Langsung ke konten utama

Rinduku untuk keduanya

Kembali lagu itu sukses membuat menangis di siang bolong. Seperti biasa, terkadang mendengarkan sesuatu atau melihta sesuatu membuat beberapa kenangan berdatangan, dan kita tidak bisa menghalangi saat kenangan-kenangan itu berdatangan. Seperti saat ini, mendengarkan lagu “perjalanan”, lagu lawas namun tetap saja menjadi lagu favorit namun kadang tidak mau mendengarnya. Bukan karena tidak suka tetapi karena tidak mau menangis.

Kuputar lgu-lagu lawas di siang ini. Menemani di depan laptop merangkai kata perkata. Sejenak ingin melangkahi lagu itu, tetapi tak urung kulakukan. Biarlah, saya ingin mendengarnya, batinku. Apa yang terjadi? Belum lama lagu itu kudengar, air mata sudah mengalir menganak sungai. Ada rindu, sesal, benci, bahagia, sedih dan bangga yang kurasakan. Kenangan yang datang pertama kali adalah saat pertama kali meninggalkan kota kelahiran menuju kota Makassar untuk melanjutkan pendidikan. Saat itu, berangkat pagi menggunakan bus piposs. Di tengah perjalanan, terdengarlah lagu itu. Sebagai anak yang baru kali ini benar-bear pergi meninggalkan orang tua, bagaimana bisa tidak menangis tersedu-sedu. Lagu itu seakan tahu, bahwa saat itu baru menyadari bagaimana rasanya jauh dari orang tua, bagaimana kasih sayang orang tua, bagaimana bahagianya bisa bersama kedua orang tua.  
Kenangan lain yang berdatangan adalah bagaimana perjuangan kedua orang tuaku. Yang kuingat adalah sekitar umur 5 tahun, bagaimana mereka menyayangiku dengan caranya. Meski terdidik dengan keras, dilatih mandiri, dan pantang menyerah, tetapi kesyukuranku tak berkurang dengan itu. Melalui semua itu, kami bisa memahami bahwa hidup itu penuh perjuangan, mesti bekerja keras dan tak boleh melihat dunia dengan melihat orang yang ada di atas. Kami benar hidup dalam kecukupan malah kekurangan, namun hidup seperti itu menjadi cerita tersendiri bagi kami. Mendidik kami menjadi pribadi yang pekerja keras dan mandiri, tanpa mengenal lelaki atau perempuan. Dengan bekal itulah, Alhamdulillah kami bisa bertahan dan bertekad menjadi lebih baik. Dengan kesederhanaan dan pantang menyerah, inilah akhirnya kami bisa berenam bisa menyelesaikan kuliah. Masing-masing dari kami punya cerita sendiri, punya cara sendiri. Apakah marah dengan keadaan yang membuat kami mesti membanting tulang untuk hidup? Salahkah kedua orang tua kami? Bencikah dengan keadaan?. Tak berani dan tak mau menghadirkan rasa itu. Allah telah menganugerahkan jalan bagi setiap hamba-nya, itulah jalan yang mesti ditempuh. Jalan manapun yang ada di depan mata, peluangnya tetap sama untuk mendapatkan kebahagiaan, kesuksesan, dan jannah-Nya.

Lalu apa yang sudah kulakukan, kuberikan, kupersembahkan, keabdikan, kubaktikan kepada mereka berdua? Terhitung, saya sudah meninggalkan mereka sejak 12 tahun yang lalu. Lalu apa? Rasanya sampai saat ini, saya belum memberikan apa-apa. Bahkan terkadang malah memberikan rasa jengkel kepada mereka dengan sikapku yang keras. Mengingat ini, mengingat itu, mengingat semuanya, air mata yang bisa tertumpah. Dengan umurku yang segini, dan umur mereka yang segitu, belum ada yang telah kuberikan kepada mereka? Ayah.. ibu… maafkan anakmu ini. Keegoan seringkali menjadi tameng bagiku. Klaim trauma dan unjuk diri, seolah memborgolku tetap terdiam disini.

Ya Rabb, ridhoilah mereka, rahmatilah mereka, berkahilah mereka, berikanlah umur panjang bagiku dan baginya agar ada hal yang bisa kupersembahkan kepadanya. Jadikanlah mereka kelak khusnul khatimah. Ampunilah dosanya, terimalah amalannya, sadarkanlah ketika lalai dan berbuat dosa, sayangilah mereka, berkahilah mereka, dan berilah kesempatan kepadaku tuk bisa berbuat untuk mereka berdua. Rabb, ampuni kesalahanku kepada mereka, ampuni egoku yang masih saja kupertahankan, ampuni setap tindak tandukku yang membuat mereka bersedih. Rabb, kutitipkan mereka kepada-Mu. Jagalah mereka, sayangilah mereka, dan hadirkanlah senyum di wajah mereka. Rabb, titp rinduku pada mereka.

@GIL, 19 Sep 2015, 14.55 wita.

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap