Ada yang menggangguku. Bukan manusia atau alien atau hantu atau vampire dan semacamnya. Dia berwujud perasaanku sendiri. Ada semacam perasaan yang ingin kubuang jauh-jauh. Dan ingin kutinggalkan di puncak jayawijaya. Karena ketika ada yang kupikirkan, perasaan ini pelan-pelan datang dan menggrogoti. Bagai dicengkram, saya tak dapat berbuat apa-apa. cuma diam menunduk dan meratapi serta menggerutui.
Dialah perasaan “ketidakenakan”. Selalu merasa tidak enak ketika melakukan sesuatu, mengambil keputusan, dan melangkah. Perasaan keidakenakan ini berwajah “perasaan bersalah” jika melakukan sesuatu. Khawatir mengecewakan orang. Merasa bersalah jika mengambil suatu keputusan. Tidak merasa tenang dan enak meninggalkan. Merasa bersalah jika pergi. Merasa kejam jika berlalu. Huffttt,..... ini sungguh menyesakkan.
Mengapa orang begitu mudah berlalu? Mengapa orang begitu lancar berkata “slamat tinggal”?. Mengapa tak masalah orang lain jika pergi? Begitu mudahkah? Kenapa bagiku terasa sangat sulit?. Tolong... ajari bagaimana membuat biasa. Bagaimana lidah lancar berucap “saya akan pergi’. Adakah mantranya?. Inilah kekuranganku. Penjara terdalam bernama “ketidakenakan”. Dan lihatlah diriku dengan segala ketidakenakanku, membuatku bisu tak berkata dan berbuat apa-apa. Setiap terlintas dipikiranku, lidah selalu saja berakhir dengan kelu. Maka inilah aku, terdiam disini. Sendiri disini. Terpenjara dengan ribuan angan kemungkinan yang kucipta. Juga terjebak pada romantsme ketidakenakan yang merajai.
Juga, mengapa amat susah mengatakan “maaf saya tidak bisa membantu”. “maaf saya banyak kerjaan”. “maaf, saya juga sibuk”. “maaf, kenapa mesti saya..?”. akhirnya jengkel sendiri, jengkel dengan diriku yang tak bisa mengatakan tidak. Yang tak bisa tega terhadap orang. Dan tak bisa nggak enak ngomong langsung ma orang. Hadeww...... padahal mood sudah sampai ubun-ubun bad-nya minta ampun. Mengapa? Ada ya, orang yang nggak paham dan peka sama orang lain. Merasa Cuma sibuk sendiri, dan enteng saja memberikan kerjaan sama orang tanpa peduli sibuk juga apa nggak.
Emangnya jika banyak di rumah, orang itu tidak banyak kesibukannya?. Eitss.. jangan salah.. justru di rumah itu kerjaannya banyak dan tanpa henti. Setelah memasak, nyuci piring, setelah itu menyapu, setelah itu beres2 dan mengatur barang, sudah itu menguus ini dan itu, sudah itu nyuci pakaian, sudah itu ngurus ini dan itu lagi, lalu berputar lagi. Alamakkkk.... sejak sering di rumah, jadi ngerti rasanya jadi ibu rumah tangga biasa. Ternyata mereka jauh lebih sibuk dari orang kantoran. Jadi jangan pandang enteng mereka. Meski saya belum jadi ibu rumah tangga, namun setidaknya sedikit paham. Nah.. ngerti nggak kalau saya juga sibuk..?. hey.. peka dong.... dan hey yaya... jangan selalu menjadi orang yang nggak enakan dong.... nyiksa tau........ Hey.. yaya.. matumbako? matumba mu mannoko'-noko mesa-mesa. pukadanggi. Danggi mu makani-kani manda. kande ate ko mangka hahaha.....
Kapan ku berhenti menggangguku?
#silent #idontknowhow #badmood BDI, 03 Mei 2015
#silent #idontknowhow #badmood BDI, 03 Mei 2015
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar