harus menerima akibatnya. Dan saya percaya di bagian bumi manapun akan selalu tersedia rejeki dari Allah. Namun, lambat laun pemikiran itu semakin tergerus. Sesal sembunyi2 hadir, rasa bersalah dengan keputusan lalu perlahan menodong diri. Apalagi dengan semua perjuangan selama ini mencari pekerjaan tidak semudah yang kubayangkan jika sudah mengantongi ijazah S2. Pada akhirnya ijazah S2 layaknya ijazah S1 yang sudah membanjiri dunia kerja. Kalau tak ditopang dengan link dan kekerabatan akan menjadi ilusi pada akhirnya. Perasaan itu makin membuntutiku, menodongku dan kadang membuatku terpenjara pada rasa penyesalan yang teramat sangat. Untunglah, dua mantra ini slalu kuingat: "hidup adalah pilihan, dan pilihan selalu punya konsekwensi" dan "jika kita mendapatkan maka akan kehilangan disatu sisi, dan jika kehilangan akan mendapatkan di sisi yang lain". Dengan begitu apa yang terjadi dalam hidup tak selalu membuat kita menyesali apa yang kita pilih di masa yang lalu.

Dengan kembali menginjakkan kaki disni, teringat waktu hampir 5 tahun berada di tempat ini. Kenangannya tetap kuingat dan kukenang. Dan tentu saya akan tetap berterima kasih dengan lembaga ini. Tempatku bermula mengecap dunia pengajaran, bergelut dengan dunia anak2 yang saya kaku akannya. Juga, dengan gajiku di tempat ini bisa kugunakan untuk lanjut kuliah. Meski.. diakhir, yang membuatku terlalu berpikir untuk kabur karena kecewa dengan pimpinab, peraturan yang tidak bisa memilah mana yang bisa mendapat dispensasi mana yang tidak. Kehadiran yang dipatok dengan akumulasi padahal ketidakhadiran karena kepentingan kuliah bukan yang lain. Juga karena merasa tidak adil, kinerja yang banyak dinilai dari kehadiran daripada kinerja nyata di lapangan (ahh.. nanti jadi malah terkesan tidak ikhlas). Sudahlah....

Kutelusuri koridor sekolah ini. Belum banyak berubah. Kecuali gedung megah yang sudah semakin kokoh dan akan semakin menambah kemegahan dan elitnya sekolah ini. Saya rindu setiap kelasnya. Guru2nya.. ruang BK yang sering jadi tempat nongkrongku juga ruang UKS tempatku kadang berlari dari kemumetan. Ternyata.. masih banyak yang masih mengenalku. Pikirku.. mereka tak lagi mengenalku. Ternyata saya keliru. Kalaupun saat ini sekolah libur, tapi pegawai tetap masuk. Bujang sekolah masih banyak yang mengenalku, guru2 yang sempat datang juga menyapa dan bertanya tugas dimana. Bahkan pak satam yang bisa dikatakan mungkin dia tidak.mengenalku dengan banyaknya guru dan jarang komunikasi langsung kecuali saat mau izin ke kampus, menyapaku dan bertanya "bu. Sekarang dimana? Di bone?". "Maaf pak. Saya sudah keluar dari sekolah ini dari 2 tahun lalu."

Ah... berada disini, melihat setiap sudut disini.. seakan berputar ke waktu 6 tahun lalu saat pertama menginjakkan kaki disini. Namun kali ini bukan untuk mendaftar menjadi guru tetapi mengantar siswaku lomba. Sekolah ini perlahan menjadi asing bagiku.

#nostalgia #inmemorial

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap