Langsung ke konten utama

Kapan Berhenti Menggangguku

Ada yang menggangguku. Bukan manusia atau alien atau hantu atau vampire dan semacamnya. Dia berwujud perasaanku sendiri. Ada semacam perasaan yang ingin kubuang jauh-jauh. Dan ingin kutinggalkan di puncak jayawijaya. Karena ketika ada yang kupikirkan, perasaan ini pelan-pelan datang dan menggrogoti. Bagai dicengkram, saya tak dapat berbuat apa-apa. cuma diam menunduk dan meratapi serta menggerutui.

Dialah perasaan “ketidakenakan”. Selalu merasa tidak enak ketika melakukan sesuatu, mengambil keputusan, dan melangkah. Perasaan keidakenakan ini berwajah “perasaan bersalah” jika melakukan sesuatu. Khawatir mengecewakan orang. Merasa bersalah jika mengambil suatu keputusan. Tidak merasa tenang dan enak meninggalkan. Merasa bersalah jika pergi. Merasa kejam jika berlalu. Huffttt,..... ini sungguh menyesakkan.

Mengapa orang begitu mudah berlalu? Mengapa orang begitu lancar berkata “slamat tinggal”?. Mengapa tak masalah orang lain jika pergi? Begitu mudahkah? Kenapa bagiku terasa sangat sulit?. Tolong... ajari bagaimana membuat biasa. Bagaimana lidah lancar berucap “saya akan pergi’. Adakah mantranya?. Inilah kekuranganku. Penjara terdalam bernama “ketidakenakan”. Dan lihatlah diriku dengan segala ketidakenakanku, membuatku bisu tak berkata dan berbuat apa-apa. Setiap terlintas dipikiranku, lidah selalu saja berakhir dengan kelu. Maka inilah aku, terdiam disini. Sendiri disini. Terpenjara dengan ribuan angan kemungkinan yang kucipta. Juga terjebak pada romantsme ketidakenakan yang merajai.

Juga, mengapa amat susah mengatakan “maaf saya tidak bisa membantu”. “maaf saya banyak kerjaan”. “maaf, saya juga sibuk”. “maaf, kenapa mesti saya..?”. akhirnya jengkel sendiri, jengkel dengan diriku yang tak bisa mengatakan tidak. Yang tak bisa tega terhadap orang. Dan tak bisa nggak enak ngomong langsung ma orang. Hadeww...... padahal mood sudah sampai ubun-ubun bad-nya minta ampun. Mengapa? Ada ya, orang yang nggak paham dan peka sama orang lain. Merasa Cuma sibuk sendiri, dan enteng saja memberikan kerjaan sama orang tanpa peduli sibuk juga apa nggak.

Emangnya jika banyak di rumah, orang itu tidak banyak kesibukannya?. Eitss.. jangan salah.. justru di rumah itu kerjaannya banyak dan tanpa henti. Setelah memasak, nyuci piring, setelah itu menyapu, setelah itu beres2 dan mengatur barang, sudah itu menguus ini dan itu, sudah itu nyuci pakaian, sudah itu ngurus ini dan itu lagi, lalu berputar lagi. Alamakkkk.... sejak sering di rumah, jadi ngerti rasanya jadi ibu rumah tangga biasa. Ternyata mereka jauh lebih sibuk dari orang kantoran. Jadi jangan pandang enteng mereka. Meski saya belum jadi ibu rumah tangga, namun setidaknya sedikit paham. Nah.. ngerti nggak kalau saya juga sibuk..?. hey.. peka dong.... dan hey yaya... jangan selalu menjadi orang yang nggak enakan dong.... nyiksa tau........ Hey.. yaya.. matumbako? matumba mu mannoko'-noko mesa-mesa. pukadanggi. Danggi mu makani-kani manda. kande ate ko mangka hahaha.....

Kapan ku berhenti menggangguku?

#silent #idontknowhow #badmood  BDI, 03 Mei 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap