Langsung ke konten utama

Mengapa “why”?

Ibuku menelpon. Seperti biasa diawali dengan pertanyaan: “lagi dimana?”. Hehhee..mungkin karena saya sudah didapuk sebagai anak yang pajokka alias suka bepergian dan berpetualang, jarang di rumah sejak SMA. Satu-satunya anak yang lain dari yang lain :D. selanjutnya pertanyaan: “kapan pulkam?”. Mungkin ini karena saya terbilang orang yang jarang pulkam. Terhitung sejak meninggalkan kota kelahiran 12 tahun yang lalu, saya paling banyak 4x pulang dalam setahun. Bisaanya Cuma pas lebaran atau libur panjang. Insya Allah bu, saya akan pulang ramadhan ini (tapi lagi mikir, sudah ada anak ipm yang men-tag supaya tinggal kelola perkaderan. Hmm..hari gini masih di IPM hahahha… setelah itu, masuklah ke pertanyaan inti. “bisakah datang kalau acara lamarannya adikmu?”. Adikku maksudnya adalah adik sepupuku. Wetzz… Alhamdulillah ada kabar bahagia lagi yang nangkring di telingaku. Adik sepupuku lagi ada yang akan dilamar. Ngumpul-ngumpul lagi nih.

Tetapi saya mulai curiga dengan pertanyaan ini. Jangan..jangan… hmm…. Saya pun mengajukan pertanyaan sebelum ditanya. “ma’, ndak bertanyaki kau kapan?”. Kudengar di seberang sana ibuku tertawa dan berkata “memang, mauka bertanya. Kapanpi kau nak. Nalombai semuamako adekmu”. Hahahhaha… pengen ketawa sekaligus kena pukulan tepat sasaran. Saya hanya tersenyum namun dalam hati tetap bergumam “ngenes banget nih”. Setiap ada tetangga atau sepupu yang menikah pasti ibu langsung menelpon mengabarkan berita baik dan diiringi maksud terselubung “bertanya saya kapan”. Saya ngerti, tentu beliau sebagai seorang ibu tentulah sudah wajar mengkhawatirkan anak gadisnya.Apalagi diusia yang seharusnya sudah menikah dan juga diusia seperti ini saya masih tampak seperti masih SMA yang cuek dengan hal yang berbau hubungan dengan lelaki.Tak pernah cerita sedikitpun tentang seorang laki2 pun. Semoga tak ada kecurigaan saya aneh hahaha… tidaklah. Saya masih wanita normal. Cuma jodoh aja yang belum datang wkwkwkwkw…

Ditanya seperti itu membuatku bertanya sendiri pada diriku, kapan?. Saya pun tak bisa menjawab sendiri pertanyaanku. Ingin dibawa nyantai pun tetap saja kepikiran sama ibu yang akhir-akhir ini mulai sering bertanya. Akhirnya, saya pun membuat status di bbm, yah sekedar melampiaskan perasaan. Dan responnya? Wow…. Banyak yang nyapa di bbm. Ada yang sekedar numpang tertawa entah karena lucu, atau kasihan, atau iseng atau apalah. Ada juga yang ikut-ikutan bertanya kapan?. Nah kalau begini saya Cuma bisa menjawab wallahu’alam, karena saya sendiri tidak tahu kapan. Ada yang balas balik, cepat-cepatlah menyusul. Kalau begini, sudah kehabisan bahan tuk menjawab pertanyaan yang sudah-sudah berkali-kali. Jadi kujawab saja “mudah mengatakan kapan, dan bisa memprediksi kapan kalau sudah ada yang bisa diajak nyusul, tapi kalau belum ada?. Mau nyusul ma siapa? Hahahahahha…”. Dan lebih parahnya lagi ada yang mengintrogasi. Katanya karena dia menganggap dirinya kakak jadi peduli terhadapku.
 
Selanjutnya dimulailah introgasi. Intinya adalah mengapa “why?”. Maksudnya adalah..mengapa sampai sekarang belum menikah juga? Apakah selama ini tidak ada orang yang mengetuk hati? Atau belum ada yang sreg? Atau belum ada yang sesuai kriteria? Apa harus S2 juga? Apa harus ini dan itu?. Hahahahaha… saya benar-benar ingin ketawa terbahak-bahak. Segitunya…. Apa semua mesti kujawab dan kujelaskan secara detail mengapa “why”-nya itu?. Yang jelas, saya tidak melihat orang dari kriteria pendidikan yang mesti tinggi, sama denganku, atau lebih tinggi dariku (sensi bahas masalah ini). Kataku: Bukankah pendidikan adalah untuk pengembangan diri? Bukan untuk dijadikan kriteria atau syarat untuk menikah. Sebagaimana pun seorang perempuan mempunyai pendidikan tinggi dia akan tetap menjadi seorang istri dengan kewajibannya. Dan sebagaimana pun seorang lelaki dengan pendidikannya tetap saja dia akan menjadi seorang suami dengan kewajibannya. Jadi tak ada kaitan harus bahwa pendidikan harus jadi kriteria. Pendidikan harus sama, pendidikan laki2 harus lebih tinggi dari perempuan. Salahkah jika perempuan mengejar pendidikan?. Namun dari beberapa perbincangan dengan teman, termasuk dengan teman laki2 mereka kebanyakan mengatakan bahwa lelaki itu punya gengsi yang tinggi.Tidak ingin dikalahkan dari perempuan (calon/istri) terutama dari segi pendidikan dan pekerjaan. Benarkah?. Tidak semua perempuan yang mengejar pendidikan juga akan memasang target calon sesuai dengan pendidikannya. Atau dengan kata lain, tak semua perempuan yang sekolah tinggi-tinggi menggunakan pendidikan atau gelarnya untuk memasang kriteria yang tinggi pula.

Akhirnya kami banyak membahas tentang banyak masalah tentang jodoh dan pernikahan. Kakak tersebut pun menjelaskan bahwa itulah sebabnya Rasulullah menjelaskan tentang memilih pasangan dengan mencari yang “sekufu” bukan yang segelar atau sama tingkat pendidikan. Karena tingkat pendidikan yang sama belum tentu menandakan bahwa keduanya adalah sekufu. Buat apa sama jenjang pendidikan jika tidak paham soal agama. Katanya “jika kamu berusaha menjalankan agama dengan baik, lalu akan menjadi tidak sekufu jika kamu memilih seorang lelaki yang malas sholat meski dia sudah S3 sekalipun”. Yup, that’s right kak..memilih karena agamanya itu yang terpenting. Since?. Lalu dia pun bertanya lagi

“kenapa tidak mencari?”
“cari? Mencari? Kemana mencari? Mestikah?”
“menurutku iya” katanya.
“hehhehehe…”
“kenapa ketawa?. Pernah lihat film ayat-ayat cinta?Bukankah sebenarnya si fahri saling menyukai dengan seorang mahasiswa dari Indonesia.Namun karena tidak ada keberanian maka mereka tidak bersama. Justru dia akhirnya menikah dengan orang lain, karena perempuannya yang melamar dualuan. Rasulullah pun juga dilamar oleh khadijah kok”.
“hahahhaha………… kak,saya bukan Khadijah”
 
Hahaha… benar-benar introgasinya mendalam banget nih kayaknya. Ngorek dan bahas sampai sejauh itu. Bahas sampai disitu membuatku tertawa sendiri membalas bbm. Ada-ada saja nih kakak. Saya nggak pernah kepikiran sampai segitunya. Apa saya tampak terihat me-ngenes-kan ya? Apa sebegitu mengkhawatirkannya diriku? Alamak…… wkwkwkwkwkwk…..

Apapun itu, mesti makin menebalkan kuping mendengarkan pertanyaan serupa dengan itu. Kata temanku “sabar saja menerima pertanyaan begitu”. Hahaha… tenang, yaya akan tetap keep calm. Akan cie-cie kok pada waktunya hahahhaha….. Bagi yang mau bertanya padaku hal yang sama atau serupa, disimpan saja pertanyaannya ya. Nanti kapan-kapan dijawab wkwkwkwkwk…..
“adik sepupu yang akan dilamar, kok saya yang kena getahnya. Dihujani pertanyaan *kapan*”.

#akhirkisah BDI #efekmopuasa #ikutangalau #pengenketawa

BDI, 06 Juni 2015.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap