Langsung ke konten utama

Bercerminlah

Saya yakin, benda yang sering bersahabat dengan kita setiap harinya adalah cermin. Rasanya tidak afdhal kalau akan bepergian takpamit dengan cermin. Tull nggak... mengapa kita mesti bercermin?. Karena dengan bercermin kita bisa melihat diri kita, bisa melihat apakah penampakan diri kita yang terpantul di cermin telah sesuai dengan yang diharapkan. Sudah rapi, sudah baik, Apabila diri dari pantulan cermin masih ada yang kurang sreg, maka kita akan berlama-lama berkutat di depannya. Itu semua agar bisa lebih percaya diri berjalan.

Kita percaya bahwa dengan bercermin , kita bisa melihat tampilan diri dengan utuh. Dan mempercayakan kepada cermin agar bisa menjadi wadah untuk untuk melakukan penilaian diri. Bukankah dengan seringnya kita bercermin, berarti kita telah percaya pada cermin. Termasuk percaya bahwa cermin selalu tulus menyampaikan bagaimana kita apa adanya. 


Namun, adakah pernah kita berpikir hal lain selain melihat pantulan diri secara fisik ketika bercermin. Cobalah bercermin, dan mengabstrakkannya untuk menilai bagaimana akhlaq, amalan, dan ibadah kita. JAngan sampai, kita mudah dan sering mengecek fisik kita, apakah sudah baik atau tidak. cantik apa tidak. menarik atau tidak. rapi atau tidak. Dan ketika sedikit saja yang belum sesuai harapan, maka akan cepat untuk diperbaiki, dan tidak tenang ketika ada yang kurang. apakah begitu halnya ketika kita memuhasabahi amalan, akhlaq dan ibadah kita- Ketika kita mendapatkan amalan kita kering kerontang, atau akhlaq kita yang buruk rupa, atau ibadah kita yang rapuh dan dan ringan seperti helaian kapas. Apakah kita pernah merasa risih. apakah kita pernah merasa greget. apakah kita merasa tidak tenang untuk langsung memperbaikinya. atau malah biasa-biasa saja.

Bercerminlah... Bukan hanya melihat fisikmu, tetapi juga akhlaqmu, amalanmu, dan juga ibadahmu. apakah sudah lebih baik...?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap