Langsung ke konten utama

Esoklah Akhirnya

Esok adalah hari terakhir ngajar di semester ini. tak terasa ya?. disini, banyak hal yang kudapatkan, termasuk di dalamnya bagaimana berinteraksi dan mendalami sikap siswi ditahapannya saat ini. Mereka adalah cikal bakal generasi bangsa. Semoga dengan yang kuberikan kemarin ada manfaatnya buat mereka. ahhh.. jadi sedih... hey.. jangan mewek dong...

Mereka adalah santri dengan kemampuan mereka masing-masing. Dengan 2 semester mengajar mata pelajaran yang berbeda semakin membuka mataku, bahwa tiap individu itu adalah unik dan berharga. Jika selama ini masih banyak orang yang beranggapan bahwa hanya yang pandai dalam eksak terutama math adalah mereka yang hebat, maka perlu secepatnya diluruskan. Semester awal, saya mengajar math, tentu mudah mengidentifikasi mereka yang punya minat dan bakat dalam math, juga sama mudahnya mengidentifikasi siapa diantara mereka yang serasa mau muntah setiap belajar math, matanya berkunang-kunang dan kerjaannya cuma ngantuk. Terkadang rasa kasihan, marah, kecewa menghantui, apalagi jika mesti berhadapan dengan nilai mereka yang entahlah mungkin bisa dibuat "konro". hahahah.. aya2 wae.. masa nilai dijadikan konro :D. Maksudnya adalah, nilai mereka lebih banyak yang rendah dan dibawah dari nilai yang diharapkan, melihatnya bisa membuat kurus kering dan akhirnya tinggal tulang-belulang, bisa dibuat konro hahahha....

Adalah di setiap kelas yang bisa jadi pelipur hati. but just little. Namun, satu hal yang selalu saya katakan bahwa, saya tidak menuntut mereka pintar dalam math, cuma saya menuntut mereka untuk belajar dan memperhatikan pelajaran. Meski tidak menyukai dan merasa sulit, tetapi cobalah mengalahkannya. Jangan cepat menyerah. Hingga tibalah di semester kedua. Perubahan kurikulum. atau lebih tepatnya putar haluan kurikulum. back to KTSP, itu artinya math peminatan yang kuajarkan tidak ada lagi. berganti dengan pelajarn yang dihilangkan di K13 dan ada di KTSP, yaitu TIK. KArena CV yang kumasukkan dulu menunjukkan bahwa saya kebetulan dulu adalah asisten lab komputer di kampus, maka saya diminta untuk tetap ngajar. TIK tapi :). okelah.. tak mengapa... hitung2 mengasah kemampuan TIK lagi dan mengenang labkommat tempaku ditempa mengenal lebih dekat dengan komputer dkk. it's Ok, that's happy. 

Mengajar pelajaran yang bukan basic sebenarnya rasanya ada yang aneh sih sebenanrnya. Meski dulu sering ngajar pelatihan atau kursus atau praktikum, tetapi mungkin karena sudah lama, jadinya agak aneh dikit. apalagi di awal-awal mengajar. But, lama kelamaan seperti kembali ke 9 tahun yang lalu. Seakan berada di labkommat UNM kembali, jadi asisten lab lagi. Juga karena serasa bakat jad terpendam. Sudah semangat ngajar math, kembali mengulang materi, mengingat kembali dasar-dasar math, akhirnya terputus dan membuat malas lagi mengulang materi. Tetapi enaknya banyak juga. Setelah ngajar TIK, otot-otot pada kendur hahahahaha... kok bisa? karena kalau ngajar math, rasanya otot-otot disekujur tubuh berkontraksi apalagi kalau bertanya (-1) - (-5) saja nggak tahu. Sakitnya tuh disini wkwkwkkwwk... Ngajar TIK, tidak ada lagi wajag mengantuk yang kulihat, meski masih ada yang mencoba nyeleneh dengan ngotak-ngatik program yang tidak dipelajari, or mencoba berselancar di dumay, tetapi berkat kecanggihan lab yang dapat memantau semua siswa dari layar server, membuat enteng saja menegur mereka. Cukup menampilkan layar monitor mereka di layar LCD, mereka bakal malu hehehehe... Juga dengan TIK, kalau ulangan, tidak puyeng lagi melihat nilai yang luar binasa, nilai sudah bisa membuat senyum juga memeriksanya tidak melukis murung di kanvas wajahku. pokok'e enjoy hahaha.... enak ya jadi guru TIK daripada math, sudah pelajarannya nggak membuat bosan, nggak membuat ngantuk, nggak dibenci, juga nggak membuat repot si guru berhadapan dengan nilai :-).

Apa yang saya dapatkan dari sini?. Benarlah bahwa tiap anak tak boleh dipilah-pilih karena hanya satu bakat. mereka punya bakat masing-masing, kecerdasan masing-masing. Ada yang ketika belajar math, puyengnya minta ampun, setiap pertemuan tak pernah raut wajahnya ceria, yang ada hanya ngantuk dan ngantuk, eh.. saat belajar TIK, luar biasa semangatnya, perhatian, dan bisa dikatakan mudah paham. Ada juga yang lumayan bisa dalam math, namun saat berhadapan dengan TIK, meski tidak ngantuk, tetapi terlihat sedikit puyeng. Tetapi ada juga kok, yang bisa di math, juga tetap bisa di TIK. Artinya apa? Jangan menjust seorang siswa bahwa si A pandai, si B tidak pandai hanya karena satu subjek, namun berpikirlah bahwa si A pandai dalam subjek 1, tetapi kurang pandai pada subjek B. Beda loh antara tidak dan kurang. Bisa membedakannya..?

Ahhh... Esoklah pada akhirnya, hari terakhir saya mengajar mereka. Di tahun ajaran ini, entah di semester berikutnya. Saya belum yakin, apakah saya akan tetp berdedikasi disini. Rasanya saya menjadi oarang yang selalu nomaden. Tapi, semoga tahun ini, saya bisa mendeklarasikan diri akan berdedikasi dimana secara tetap. Sedih rasanya berpisah dengan kalian. Karena terkadang, ada senyum kecil yang kusunggingkan saat melihat keluguan kalian. Apapun itu, syukran atas semua yang kita jalani bersama. Juga afwan jika mungkin selama ngajar saya pernah moro2, kesal, atau apalah... Meski suatu saat, guru tetaplah guru yang bisa jadi terlupakan, namun semoga tetap ada yang melekat dari apa yang kuberikan pada kalian. Tetaplah belar, raih citamu, jangan menyerah, dan sukses untuk kalian semua...

Terakhir, mungkin akan ada yang membaca tulisan ini. Pesanku, bukan agar kalian hebat dalam math ataupun TIK, tetapi "tetaplah seperti seorang santri, meski tak berada di pondok lagi. Jilbanya, dijaga.. jangan sampai terbang, menggelantung kemana-mana". ^_^

#formystudents #PPUM 
BDI, 22 Mei 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap