Langsung ke konten utama

Mengapa Kepahitan tak lagi terasa?

Aneh, mengapa sambel yang kemarin kumakan tak terasa pedas lagi seperti kemarin?. Padahal ini berasal dari botol yang sama. Ada apa? Mungkinkah karena kemarin telah ada rasa pedas yang melebihi ini telah kunikmati?. According to me, this is not my apologized.

Kemarin, ada sambel yang sangat pedas memangusik rasaku. “ayam rica-rica”. Yup, tentu saja pedas. Saking pedasnya, mesti mengambil nafas berkali-kali saat ke-pedasan itu tak tertahan. Meski peadas, tetap saja lanjut makan dan tidak peduli dengan nasi dan sayur yang tersenyum dari tadi ingin disantap. Katanya, saya khusyuk makan dan menikmati sensasi pedasnya. Ini nih yang namanya tobat cabe. Meski kepedasan, tetap saja dilanjutkan, tetap saja kalau makan lagi cari cabe :D.

Lalu apa hubungannya? Bukan hubungannya dengan menu makanannya, tetapi pada rasa pedasnya. Karena telah merasakan sensasi pedas yang luar bisaa, ,maka pedas di bawah levelnya jadi tidak terasa. Tak jadi jadi masalah.

Begitu pula dengan hidup. Merasakan kepahitan hidup. Kesakitan. Kemelaratan. Kesedihan. Kesengsaraan, kepedihan sudah menjadi keniscayaan dalam hidup. Because life is not always flat. Hidup akan selalu berputr bagai roda, maka kemungkinan akan mendapatkan kepedihan hidup. Sekali mendapatkannya kemungkinan kita akan merasa berat, seolah tak sanggup, dan sering mengeluh. Tak mengapa, itu adalah tempaan hidup. Hidup akan semakin bijak jika bisa melalui tempaan dengan baik. Kepedihan itu tak datang sekali, bisa jadi berkali-kali dengan skala yang lebih besar. Ta adilkah Allah? Oh.. tidak. DIA tak pernah dzalim pada hambaNya. Dengan tempaan selanutnya, akan menjadikan kita semakin kuat, bijak dan dewasa. Apalagi jika tempaan itu skalanya lebih besar. Selayaknya manusia, wajar jika merasakan kesakitan akibat tempaan. Wajar jika ada perasaan berat menggelayuti. Wajar pula jika mesti mengeluh bahkan menangis. Yang tak wajar jika mesti mencaci hidup, taqdir dan mungkin Yang Maha Kuasa. Justru setelah menerima tempaan yang berat, penuh perjuangan, mungkin juga air mata, akan menjadikan kita semakin tangguh dan kuat. Jika ke depannya ada tempaan lagi yang datang, tidak lagi menjadi soal yang berat. Apalagi jika tempaan itu hanya masalah kecil, dengan skala di bawahnya. Seolah tak berasa kepahitannya. Karena kepahitan yang lebih telah kita rasakan sebelumnya.
Maka tak perlu risau dengan segala kepahitan hidup yang dialami. Dengan segala masalah yang menghadang. Dengan segala kesedihan yang mendatangimu. Semakin banyak kau dapatkan, jika menikmatinya, jika bersabar akannya maka akan kita temui diri menjadi pribadi yang lebih baik.

Nikmatilah kesedihan, keperihan, kepahitan, kesengsaraan, kepedihan yang hadir dalam hidupmu. Lalu berterima kasihlah. Karena melaluinya kita didik menjadi pribadi yang lebih tangguh.

@GIL, 11-07-15, 24 ramadhan 1436 H

#silent

Komentar

  1. Mungkin krn resistant mki juga..... mati rasami.... hahahhahahahha.....

    BalasHapus
  2. Hahaha.... Jangan sampai. Masih peka rasa ja. Cm klw sensasix masih dibawah yg pernah kurasa, tidak begitu terasa mi :D

    BalasHapus
  3. Berarti haruspi dosis tinggi baru terasa....

    BalasHapus
  4. iya, krn sdh terbiasa klw dosisnya sama atw di bawahnya. itulah maknanya diberikan ujian :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap