Langsung ke konten utama

PFP 1 PD IPM KOTA MAKASSAR

Kembali diamanahkan menjadi fasilitator di Pelatihan Fasilitator dan pendampingan 1 PD IPM kota Makassar kali ini bertempat di kompleks perguruan muhammadiyah Tallo. Mendatangi tempat ini, seperti mengulang kembali kenangan pertama bergerilya di Makassar di bawah bendera IPM. Saat itu pertama kali ngikut sama PW dengan datang menghadiri dialog pelajar, yang ketua PIP ipm Makassar saat itu adalah mukarramah. Hehehehe.. saya masih ingat kan? 12 tahun yang lalu loh :D. 

Pfp ini juga kembali diikuti daerah lain selain Makassar yaitu dari enrekang 4 orang, maros 2 orang, dan Tana Toraja 1 orang. Selebihnya dari Makassar. Ada hal yang menjadi bahan refleksi sebenarnya, mengapa makin tahun geliat anak ipm untuk ikut perkaderan atau melanjutkan jenjang kekaderannya tidak lagi begitu besar. Apakah anak ipm tidak lagi tertarik dengan rutinitas perkaderan, atau perkaderan di ipm sudah membosankan? Ataukah ada tawaran kesenangan lain yang menjadi saingan bagi kegiatan perkaderan?. Entahlah, namun yang jelas, kuantitas peserta makin turun dan turun. Ada apa?

Selaku Master of Training adalah Muslimin, manta ketua umum PD IPM kota Makassar periode sebelumnya. Dan tim fasilitator lainnya adalah Ibrahim (imamah), namun saya tidak pernah ketemu di lokasi training, apakah saya yang tidak pernah melihatnya ataukah memang dia punya kesibukan lain yang membuat tidak bias standby di lokasi. Faisal,Habib, Irfan, Hasan, fitriyah Sukma Umar, dan me. Nah, ada lagi yang ingin saya kritisi. Kali ini tentang fasilitator. Saya sangat berharap seorang fasilitator bias konsentrasi mengelola perkaderan, bias standby, atau minimal shift2 tiap fasilitator jelas. Mengapa? Supa perkaderan bias terkontrol dengan baik, peserta dapat dimonitoring, dan dievalusi. Maka diawal sebelum menentukan siapa yang menjadi fasilitato, baiknya dimintai kesedian untuk meluankan waktu untuk bias standby, atau paling tidak bias hadir sesuai dengan shift2 yang diberikan. Ini Cuma kritikan dan saran loh ya. Supaya kualitas keluaran fasilitator bias lebih handal. J

Beralih ke peserta. Sampai akhir, peserta yang ada berjumlah 19 orang. Dan punya keunikan masing-masing. Peserta ipmawan malah sering menunjukkan sisi humornya, membuat peserta lain bahkan fasilitator tertawa terbahak-bahak dengan kelucuan mereka. Tersebutlah mereka: Fahmi, Yoed, Ihsan, Rusmin, Reza, Khaerul, Ibnu, Nur Fitrah, Nurul Qalbi, Asrina, Ayu, Raodatul Jannah, Novi, sakinah, eits.. ada yang terlupakan namanya, afwan ya J. Penampakan awal, peserta masih bingung dengan desain, alur, kurikulum pelatihan. Terutama saat workshop desain. Kelihatan bahwa mereka masih kebingunagn menentukan alur perkaderan. Namun, mereka semangat untuk mengetahui dan memperbaiki, hingga di akhir presentasi, pesera semakin paham tentang pembuatan desain secara teori. Ketika sampai pada role play fasilitator terlihat lagi kekakuan dalam menghadapi peserta, juga dalam membawakan materi. Mungkin, karena masih ada dianatara mereka yang belum mempunyai pengalaman mengelola PKTM atau mungkin juga karena jam terbang mereka dalam mengkader masih sedikit. Dimaklumi, itulah proses. Bukankah keberhasilan bukan langsung dilihat pada hasilnya? Melainkan pada proses untuk mencapainya. Bagaimana bias keberhasilan bias dicapai ketika taka da proses berliku di dalamnya. Dan tak akan menemui keberhasilan, ketika dalam prosesnya taka da kesalahan. Kesalahan adalah lumrah, karena ketika kita salah maka kita akan mengetahui mana yang benar. Semakin sering salah, maka akan semakin banyak kebenaran yang ditemukan. Tapi bukan justifikasi untuk berbuat salah loh yah. Kalau tahu salah ya jangan dilakukan hehehehe…… 

Ok!. Apapaun itu, itulah proses. Bagaimanapun hebatnya fasilitator, atau pemateri dalam pelatihan, bukanlah mereka penentu keberhasilan seseorang menjadi fasilitator. Ada banyak hal yang bias memperbaik kinerja dalam perkaderan, pengetahuan, focus, dan juga jam terbang. Maka perbanyaklah jam terbang kalian di perkaderan. Mereka yang mempunyai jam terbang banyaklah yang tidak punah dan tidak hilang dalam ikatan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap